Seorang perancang busana mendesain empat koleksi dalam setahun sesuai dengan musim di Eropa. Semua desainer berharap tiap karya yang mereka desain akan menjadi karya yang sangat dicintai dan disukai banyak orang, tapi tren selalu berlalu begitu cepat. Pada akhirnya, hanya ada satu hal yang tidak pernah berubah yaitu fakta bahwa tidak ada yang abadi.
Paris, 2024.
Seperti tahun-tahun sebelumnya. Paris Fashion Week selalu diadakan dua kali dalam setahun di Carrousel du Louvre Paris, France.
Peragaan busana itu dihadiri oleh banyak orang termasuk Stylist, VIC, Fashion Editor, PR, Celebrities International and VIPs, Influencer dan pastinya pembeli. Acara peragaan busana itu didominasi oleh brand-brand Luxury International termasuk Lauré.
Semua orang yang akan tampil di peragaan busana itu terlihat sibuk untuk menyiapkan semua keperluan acara. Para stylists dari berbagai brand Luxury sedang mempersiapkan model-model dan selebritis pilihan mereka agar segera bersiap untuk memperagakan koleksi fashion mereka musim ini.
Malam ini adalah acara puncak pembukaan Paris Fashion Week. Setelah memperagakan fashion collection mereka di siang hari, para Stylist, VIC, Fashion Editor, PR, Celebrities International & VIPs, dan Influencer mereka menikmati pesta pembukaan dengan ditemani musik-musik yang dibawakan oleh DJ pilihan untuk memeriahkan acara.
“Hello everybody! Welcome to paris fashion week 2024!” Ucap DJ yang dilanjutkan dengan kemeriahan kembang api dan musik-musik DJ yang meriah untuk menikmati acara puncak pembukaan.
“Huuu!!” Teriak orang-orang yang menikmati party sambil berjoget-joget.
Dus tak dus dus tak tak (Music dari DJ)
“Let's all celebrate this grand opening of a new beginning tonight!” Lanjut DJ saat akan memeriahkan acara malam puncak.
Duk tak duk tak duk tak (Music dari DJ)
“Are you ready?” Ucap DJ saat para tamu sudah mulai berjoget menikmati musik yang dihadirkan.
Meskipun tidak terdengar suara jawaban dari para tamu undangan karena mereka terlalu asik dengan acaranya. Namun, DJ tetap memainkan musik nya dengan sangat profesional dan penuh kemeriahan. Semua tamu undangan menikmati pesta yang ada. Mereka saling berjoget-joget di depan DJ dan ada pula yang saling bersulang sambil minum wine dan whiski untuk merayakan keberhasilan atas karya-karya yang mereka hadirkan.
“Kita harus menikmati momen dan menikmatinya untuk saat ini. Karena itu juga fana dan tidak akan pernah datang lagi.” Gumam Felice dalam hati sambil menikmati momen yang ada di hadapannya.
Tiiit. Cklek! Suara seseorang membuka pintu kamar.
Seorang wanita dan Pria masuk kedalam kamar Hotel dengan nafas tersengal-sengal. Mereka tidak bisa mengabaikan nafsu sesaatnya.
Di balik jendela Hotel dibawah cahaya kembang api yang meriah, kehangatan terasa lebih jelas dengan pelukan hangat dan sentuhan demi sentuhan dari bibir seorang Pria dan wanita yang bercinta setelah menikmati whisky dan berbagai macam wine di pesta pembukaan Paris fashion week.
“Euhh…” Felice melenguh di tengah ciuman yang semakin memanas.
Berawal dari sentuhan di bibir yang penuh keintiman membuat tangan Felice semakin berani. Sekarang tangannya mengalung di leher seorang Pria yang baru ia temui di acara tadi. Pria itu adalah Mr. X. Tangan Mr. X berada di pinggang Felice selama mereka menikmati sentuhan yang penuh keintiman itu.
Menyadari adanya penerimaan dari sentuhan Felice, membuat Pria itu semakin berani menyentuh tubuh Felice dengan lebih liar. Mr. X menghentikan ciuman mereka dan beralih mengendus dan menciumi lekuk leher Felice. Dengan kedua matanya yang terpejam, Mr. X menikmati aroma parfum yang menyegarkan dari kulit mulus sang wanita.
Mr. X melepaskan resleting belakang dari dress yang Felice gunakan dan Felice melepaskan Jas hitam milik Mr. X lalu membuka kancing kemeja Mr. X satu persatu. Felice melemparkan baju Mr. X ke lantai berbarengan dengan Mr. X menanggalkan dress putih tanpa lengan yang melekat di tubuh Felice. Mr. X juga melemparkan Dress Felice ke lantai yang sama dengan Felice melemparkan baju Mr. X. Bugh!
Dengan nafas yang semakin berat, Mr. X menggendong tubuh Felice ke atas kasur. Setelah meletakkan tubuh polos Felice di atas kasur. Dengan susah payah, Mr. X menelan ludah untuk melembabkan tenggorokannya yang terasa kering ketika kedua matanya melihat dengan jelas pemandangan indah itu.
Pemandangan dua bukit kembar yang bulat dan kenyal sang wanita cantik dan elegan terpampang nyata dengan sempurna di depan mata Mr. X tanpa ada kain yang menghalanginya. Mereka masuk ke dalam selimut untuk menutupi setengah bagian tubuh keduanya dengan selimut putih.
Suasana kota Paris masih ramai dengan kemeriahan kembang api. Namun, Felice dan Mr. X tidak menghiraukan kemeriahan itu. Mereka asyik dengan gairah mereka malam itu. Sekarang posisi Felice berada di bawah tubuh Mr. X. Dengan penuh gairah, mereka kembali saling mencium bibir manis keduanya. Namun, kali ini dengan intensitas yang semakin menggebu-gebu, mencerminkan keinginan dan hasrat yang sulit untuk ditahan. Gairah mereka semakin membara. Sentuhan demi sentuhan itu terus berlanjut hingga mereka merasakan kenikmatan yang sesungguhnya pada malam puncak itu.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan waktu pagi. Matahari sudah hampir terbit. Felice segera bangkit dari posisi tidurnya kemudian bersiap untuk kembali bekerja seperti biasanya. Di depan cermin Felice bersiap untuk pergi dan memastikan tidak ada barang miliknya yang tertinggal.
“Siapa nama kamu?” Tanya Mr. X saat ia terbangun lalu melihat Felice akan segera pergi.
“Kenapa kamu ingin tahu namaku?” Balas Felice.
Mr. X bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk di atas kasur dengan tubuh tertutupi selimut mulai dari perut sampai kaki. “Aku bingung harus memanggilmu apa jika nanti kita bertemu lagi.” Ucap Mr. X.
“Itu tidak akan terjadi. Karena kita tidak akan disini lagi setelah Fashion Week berakhir. Selamat tinggal!” Balas Felice. Kemudian meninggalkan Mr. X yang masih kebingungan dengan tingkah Felice yang terkesan sombong namun dia menjawab pertanyaan dengan nada yang sopan dan terkesan santai.
Cklek suara Felice membuka pintu kamar.
Sebagai seorang Desainer yang memiliki jadwal yang padat, Felice Chiara Farfalla segera melanjutkan aktivitas untuk bekerja keras. Meskipun sudah bermalam bersama di kamar Hotel. Namun, Felice tidak mempedulikan Pria tampan yang sudah bermalam dengannya. Pria itu adalah Mr. X atau Xavier Oda Valent seorang fotografer yang sering digunakan oleh brand-brand International Luxury.
Selagi masih di Paris, Felice menyempatkan untuk melihat store Lauré yang ada di Paris. Felice sangat senang desain pakaiannya dipajang dengan rapi di store tersebut. Felice merasa bangga karena hasil kerja kerasnya diterima dan dipasarkan dengan baik oleh perusahaan.
Berbeda dengan Felice yang sedang bahagia karena melihat hasil kerja kerasnya yang di terpampang nyata di depan store Lauré. Mr. X malah sedang kesal sekaligus gelisah karena belum sempat berkenalan dengan wanita cantik yang sudah tidur dan bermalam bersamanya. Suara wanita itu terbayang-bayang terus dipikirannya.
“Aku akan pastikan kita akan bertemu kembali meskipun sekarang aku belum tahu namamu.” Ucap Xavier di depan cermin saat Ia sedang bersiap untuk meninggalkan hotel lalu kembali ke Rumahnya yang ada di Paris.
“Hallo! Mr. X, saya Felix dari atelier Anthony. Kami dengar anda menolak kontrak eksklusif dengan Dior dan Chloe. Mr. Anthony kini berada di Paris. Kami minta waktu anda untuk membicarakan kerjasama dengan pihak kami.” Ucap Felix asisten Anthony melalui panggilan telepon.
Klik. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Xavier langsung mematikan teleponnya.
Drtt drtt panggilan telepon masih terus berlanjut
“Hello! Mr. X, saya Felix dari studio Anthony.” Ucap asisten Anthony. Saat Xavier sedang merapikan rambutnya.
Klik. Tanpa ingin berbasa basi panggilan telepon itu langsung dimatikan oleh Xavier.
“Halo, kami dari studio Anthony. Tolong telepon kami kembali saat Anda senggang.” Suara panggilan terakhir pagi ini dari tim Anthony de Yves Saint.
Setelah mengabaikan panggilan telepon dari tim Anthony de Yves Saint, Xavier segera pergi dari kamar hotel dengan mengenakan pakaian rapi dan mengenakan kacamata hitam untuk menemui sepupunya.
***
“Ada kabar dari Mr. X?” Ucap Anthony saat sedang bersiap untuk menemui klien di Hotel dekat butik store miliknya.
“Tidak, belum ada.” Ucap Felix (asisten Anthony). Sontak saja Anthony langsung menoleh kesal ke arah asisten pribadinya.
“Aku akan mencoba meneleponnya lagi.” Bujuk Felix.
“Lobi dia bagaimanapun caranya.” Ucap Anthony saat Felix sedang mencoba menghubungi Mr. X lagi dan lagi.
“Aku tahu dia menolak semua orang. Tapi dia tidak akan menolakku karena aku Anthony. Aku butuh dia. Warna dan sudut yang dia gunakan. Kehangatan dan kesejukan serta kontras di antara keduanya. Pokoknya aku butuh dia.” Ucap Anthony yang sedang ditunggu banyak orang di luar Hotel.
Semua orang dengan sabar sekaligus cemas dan gelisah menunggu untuk bertemu Anthony di lobi Hotel. Banyak orang yang berlalu lalang dan terus menanyakan pada receptionist kapan mereka bisa bertemu dengan Anthony.
Salah satu orang yang sedang menunggu adalah Felice. Felice bersama timnya sedang menunggu giliran untuk bertemu Anthony, mereka harus bersaing dengan beberapa perusahaan untuk bisa bertemu dan bekerja sama dengan Anthony Vaccarel.
“Bagaimana pertemuan dengan Anthony?” Tanya Luna melalui panggilan telepon.
“Dia punya banyak janji temu dengan beberapa perusahaan lain selain kita. Ada banyak orang yang ingin bertemu dengannya. Aku sudah menunggu selama hampir 3 jam.” Balas Felice.
“Itu pasti sangat menyebalkan. Oh ya! Ngomong-ngomong, Direktur Arina juga sudah tiba di Paris.” Balas Luna yang sedang sibuk memindahkan barang-barang ke mobil.
“Dia belum menghubungiku. Bagaimana dengan buku katalognya?” Tanya Felice.
“Aku baru mengambilnya di percetakan. Aku akan segera berangkat.” Balas Luna.
“Telepon aku jika sudah sampai.” Balas Felice lalu mematikan panggilan teleponnya.
“Nona Felice, Anthony masih belum turun.” Ucap Vareena saat menghampiri Felice.
“Berapa banyak janji temu yang dia punya sebelum kita?” Tanya Felice.
“Tiga. Dia bertemu dengan Sono sebelum kita.” Balas Vareena.
“Kamu pasti lapar. Makanlah dahulu. Aku akan menunggu di sini.” Ucap Felice.
“Aku sudah makan sarapan di siang hari. Kamu yang sebaiknya makan dahulu.” Ucap Vareena.
“Aku bisa menunggu sampai rapatnya selesai.” Sahut Felice.
“Tapi kamu belum makan apa pun. Aku akan menelponmu segera setelah rapat Sono di mulai. Makanlah dahulu.” Sahut Vareena.
“Oke. Aku akan segera kembali.” Balas Felice.
“Ya, aku akan segera mengabarimu.” Ucap Vareena.
Kemudian Felice segera pergi ke restaurant terdekat untuk makan siang. Saat sedang memilih menu makanan, Felice tetap sambil melakukan panggilan telepon dengan Presiden Direktur yang sekaligus ayah dari Direktur Arina untuk membicarakan pekerjaan.
“Karena Anthony memutuskan memasuki pasar Asia tenggara, mereka pasti akan membutuhkan bantuan kita karena Lauré adalah merek mode nomor satu di Indonesia dan Asia tenggara. Itu akan menjadi fokus presentasi ku.” Ucap Felice saat membujuk Edward agar percaya padanya.
“Aku tidak perlu mendengar ini. Aku menginginkan hasil. Apa yang diketahui penjual kain sepertiku. Tidak ada gunanya memberitahuku.” Balas Dirut Edward.
“Aku akan terus mengabari mu, Pak.” Balas Felice.
“Arina sedang apa? Aku belum mendengar kabar darinya.” Ucap Presiden Direktur Edward.
“Karena pertunjukan Anthony diadakan besok, Arina harus memeriksa banyak laporan untuk pertemuan setelah pertunjukkan.” Ucap Felice sambil menunjukkan menu yang ia inginkan pada waitress.
“Sekretarisku memesan tempat di restoran pukul 20.00 hari ini. Pastikan Arina tiba disana tepat waktu.” Ucap Presdir Edward.
Drtt drtt (suara telepon dari hp pribadi Felice)
Felice segera mengangkat telepon dari Arina di telinga kanannya tanpa mematikan panggilan telepon dari Presdir Edward yang masih ada di telinga kirinya.
“Luca. Si brengsek itu punya wanita lain. Pastikan kamu membawa banyak...” Ucap Direktur Arina yang sedang menahan amarahnya.
Felice tidak habis pikir harus mengurus urusan percintaan atasannya itu. Felice langsung menjauhkan ponselnya dari telinga kanannya lalu melanjutkan pembicaraannya dengan Presdir Edward.
“Ini pertemuan dua keluarga. Jangan sampai dia mempermalukanku. Suruh dia bersikap baik.” Ucap Dirut Edward.
“Baik, pak.” Balas Felice. Kemudian Presdir Edward mematikan panggilan teleponnya.
Felice kembali mengambil ponsel pribadinya untuk melanjutkan pembicaraan dengan Direktur Arina. “Direktur Arina jangan lakukan apapun. Aku akan tiba 10 menit lagi.” Pintaku pada Direktur Arina.
“Sorry, please cancel my order. I'll come back next time. (Maaf tolong cancel pesanan ku. Aku akan kembali lain kali)” Ucap Felice pada waitress yang tadi melayaninya.
Felice segera pergi dari restoran untuk menuju Grand Powers Hotel.
***
Janji yang kita buat dan cintamu menunjukkan jalannya. Serta berjalan di jalur itu adalah caraku membalas kepadamu. Felice Chiara FarfallaXavier menikmati tempat rekreasi itu sambil naik gondola untuk melihat pemandangan di sekitarnya. Saat sedang melihat ke sekitar, Xavier tidak sengaja berpapasan dengan wanita yang mirip Felice sedang naik gondola yang berbeda arah dengannya. Matanya langsung tertuju pada wanita cantik itu.Xavier ingin memastikan itu benar atau tidak. Namun, gondolanya terlalu cepat bergerak dan mereka saling menjauhi satu sama lain. Xavier terus memperhatikan sampai benar-benar tidak terlihat.Nalurinya berkata bahwa itu adalah Felice. Tapi bagaimana mungkin Felice masih tidak berubah sejak terakhir bertemu. Dia masih selalu cantik, anggun dan elegant. Xavier berharap ingin bertemu orang itu lagi untuk memastikan dia Felice atau bukan.Setelah turun dari gondol
Berjalan di jalanan yang sama seperti dua tahun lalu, di malam yang berbeda dan tidak ada yang seseorang yang menemani setiap langkah kaki ini terasa sangat asing bagi Xavier. Udara di sekitar, pepohonan yang rindang jalanan yang basah setelah diguyur hujan, semuanya tidak banyak yang berubah.Xavier memandangi pemandangan di jalanan yang terguyur hujan itu sambil memikirkan kenangan dua tahun lalu bersama Felice. Matanya terus memperhatikan setiap sudut di kanan dan kiri jalanan itu.“Satu atau dua tahun dari hari ini. Jika aku bisa berjalan di jalur seperti ini di hari ini, aku akan memikirkanmu dan kita hari ini.” Suara hati Xavier.Drttt drttt [+62813003680996]Xavier menghentikan langkahnya untuk membuka pesan di ponselnya.“Aku mengirimimu pesan dari Jakarta. Apa kamu tiba dengan selamat? Sampai jumpa besok di Jakarta.”Setelah membaca pesan itu, enta
“Kamu sudah menikah?” Tanya Xavier.“Astaga! Kamu bahkan tidak mengirimi aku undangan pernikahan. Kamu pikir seperti itulah teman yang setia? Wahh! Aku kecewa padamu.” Keluh Xavier.“Haha. Tenang dulu! Kita tidak menikah. Kita hanya tinggal bersama.” Jawab Arka.“Benarkah? Kamu tidak takut dengan omongan orang? Ini Indonesia bukan Eropa atau America.” Ujar Xavier.Drttt drtt [Nona Luna]“Halo, ini Arka Nolan Jude, CEO Galaxy PR.”“Halo, Pak Arka. Aku menelepon dari tim Lauré.” Ujar Luna.“Ya, Nona Luna.” Balas Arka sambil melihat ke arah posisi Xavier duduk beberapa saat.“Bagaimana perkembangan iklan produk kami?” Tanya Luna.“Oh itu Pak Liam yang akan bertanggung jawab atas iklan produk tahun ini. Anda tidak usah khawatir. Tenag saja. Tunggu saja
Xavier hanya sempat memasak mie instan hari ini. Saat mie sudah dimasukan, Xavier hendak memasukan telur. Namun, Xavier teringat sesuatu saat memegang telur itu.Flashback On“Kamu selalu mengaduk telur setelah menambahkannya ke mie instan, bukan?” Ujar Felice.“Tidak.” Balas Xavier.“Wah! Astaga, kita sungguh berbeda. Kita benar-benar tidak cocok. Sepertinya kita akan sering bertengkar.” Balas Felice.Flashback OffXavier membatalkan niatnya yang akan langsung memecahkan telur di atas mienya. Dia memutuskan untuk mencoba selera makan Felice.Xavier pecahkan telur itu di atas mangkuk kecil lalu diaduk hingga terampur rata. Setelah itu baru dimasukan ke dalam mie.Setelah mienya matang, Xavier segera memakannya sebelum mie itu menjadi dingin. Xavier makan mie sambil sesekali melihat ke arah foto Felice yang ada di hadapannya.Flashback On
“Itu sesuatu yang harus kamu ulur dan kamu bumbui sedikit. Hehehe…” Ujar Alano yang agak malu malu tapi akhirnya mengaku juga.“Hahaha!”“Hehe! Ya, memang aku yang mengatur semua ini.” Ujar Alano sambil mengajak yang lain untuk cheers.“Terima kasih, Pak Al dan semua yang hadir di sini. Aku akan menerima semua bantuan kalian.” Ujar Felice.“Heah! [Menghela nafas] Aku sangat putus asa hingga tidak peduli untuk menyelamatkan wajahku. Kini aku punya dua pegawai yang harus kuberi makan. Aku terima tawaran kalian dengan senang hari dan terima kasih untuk semuanya. Terima kasih banyak.” Ucap Felice dengan berlinang air mata penuh haru“Kamu pasti bisa, Nona Felice!” Ujar Diana.“Aku akan memasok kain terbaik. Tenang saja! kamu tinggal buat desain yang bagus untuk karya baru di brand pribadimu.” Ujar Budi.“Hubungi aku meski hanya untuk satu atau dua hal. Aku akan menjahitnya meskipun harus mengurangi waktu tidurku.” Ujar Selena.“Wahh!”“Astaga! Benarkah?” Ujar Felice.“Ya!” Balas Selena.“W
Pagi ini, Felice memulai harinya dengan mengecek semua hasil desainnya kemarin. Felice melihatnya satu persatu. Desainnya cukup unik tapi Felice merasa bingung bagaimana cara merealisasikan gambar ini di saat tidak ada orang yang mempercayainya.“Kamu membuat semua desain ini? Dalam sebulan?” Ujar Xavier.“Ya.” Balas Felice sembari tersenyum.Felice melirik ke sebelah kanannya sambil tersenyum senang. Felice merasakan Xavier membuka sketsa desainnya lembar demi lembar.“Wah!” Puji Xavier.“Bagaimana bisa kamu menyimpan semua ini?” Tanya Xavier sembari terus membuka lembaran pada buku itu.“Aku tidak tahu apakah aku sangat berbakat atau sedang penuh inspirasi. Aku merasa seperti Mozart.” Ujar Felice.“Apa kamu juga genius? Hehe!” Puji Xavier.“Hehe..” Felice tersenyum bahagia sambil merasakan Xavier membuka buk
“Tidak apa-apa. Ya, sampai jumpa.” Ujar Felice yang masih berusaha menghubungi rekan kerja lamanya.“Huftt!” Gumam Felice setelah mematikan teleponnya.“Tidak apa-apa. Aku bisa mencoba lagi.” Ucap Felice.Felice melakukan peregangan agar leher, bahu, punggung dan tangannya tidak kaku. Lalu Felice melihat dirinya di dalam cermin.“Apa aku tidak cukup merawat diriku?” Ujar Felice saat merasa wajahnya terlihat kusam dan ada beberapa kerutan di wajah yang cukup menganggu penampilannya.Felice mengambil minuman collagen dan vitamin booster. Lalu menyeduhnya dalam gelas. Kemudian dia minum sampai habis. Lalu kembali pada pekerjaannya.Ting nong [Suara bel]“Siapa itu?” Ujar Felice.Felice membukakan pintu untuk tamunya. Lalu kembali ke meja makan yang sedang Felice gunakan untuk bekerja.Berkas-berkas yang ada di atas meja itu mereka rapikan dan disis
Kegiatan Felice saat ini adalah disibukkan dengan kartu-kartu nama dan daftar list yang harus Felice hubungi untuk keperluan labelnya sendiri.“Halo, Pak Akbar, apa kabar? Aku akan meluncurkan labelku sendiri.”“Hai, ini Felice Chiara Farfalla. Ini tentang lini mini yang ku sebutkan sebelumnya.”“Kamu tidak sanggup lagi? Oh baiklah.”“Ah sayang sekali.” Ucap Felice saat mencoret beberapa daftar nama dalam listnya.***Drtt drttt [Suara telepon Manajer Umum Alano]Manajer Alano mengangkat telepon itu, “Halo.”“Halo, Pak Al. Ini Pak Belva.”“Ya, ada apa?” Ujar Manajer Alano.“Saya ingin tanya. Apa benar Nona Felice meluncurkan brandnya sendiri?” Ujar Budi.“Apa kamu memutuskan untuk bekerj
“Apa katamu?” Ujar Mama Yuri.“Aku berhenti bekerja.” Ujar Felice.“Kapan?” Tanya Mama Yuri.“Ini hari terakhirku.” Ujar Felice.“Kenapa kamu berhenti?” Tanya Mama Yuri.“Alasan yang sama dengan Mama.” Balas Felice.“Apa?”“Jika aku melihat kembali hidupku, itu tidak terlalu buruk. Ada saat-saat bahagia dan berharga, tapi aku ingin mulai melakukan apa yang selalu ingin kulakukan, tapi terlalu takut untuk mencobanya.” Ujar Felice“Maaf, aku tidak punya lagi posisi penting di perusahaan besar.” Ujar Felice sembari tersenyum.“Jangan konyol. Mama tidak pernah meminta hal seperti itu.” Ucap Mama Yuri.Mama Yuri mendekat pada Felice, memegang tangannya, “Kamu sudah bekerja dengan baik. Bekerja sangat keras selagi melakukan tugasmu sebagai anak kami. Kamu putri terbaik yang bisa diharapkan siapa pun.”“Mah! Masalahnya, aku tidak punya apa-apa sekarang. Belum ada yang diputuskan.” Ujar Felice.“Lalu apa yang akan kamu lakukan? Kenapa kamu jadi ceroboh begini?” Ujar Mama Yuri.“Benar, bukan Ma