Home / Romansa / SENJA YANG KELABU / 8. Hari sibuk!

Share

8. Hari sibuk!

Author: 295 channel
last update Last Updated: 2021-08-26 01:47:30

Setelah Wina pulang, Sari bergegas memasuki kamarnya, setelah membersihkan diri, bersiap untuk tidur siang, lumayan lelah dan pegal kakinya karena perjalanan ketika kegunung batu jonggol.

Sementara diruang keluarga, Bunda sambil menonton TV, sedang menikmati oleh - oleh yang dibawakan Sari, ditemani oleh si mbok, kita panggil saja Mbok Inah yang memang bekerja sudah lama dikelurga Sari, si mbok sudah dianggap seperti keluarga, karena sudah bekerja lama, semenjak orangtua Sari baru menikah, jadi tidak sungkan majikan dan pembantu seperti saudara, Bunda sendiri memperlakukan si mbok sopan dan selalu di ajak sebagai temn bicara, dikala tidak ada siapa - siapa dirumah.

Tak terasa waktu sudah sore, Sari masih terbaring ditempat tidur.

Bunda Sari, memanggil si mbok. "Mbok, tolong bangunkan Sari, tadi bilangnya, sore minta dibangunkan."

"Iya, bu." 

Inah bergegas menuju kamar Sari, untuk membangunkan Sari,  mengetuk pintu kamar Sari, karena tidak ada jawaban, Inah masuk kedalam kamar Sari dan perlahan membangunkan Sari.

"Maaf Non, Mbok disuruh ibu untuk bangunkan Non." ucap Inah.

"Iya Mbok, makasih."

"Kalau begitu, Mbok pamit ya, Non."

Sari bergegas menuju kekamar mandi, untuk membersihkan dirinya, tak lama kemudian setelah beres berpakaian rapih, Sari keluar kamarnya dan menghampiri ibunya.

"Anak Bunda, sudah cantik saja, mau kemana sayang?"

Sari membalas dengan tersenyum dan balik memuji Bunda. "Siapa dulu Bundanya, sudah cantik baik lagi." 

Bunda tersenyum mendengar ucapan Sari.

Sari duduk disamping ibunya dengan manja, kepalanya menyandar di pundak ibunya, seraya berkata. "Bunda, Sari mau ijin kerumah Wina...tapi mau menginap, sekalian selesaikan proposal sidang."

"Iya sayang."

"Tapi, Sari belum ijin sama Ayah, menunggu Ayah pulang kerja, takutnya kemaleman."

"Nanti, Bunda yang sampaikan sama Ayah, Sari bilang sama Ayah lewat telpon saja, Ayah pasti ngerti kok."

"Terimakasih, Bunda."

"Sama - sama, anak Bunda yang cantik, kalau sudah sampai telpon Bunda, ya."

"Siapp, Bunda."

"Makan dulu sebelum pergi," ujar Bunda.

"Belum lapar, Bun, nanti saja makan diluar bareng Wina."

"Iya, sayang...hati - hati.dijalannya, jangan ngebut - ngebut bawa mobilnya?"

"Okey, Bunda Sayang, Sari pamit ya." Mencium tangan bunda dan berjalan menuju pintu keluar menuju mobilnya.

Tidak berapa lama Sari sudah tiba dirumah Wina, saat itu Wina sedang makan bakso diteras rumahnya, setelah memarkirkan mobilnya, Sari menghampiri Wina.

"Woi...Makan mulu."

Wina yang melihat kedatangan Wina, hanya tersenyum dan kembali melanjutkan memakan bakso.

Dengan bakso yang masih didalam mulutnya, Wina berseru. " Sini, Sar, makan bakso," sendok ditangannya mengarahkan ke mulut Sari.

"Ogah, ah, segitu doang, mana kenyang."

Wina tertawa ringan, dan menghabiskan baksonya.

"Win?"

"Apa?"

"Jadi, kan nemenin aku nanti malam?"

"Jadi, tenang saja nona cantik, kemanapun kau pergi, aku akan selalu mendampingimu."

Sari tersenyum bahagia, memiliki sahabat seperti Wina, walaupun kadang konyol dan rakus kalau makan, Wina adalah sahabat terbaiknya.

"Oh, iya...Sar, kamu sudah kabarin Angkasa belum?"

"Astagfirullah, Lupa, Win, aku telpon dulu Angkasanya."

tttuuut...tuttt..tutttt..

Terdengar seorang laki - laki menjawab, yang tiada lain adalah Angkasa.

"Hallo, Angkasa, ini Sari."

"Iya, kenapa Sar?"

"Nanti malam jadi, ya, kita ketemu di One Eighty Coffe."

"Ok, jam berapa?"

"Jam tujuh."

"Ok, Sar."

Setelah menerima jawaban dari Angkasa, sari mematikan telephonnya.

"Beres, Win."

"Kalau gitu, aku mandi dulu," ujar Wina.

"Pantesan dari tadi, ada yang bau, eh ada orang yang belum mandi." ledek Sari.

Wina hanya tertawa, dan mengajak Sari untuk kekamarnya, sembari menunggunya mandi, tak berapa lama, Wina sudah selesai mandi dan telah berpakaian, menghampiri Sari.

"Sar, mau berangkat jam berapa?"

"Sebentar lagi, janjiannya sih jam tujuh."

Wina menatap jam di HP, menunjukan pukul stengah tujuh, melirik Sari dan mengajaknya untuk berangkat sekarang.

Tidak berapa lama, mereka telah tiba di One Eighty Coffe, memilih tempat duduk di depan, agar memudahkan Angkasa melihat mereka, Sari dan Wina memesan minuman lebih dahulu, sembari menunggu Angkasa dan Rama yang belum datang.

Wina membuka pembicaraan. "Mana nih Sar, si Angkasa, sudah jam tujuh lewat belum datang juga."

"Masih dijalan kali, kita tunggu saja."

Tak berapa lama, Angkasa dan Rama menghampiri mereka.

"Maaf, Sar, saya telat."

"Iya Sar, maaf, ya," sambung Rama.

"Iya, tidak apa - apa, Angkasa, Rama, mau pesan makanan dan minuman apa?"

"Samakan Saja dengan pesanan kalian berdua," jawab Angkasa.

"Okey..." 

Merekapun saling mengobrol, sembari menikmati hidangan yang sudah disediakan, seakan sudah mengenal lama, tiada rasa canggung sama sekali, terutama Sari yang merasa sangat berterimakasih kepada Angkasa karena sudah menyelamatkannya, Angkasa dengan rendah hati menjawab bahwa semua itu hanya kebetulan, jadi tidak perlu sampai segitunya, Rama yang memang memiliki perasaan kepada Sari, entah mengapa merasa sedikit cemburu kepada Angkasa, karena Sari begitu akrab berbicara dengan Angkasa, sementara dengannya bila ditanya hanya menjawab secukupnya saja.

Waktu sudah semakin larut, merekapun bersiap untuk pulang.

Angkasa memulai pembicaraan duluan. "Sari, makasih ya untuk traktirannya, next time aku yang traktir, jangan menolak."

Sari tersenyum menatap Angkasa dan menjawab sekenanya saja, karena Sari tidak pernah tahu kedepannya apakah masih bisa bertemu lagi atau tidak.

Tidak pernah terfikirkan sama sekali dibenak Sari untuk lebih dekat dengan Angkasa, karena sari juga tidak menghargai Rama, Sari tahu kalau Rama sebenarnya bete karena dari tadi Sari bersikap biasa saja kepada Rama, dan malah asik mengobrol dengan Angkasa, bukan maksud Sari untuk bersikap seperti itu kepada Rama, tapi memang Sari tidak mau memberi harapan palsu, sementara dengan Angkasa sari sangat Akrab hanya karena rasa terimakasihnya, tidak lebih.

Merekapun akhirnya berpisah diparkiran untuk pulang kerumah masing - masing, diperjalanan Sari hanya diam saja, membuat Wina merasa heran, ada apa dengan sahabatnya.

"Hei, kenapa!...dari tadi diperhatikan malah ngelamun."

"Siapa yang melamun, orang lagi fokus liatin jalan," balas Sari.

"euhmmm...ngeles aja, nih orang."

Sari tersenyum melirik Wina yang sedang fokus mengendarai mobil.

"Sampai...ongkosnya seratus ribu," ledek Wina.

"Bayarnya nanti saja lebaran monyet."

"Emang monyet lebaran?" tukas Wina.

Sari tertawa seraya menjawab kata - kata Wina. "Tanya saja sama monyetnya, itupun kalau monyetnya mau ditanya orang jelek."

Wina yang mendengar itu pura - pura ngambek dan balik bercandain Sari. "Wah...wah...parah nih, bawa - bawa fisik!! awas, ya saya aduin kebapaknya monyet."

"Ih...atut ah, ibunya monyet ngambek."

"Sue banget nih si Sari, cepet turun, mau nginep dimobil."

"Hahahahahaha...ada yang ngambek, kamu saja yang tidur dimobil, aku mau bobo cantik dikasur yang empuk sambil bermimpi bertemu pangeran tampan.

"Ikuttttt..." tukas Wina dengan manja.

Ada saja obrolan yang tidak bertujuan apapun, saling meledek, saling tertawa dan marah, tapi mereka sekedar bercanda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SENJA YANG KELABU   39. Hal Menyakitkan

    Keduanya telah tiba di Purwakarta, Angkasa mengajak Sari untuk masuk bersamanya, kedalam rumah Bayu, yang sudah menunggunya didalam, sebelumnya, memang Angkasa sudah menghubungi Bayu. "Hai, bro...apa kabar lu," sapa Bayu sambil menjabat tangan Angkasa dan Sari. Mereka sudah hampir tiga tahun tidak bertemu, Angkasa pindah ke Bandung, walau memang beberapa kali Angkasa berziarah ke makam ayahnya, tidak pernah bertemu Bayu karena sedang berada diluar kota, sebagai anak pemilik usaha sate maranggi dibeberapa kota membuat Bayu jarang berada di rumah, sibuk membantu ayahnya. Bayu dan Angkasa sahabat semenjak kecil, dulu rumah Angkasa, tidak jauh dari rumah Bayu hanya terhalang empat rumah, Bayu mempersilakan mereka untuk duduk. Reni datang dari arah dapur, membawa kopi hangat dan beberapa cemilan untuk disuguhkan. Angkasa melihat Reni seraya berkata. "Kamu Reni, kan?" "Iya, kak," jawab Reni. "Sudah besar sekarang, ya," ucap Angkasa.

  • SENJA YANG KELABU   38. Bersama Angkasa

    Langkah kaki semakin terdengar jelas, Sari menoleh kearah pintu, ternyata Hans dan Wina baru kembali dengan membawa bungkusan plastik ditangan Hans, setelah meletakan diatas meja, Hans pergi kedapur, sementara Wina menghampiri Sari seraya berkata. "Lama, ya, sorry, tadi ada kecelakaan ditikungan depan, buat macet jalan, makan bakso yuk, laper nih."Sari bangkit dari duduknya, kini berdiri disebelah Wina, Hans sudah membawa empat mangkuk dan sendok memberikannya kepada Wina dan Sari, mereka segera menyantap bakso, sesekali mata Angkasa dan Sari saling beradu pandang dengan bibir yang tersenyum.Setelah selesai makan, mereka mengobrol sejenak saling bercerita seputar skripsi, yang mana dua minggu lagi harus sudah dikumpulkan dan presentasi didepan para dosen penguji, Hans diminta oleh Wina untuk memberi masukan karena Hans yang memang sudah berpengalaman dalam membuat skripsi, karena sudah lulus lebih dulu sehingga lebih paham, Hans bersedia membimbing mereka dan ingin b

  • SENJA YANG KELABU   37. Pernyataan Cinta Angkasa

    Angkasa tetap diam tidak menjawab, namun tak memberikan penolakan, saat Sari membersihkan darah yang kering, memberinya betadine dan menutupnya dengan plester, Sari menatap wajah Angkasa begitu dekat jantungnya serasa berdetak dengan cepat, dengan jemari lentiknya perlahan mengkompres wajah Angkasa dibagian luka lebamnya, Angkasa tetap diam pandangannya menatap keluar jendela dan tangannya yang menggenggam gelas yang masih berisi alkohol akan ia teguk, Sari dengan cepat meraih gelas di tangan Angkasa. "Sudah ya, jangan minum lagi, kamu sudah mabuk, aku gak perduli kamu mau marah karena aku melarangmu minum, yang jelas semua demi kebaikanmu juga," ucap sari dengan nada yang lembut. Angkasa sama sekali tidak marah ia hanya diam dan menatap Sari, pandangan mata mereka beradu, Sari dengan cepat mengalihkan pandangannya, dan seraya berkata kepada Hans. "Hans, ini sudah selesai, kalau begitu aku dan Wina pamit pulang." "Sebaiknya tinggal dulu sebentar lagi, lagian

  • SENJA YANG KELABU   36. Kerumah Angkasa

    Singkat cerita, seminggu sudah Sari tak lagi mendengar tentang Angkasa, hatinya begitu sangat merindukan Angkasa, hanya sepenggal kenangan yang terukir dalam ingatannya, saat pertama kali bertemu dan beberapa kali Angkasa selalu menyelamatkannya, hingga pada akhirnya saling dekat.Hari ini jadwal cek-up Sari ke Dokter, ditemani Wina mereka segera ke rumah sakit, Sari sudah pulih dan merasakan badannya baik - baik saja begitu juga tangannya yang luka, sudah tidak terasa sakit dan ngilu, Setelah selesai dari rumah sakit, Wina mengajak Sari ke cafe Story di daerah Dago, agar Sari bisa refresh setelah seminggu lebih tidak pergi kemana - mana, Sari yang memang sedang tidak ingin sendiri dan butuh hiburan juga, akhirnya mau pergi bersama Wina, setelah menelpon Bundanya, untuk minta ijin, Sari dan Wina kini menuju Cafe Story, dengan menggunakan mobil Wina, Sari terlihat murung, duduk disebelah Wina yang sedang menyetir mobil."Kamu kenapa, Say?" tanya Wina yang sesekali mempe

  • SENJA YANG KELABU   35. Mengungkapkan

    Wina dan Sari saling lirik, lalu mereka tertawa, Hans semakin bingung jadinya, Wina yang melihat kebingungan diwajah Hans, seraya menjelaskan."Hans, kamu gak usah khawatir kita akan ribut, karena kita memang begini, sudah biasa, lagian cuma karena kata - kata, masa persahabatan kami jadi rusak, benar gak, Sar?""Yupsss..."Hans tersenyum lega, karena mereka hanya saling bercanda, ternyata mengobrol dengan cewek gak semudah yang Hans bayangkan, Hans sudah mikir terlalu jauh, melihat Wina dan Sari yang tertawa dengan riang dan saling bercanda, walau sebenarnya kadang ada kata - kata yang bisa saja jadi ribut, tapi mereka memang sama - sama mengenali sifat masing - masing, jadi obrolan apapun tidak hambar dan tidak memicu jadi emosi, wanita seperti ini yang Hans cari, semakin kagum saja Hans kepada Wina, karena bagi Hans, wanita yang selalu tertawa riang dan bisa menyikapi setiap obrolan tanpa harus emosi, itu akan memberikan energi positif baginya.Hans, m

  • SENJA YANG KELABU   34. Saling Bercanda

    Mereka berempat menghabiskan waktu dengan mengobrol dan menikmati cemilan dan jus, diselingi bercanda dan ketawa - ketawa, Sari begitu bahagia memiliki orangtua yang sangat menyanyanginya dan sahabat yang begitu tulus kepadanya, tak terasa waktu sudah hampir malam, setelah makan malam bersama, akhirnya mereka bergegas untuk istirahat, Wina tidur seranjang dengan Sari, sementara orangtua Sari, dibawah menggelar kasur karpet, Suasana Rumah Sakit yang sepi membuat mereka tidur dengan nyenyak.Suara Adzan Subuh terdengar berkumandang, Bunda Sari bangun lebih dulu untuk mandi, begitupun Ayah Sari dan Wina mereka mandi bergantian, sementara Sari belum bisa untuk mandi sendiri sehingga dibantu ibunya membersihkan tubuhnya, dengan dilap basah dan memapahnya kekamar mandi untuk wudhu, mereka melaksanakan Sholat Subuh berjamaah, untuk Sari sendiri duduk dikursi roda, karena belum kuat lama - lama berdiri, badannya masih terasa lemah, setelah melaksanakan Sholat berjamaah, mereka merapi

  • SENJA YANG KELABU   33. Permintaan Maaf

    Wina, berdiri dari duduknya dan membawakan kursi satu lagi disebelah Sari, untuk mempersilakan orangtua Sinta duduk, sementara Wina berdiri disisi satu lagi sebelah Sari.Ayah Sinta menjelaskan tujuannya kepada Sari, bahwa kedatangannya, untuk meminta maaf atas apa yang dilakukan Sinta kepadanya dan bersedia menanggung semua biaya pengobatan Sari sampai sembuh, dan memohon kepada Sari, untuk mencabut tuntutannya.Sari yang memang tidak merasa melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, merasa bingung harus menjawab apa, hanya melirik kearah Wina, karena pasti Wina tahu semuanya, tapi Wina hanya diam seakan enggan mengatakan apapun, belum juga Sari menjawab ibu Sinta langsung memegang tangan Sari dengan menangis sesegukan, memohon - mohon kepada Sari, Sari semakin merasa tidak enak hati karena bagaimanapun mereka orangtua, dan Sari merasa dirinya tidak sopan, membuat orangtua harus bersikap seperti itu kepadanya."Nak, tolong cabut tuntutannya, ibu mohon dengan s

  • SENJA YANG KELABU   32. Merindukan Angkasa

    "Iya - iya, gak jadian...tapi bakal jadian kayaknya," tukas Sari."Udah, ah jangn bahas itu mulu, aku gak akan pacaran - pacaran, males, mending langsung dihalalin," ucap Wina seraya tertawa."Halalin mulu, lulus kuliah aja dulu."Pintu dibuka oleh ibu Sari, yang mulai melangkah masuk menghampiri Sari dan Wina, dengan membawa makanan dan baju ganti untuk Sari, seraya tersenyum melihat Sari sudah kembali membaik dan sedang tertawa bersama Wina, mendekat kearah Sari dan mencium kening Sari, lalu meletakkan makanan di atas meja, dan menyimpan baju ganti dilemari kecil, lalu kembali duduk disamping Sari, seraya mengusap - usap tangan Sari."Sari sayang, bagaimana kondisi kamu sekarang?" tanya Dina, bundanya Sari."Alhamdulillah sudah membaik, Bun, Bunda bawa makanan apa, Sari lapar, kangen makanan luar, makanan Rumah Sakit tidak membuat selera makan," tersenyum dengan manja."Iya Sayang, namanya juga sakit ya makanannya jangan macam - macam dulu

  • SENJA YANG KELABU   31. Penangkapan Sinta

    Hans yang merasa tidak pernah terlibat kriminal, seraya bertanya kepada pengawal tersebut. "Pak, apakah bapak menanyakan kepada polisi mengapa mencari saya?""Siap, tuan muda, beliau hanya berbicara ingin bertemu dengan tuan muda, ada hal lain serius yang ingin disampaikan." ucap Pengawal tersebut."Hal serius? mereka tidak menyebutkan hal seriusnya itu apa?""Tidak Tuan muda, dengan segala hormat lebih baik tuan muda temui polisi didepan, karena himbauan mereka kalau dalam sepuluh menit tuan muda tidak keluar maka mereka akan masuk dengan paksa."Papih Hans berdiri dan berbicara kepada Hans. "Ayo Hans kita temui mereka, jangan takut kalau kamu memang tidak bersalah.""Iya Pih."Mereka berdua keluar untuk menemui polisi yang menunggu di depan rumahnya, setelah saling berhadapan, polisi memberi salam dengan hormat."Selamat malam pak, maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu bapak, kami mendapatkan laporan dari bapak Andi nugraha or

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status