Endang mendengar penuturan menantunya lantas berdiri kemudian berlalu lalang, kepanikan tersirat jelas di wajah cantik yang mulai menua."Mama El yakin? Maaf! Mama ingin memastikan saja," ujar Endang setelahnya. Ia buru-buru menyampaikan maksud sebelum Ruth salah paham pada kalimatnya.Ruth mendongak, "Iya Ma. Hubungan mereka tidak pernah berakhir."Ia telah memutuskan berterus terang pada mama mertua agar kelak bila terjadi perpisahan, bukan karena alasan yang dibuat-buat.Nenek Elkana menjadi tidak sabar. Ia keluar kamar mencari anaknya untuk mengetahui kebenaran akan informasi yang baru saja diperoleh dari menantunya.Endang menengok Hizkia ke kamar anaknya, yang dicari tidak ditemukan. Lalu, ia mencari ke ruang kerja barulah menemukan Hizkia tengah membongkar berkas dari dalam lemari."Papa El!" Endang masuk tanpa banyak kata dengan suara tegas. Hizkia terperanjat di tempat."Eh, Mama," ujar Hizkia setelah membalik tubuhnya
Ruth telah selesai membenahi pakaian anaknya. Kini ia berada dalam kamar sendiri untuk mengemas pakaiannya. Ia dan Elkana akan turut Endang ke Medan.Hizkia melangkah ke kamar pribadinya setelah terlibat pembicaraan dengan Endang. Dari arah pintu, ia sempat memerhatikan Ruth yang sedang berkemas.Pria itu berjalan masuk perlahan, tiba di samping istrinya ia menahan tangan Ruth yang sedang memasukkan pakaian ke dalam koper. Ruth sempat terdiam melihat genggaman Hizkia di tangannya. Darahnya berdesir.Ruth lantas menolak, ia melanjutkan melipat pakaiannya dan menaruh ke dalam koper."Aku bakal jemput kalian," ucap Hizkia masih berdiri di samping Ruth.Ruth membisu."Aku akan ambil keputusan dalam dua pekan ini," ujar Hizkia serius.Ruth mondar-mandir berkemas agar tidak ada barang penting yang ketinggalan. Kali ini Hizkia merasakan aura cantik terpancar dari dalam diri Ruth terlebih saat istrinya berlenggak-lenggok di dalam kamar. Keteguhan, ketenangan, senyuman, tangisan hingga amarah
Pagi hari Ruth tengah bersiap-siap di dalam kamar. Pakaian kerja Hizkia pun masih dipersiapkan olehnya. Tidak banyak bicara, ia melakukan saja apa yang menjadi tugasnya sebagai seorang istri.Hizkia memerhatikan apa yang dikerjakan oleh istrinya sesaat setelah keluar dari kamar kecil."Makasih ya Mama El, sudah siapkan pakaian kerjaku," ujar Hizkia."Emm," sahut Ruth sembari berlalu-lalang di dalam kamar."Apa... tidak dipikirkan kembali rencana ke Medan? Dua minggu rasanya terlalu lama bila berjauhan," ucap Hizkia menaruh handuk di senderan sofa."Setelah mandi, biasakan taruh handuk di gantungan kamar kecil. Handuk ini bikin sofanya lembab," kata Ruth tidak menanggapi perkataan Hizkia melainkan mengingatkan kebiasaan lama Hizkia yang suka menaruh handuk sembarangan. Sewaktu Hizkia akan mengambil handuk kembali, Ruth telah terlebih dulu menyambarnya lalu menaruh ke dalam kamar kecil."Kamu bisa ambil keputusan terbaik untuk pernikahan ini menjelang dua pekan mendatang." Ruth menangga
Sebuah notifikasi masuk kembali ke ponsel Ruth, ia mengira suaminya masih berusaha menjahilinya, ternyata yang masuk adalah pesan dari Kris.Setelah berbasa-basi menanyakan kabar, Kris mengajak Ruth untuk bertemu. Ini belum ada seminggu dari mereka jumpa di supermarket tempo hari.Ruth menyampaikan bahwa ia sedang tidak berada di Jakarta. [Kamu sedang di Medan 'kan?] begitu tebakan pesan dari Kris.[Dari mana kamu tahu?] Ruth agak terkejut sebab Kris mengetahui posisinya kini.[Dari mananya tidaklah penting, Ruth. Aku juga sedang ada di Medan.] respon Kris enteng.Ruth mengerjap. Beberapa kali pertemuan tidak sengaja membuat kedekatan diantara mereka terjalin baik. Ruth mengabaikan perasaan aneh yang terbit dalam hatinya.[Mau ketemu di mana? Tapi aku bawa Elkana dan pengasuh ya. Tidak bisa aku tinggal sendiri karena Medan ini suasana yang baru] pesan Ruth. Ia menerima tawaran dari Kris.[Mall di Medan saja, ada arena bermain anak. Nanti aku kirim alamatnya ya.] balas Kris.Setelah p
Endang tengah dalam tugas kunjungan ke kabupaten beberapa hari. Ruth bersama Elkana dan Ratmi tinggal di rumah dilayani oleh asisten rumah tangga. Siang nanti Ruth ada janji bertemu dengan Kris. Elkana dan Ratmi akan ikut bersama. Elkana perlu juga bermain mengenal dunia permainan luar.Notifikasi masuk ke ponsel Ruth sewaktu ia sedang menemani Elkana bermain balok. Sementara Ratmi sedang merapikan kamar Elkana.Ruth mengambil ponsel dan membaca pesan yang berasal dari suaminya.[Halo Mama El... apa kabar? Aku rindu...] pesan Hizkia disertai emoji wajah bersemu. Ruth bukannya senang malahan terlihat sewot dengan pesan singkat suaminya. Sejak malam Ruth memutuskan ikut ke Medan, Hizkia kerap melontarkan banyak diksi yang mampu membuat dada Ruth ketar-ketir. Menurut Ruth, Hizkia mungkin sedang tidak ada kerjaan lain sehingga iseng mengerjainya.Syukur saja mereka sekarang berjauhan sehingga Hizkia tidak dapat melihat ekspresi sewot Ruth disertai pipi memerah.[Pesan nyasar!] demikian
Sebelum makan, Kris mencoba menyapa anak yang digendong Ratmi. Ia berusaha berekspresi seramah mungkin pada Elkana secara langsung, "Halo jagoan, namanya siapa?" tanya Kris sambil melambaikan tangan dan tersenyum.Tidak lupa pria itu menunjukkan robot-robotan yang baru saja dibeli setelah tiba di mal tadi. Elkana hanya menatap dalam diam secara bergantian wajah Kris dan robot di tangannya. Pria itu menyentuh tangan Elkana, tetapi tiba-tiba saja ia menangis kencang lalu mengelurkan bahasa bayinya pa..pa..pa.. Elkana bahkan menjerit seolah-olah tidak senang pada Kris.Ratmi tidak berhasil menenangkannya, Elkana beralih dalam gendongan Ruth. Bocah kecil itu perlahan dapat ditenangkan. Ia terlihat takut dengan Kris, Elkana mengalihkan pandangannya ke dada Ruth agar tidak melihat Kris, mungkin karena asing baginya."Halo Om, nama aku Elkana." Ruth menirukan suara anak kecil sambil mengusap punggung putranya. Elkana sesenggukan, ia mencari posisi nyaman dengan memeluk leher Ruth serta mere
Hizkia menggebrak meja kerjanya sendiri, ia tidak mampu mengendalikan gemuruh di dadanya. Begini rasanya tersakiti, batin Hizkia. Meskipun Hizkia tahu, sakit hati di antara mereka berbeda. Hizkia teringat pengandaian istrinya bila ia dekat dengan lelaki lain seperti yang Naomi lakukan. Melihat foto saja Hizkia terpancing amarah, apalagi bila melihat lebih dari itu. Meskipun sulit, ia berusaha berpikir positif bahwa itu hanya sekedar perjumpaan antara teman lama. Namun, siapa yang tahu bila Kris mengambil kesempatan dalam masa introspeksi suami istri itu. Pria itu memutuskan tidak menghubungi istrinya, ia menyimpan informasi yang diterima dengan berat hati. Di sisi lain hatinya, ada desakan untuk menuntaskan rasa geramnya melihat foto tersebut. Dasi Hizkia yang tadinya rapi, kini tidak terpasang dengan semestinya. Ia melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Ruangan terasa gerah, perasaan hatinya kacau balau. Masalah perusahaan dan rumah tangga membelit Hizkia. Ia merasa tid
Hizkia kembali ke rumah dalam keadaan pikiran kacau. Ia bahkan melewatkan makan siang tadi, sewaktu gambar Ruth dan Kris terkirim ke ponselnya. Dirinya kurang fokus berkendara, sehingga meminta jasa Danu untuk mengantarnya pulang.Setelah membasuh diri, Hizkia merebahkan diri di ranjang seorang diri. Sebagian makan malam yang telah disediakan Riyem pun terbuang begitu saja.Pria itu menghukum dirinya sendiri akibat rasa bersalah dan kesal yang berkecamuk dalam dirinya. Ia menutup kedua matanya dengan lengan, dirinya sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.Berkelebat dalam ingatannya peristiwa saat Ruth menginginkan perpisahan darinya. Ia masih saja merasa kedekatan dengan Naomi sebenarnya adalah hal yang wajar karena telah saling mengenal lama. Namun, bila telah menikah ternyata ia perlu membatasi gerak-geriknya sebab statusnya bukan lagi lajang.Helaan nafas panjang terdengar oleh dirinya sendiri."Ruth... kamu merasa tersakiti olehku, tapi untuk apa kamu bertemu dengan pria itu l