Share

Bag-6

last update Last Updated: 2021-06-05 06:48:57

JANTUNG RIKI BERDETAK SANGAT KENCANG, di saat mengetahui ada wanita yang dia idamkan selama ini masuk ke warung bubur ayam. Tidak enak diam. Tidak fokus untuk makan. Hanya satu yang dirasakan olehnya, bunga-bunga cinta itu muncul kembali di indahnya suasana pagi hari. Tak lupa dia menatap Ani sambil melayangkan sapaan yang dibarengi senyuman khas.

Indah bola matanya sangat menusuk sanubari Riki. Sampai-sampai, Riki dibuat salah tingkah oleh kehadiran Ani di warung itu. Namun, dia juga sangat merasa beruntung bisa bertemu Ani di waktu pagi-pagi sebelum berangkat kerja. Katanya, ini rejeki bisa memandang indah wajahnya di pagi hari. Ani hanya bisa tersenyum kepada Riki. Mungkin saja, dia juga gugup ketika melihat Riki berada juga di warung bubur ayam. 

Ada benarnya kata orang-orang, cinta akan semakin tumbuh bila berhadapan langsung dengan orang yang dicintainya. Dan semua itu akan terasa sangat indah bila bisa bersama serta saling menjaga hati. Namun, Riki khawatir dengan perasaan yang dia punya ini salah jalur dan belum siap untuk menerima konsekuensi dalam main cinta. 

Bubur ayam yang sudah dingin pun dia tidak pedulikan lagi. Hanya dua yang Riki inginkan di warung itu adalah bisa lebih dekat lagi dengan Ani dan makan berdua bersama dirinya. Namun lagi dan lagi, dia tidak mampu untuk mengucapkan semua itu. Bibirnya tiba-tiba kaku. Sementara Ani terus fokus dengan ponselnya, mungkin dia ingin mengalihkan pandangannya atau benar-benar fokus dengan layar persegi panjangnya? Riki pun tidak tahu dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Ani itu. 

Para penikmat bubur yang ada di warung itu, sesekali memandang Riki yang terus mengalami salah tingkah. Mereka sesekali tersenyum juga kepada Riki. Ada rasa malu dengan hal yang dia lakukan di waktu itu. Riki pun tidak mengerti kenapa rasa cinta itu muncul ke permukaan lagi di saat waktu pagi. 

Apa mungkin cinta itu akan datang terus? Sebuah pertanyaan berputar dari otak lelaki itu. Riki yang tidak bisa menahan gejolak batinnya pun langsung mendekat ke arah Ani, untuk bisa lebih dekat lagi memandang wajahnya. Namun, Ani tidak mengindahkan  Riki. Dia hanya bengong ke arah lain. Bukan ke arah Riki. Seorang lelaki itu penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Ani.

Tiba-tiba saja, Ani terlihat kaget dengan ucapan pelayan warung itu. Kata pelayan itu, ini buburnya sudah jadi! Wajahnya tampak penuh tekanan yang dia hadapi. Namun, setelah membayar satu porsi bubur ayam, dia pun langsung pergi tanpa pamit kepada Riki. Batin Riki pun semakin bertanya-tanya dengan keadaan yang sedang dialami oleh Ani. 

"A ... Ani!" Riki pun memanggilnya sambil berlari ke luar warung bubur ayam itu. 

Ayunan kaki Ani pun berhenti lalu dia bertanya, "Ada apa, Ki?"

"Ada apa denganmu? Kamu, kelihatan banyak pikiran, ya?" Riki yang sudah berada di hadapan Ani pun langsung melemparkan pertanyaan. 

"Nggak apa-apa, Ki. Ini hanya kecapean aja," jawab Nur, "aku berangkat kerja dulu, ya!" lanjutnya dibarengi ayunan kaki yang mulai digerakkan kembali. 

Riki mengangguk dan dia pun di dalam hatinya ada rasa kurang percaya dengan apa yang diucapkan oleh wanita itu. Riki sangat yakin bahwa ada masalah yang disembunyikan oleh Ani. 

*

Nur merasakan ada yang berbeda dengan badannya, sakit-sakit. Dia pun merasakan ada sesuatu yang aneh menimpa dirinya. Setiap pagi, biasanya dia duduk di teras rumah menunggu matahari keluar dan menyinari dirinya. Dan banyak pula orang-orang yang selalu menyapa dirinya ketika ada di teras rumah. Namun di hari ini, dia hanya bisa duduk di kursi yang berada di tengah rumah. Menahan sakit. Bertanya-tanya. Berprasangka buruk terhadap dirinya, hanya itu yang ada di pikirannya. 

"Nur ...!" panggil Nek Iyam yang membuat Nur terkejut dari lamunannya. 

Nur menengok dan tidak berkata sedikit pun. Wajahnya yang murung menjadikan Nek Iyam sangat kasihan kepada Nur. Seorang wanita tua yang berada di depan Nur itu juga tidak habis pikir dengan Diki. Cucunya ini kurang apa? Cantik, iya. Manis, iya. Sabar, iya. Batin Nek Iyam terus bertanya-tanya, sampai wanita tua itu langsung mendekat di samping Nur.

"Neng, ada apa? Kok, Nenek lihat-lihat kamu melamun terus?" tanya Nek Iyam. 

"Nggak ada apa-apa, Nek." Air bening yang berada di mata Nur pun keluar dengan dibarengi jawaban yang diberikan kepada neneknya. 

"Kalau nggak apa-apa, kenapa nangis?" 

"Aku pasti kuat menghadapi ini, Nek." Nur langsung mendekap seorang wanita tua yang berada di sampingnya.

Nek Iyam sangat paham dengan apa yang dikatakan oleh cucunya itu. Wanita tua itu pun merasakan kesedihan yang mendalam atas apa yang dialami oleh Nur. Namun, dia juga tidak bisa apa-apa. Hanya doa yang bisa dia keluarkan dari mulutnya. Nek Iyam sangat percaya bahwa setiap ciptaan-Nya akan diuji dan hanya doa yang bisa menolongnya. Wanita tua yang terus memakai syal itu pun selalu mengingat apa yang ada di Al-Qur'an, hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan¹.

Memang, mendung akan tidak selamanya mendung. Namun, ini sangat menyakitkan bagi Nur. Hatinya seperti sedang diiris-iris oleh waktu, perasaan yang terus merundung kegalauan. Dia sampai tidak semangat untuk apa pun. Makan enggak enak. Bekerja enggak napsu. Setiap harinya, diam sendirian sambil kedua kakinya ditekukan, melamun. 

Ada beberapa omongan orang yang menyebut Nur sudah gila karena cinta. Ada beberapa orang yang kasihan kepada dia. Kakek Samad tidak peduli dengan omongan orang-orang kepada cucunya. Lelaki tua itu sangat percaya bahwa cucunya ini akan bersinar lagi, seperti matahari yang menyinari bumi tidak ada lelahnya. 

"Kamu itu harus kuat, Neng. Tenang saja jodoh, harta, dan mati sudah ada yang ngatur!" kata Kakek Samad yang mendekati Nur. 

Nur melirik ke arah kakeknya lalu dia pun mengangguk. Dan di wajahnya terlihat ada rasa kekuatan yang muncul ke permukaan. 

"Iya, Kek, Nek. Makasih udah nemenin aku, ya!" Nur melirik ke arah kedua orang yang disayanginya. 

Ada air yang menetes dari mata Kakek Samad itu. Dia baru sekarang ini merasakan hatinya luluh lantah oleh kejadian yang begitu tidak diduga. Lelaki tua itu pun tidak mampu untuk memberitahukan yang telah terjadi kepada Nur. Dari semua itu, lelaki tua yang menjadi kakeknya itu hanya bisa membayangkan kembali apa yang sudah terjadi. Merenung. Kadang-kadang meneteskan air mata. Kakek Samad tidak ingin mendung yang terlihat dari diri Nur itu menjadi sebuah bencana kebanjiran yang menenggelamkan harapannya. 

Catatan kaki:

¹ QS. Al-Fatihah ayat 5

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SEPERTI MENDUNG    Bag-38 (Tamat)

    SETELAH TADI PAGI MELAKSANAKAN ACARA AKAD PERNIKAHAN, Bos Alek pun sudah sah menjadi suami dari Nur. Ada rasa bahagia yang tergambar dari wajah pasangan baru itu. Sekarang pun hari sudah semakin sore. Entahlah, rasa lelah pun tergambar dari pasangan baru itu. Sampai-sampai, Bos Alek hanya bisa duduk saja di kursi beranda rumah sambil melihat pemandangan yang ada di depan matanya.Bos Alek tiba-tiba terdiam ketika mendengar suara Nur yang memanggil. Ya, itu suara Nur, kata dalam hatinya. Dia pun mencoba memalingkan wajah ke arah depan pintu rumah. Alangkah indahnya, lelaki berhidung mancung itu melihat bidadari yang sedang berdiri; Nur. Bidadari itu masih cantik oleh bekas make up yang dia pakai tadi pagi. Sungguh dan sungguh, Bos Alek malah menahan saliva sampai kedua matanya jadi susah berkedip.Nur pun tersenyum ketika melihat suaminya itu yang terlihat terpana olehnya. Sungguh, Nur malah menjadi salah tingkah sehingga dia pun

  • SEPERTI MENDUNG    Bag-37

    SETELAH BERBULAN-BULAN MEMANTAPKAN PERSIAPAN PERNIKAHAN, Bos Alek pun tampak tak bisa tenang ketika tanggal pernikahan itu sudah ada di depan mata. Entahlah, apa yang sedang dirasakan oleh lelaki berhidung mancung itu. Namun, dia terlihat selalu berusaha untuk menutupi apa yang sedang dirasakan di dalam hatinya.Memang, suatu pernikahan itu adalah hal yang sangat serius. Oleh karena itu, hal semacam itu pun tak bisa disepelekan oleh Bos Alek. Tak bisa dielakkan lagi lelaki itu mulai seperti setrikaan yang sedang dipakai. Berjalan-jalan dari ruang tamu rumahnya ke dapur dan kembali lagi dari dapur ke ruang tamu. Hal semacam itu pun dia lakukan ketika waktu sudah malam.Di lain sisi, lelaki itu tak bisa lagi untuk menunggu dan terus menunggu tanggal yang sudah ditentukannya. Menurutnya, menunggu itu hal yang menyesalkan karena dari menunggu itu bisa menciptakan ketidaktenangan. Maka dari itulah

  • SEPERTI MENDUNG    Bag-36

    SETELAH SEMINGGU LAMANYA, Nur berpikir tentang jawaban apa yang pas disampaikan kepada Bos Alek. Dia pun mengakui bahwa selama berkenalan dengan Bos Alek banyak perubahan. Dan tentunya, lelaki berhidung mancung itu membuat dirinya nyaman. Kadang lelaki itu pun membuat Nur merasa takjub dengan kegigihannya dalam bekerja. Oleh karena itu, dia pun tak bisa menampik bahwa ada rasa yang mulai timbul untuk Bos Alek.Apakah ini waktu yang tepat untuk memikirkan pasangan, kata Nur di kala berada di kamarnya. Dia terduduk di depan cermin sambil bicara dengan bayangannya. Sungguh, momen seperti ini membuat dirinya tambah dag-dig-dug saja di hati. Dia menyadarinya, mungkin Bos Alek di sana sedang menunggu jawaban pertanyaan darinya.Malam yang sepi sejuk, Nur keluar dari kamarnya dan langsung menuju beranda rumah. Kemudian, tangan kanannya memegang ponsel dan langsung saja mengirim satu pesan kepada Bos

  • SEPERTI MENDUNG    Bag-35

    PAK KADES DAN ANDI KECEWA, mereka berdua kecewa karena sudah ditolak oleh Kakek Samad tentang perjodohan itu. Sampai, mereka berdua pun langsung pergi dari hadapan Kakek Samad dan istrinya. Kejadian siang yang begitu menyakitkan bagi mereka berdua. Hati Andi pun seperti tertusuk oleh katana, ya, begitu sangat sakit. Dia tak menyangka bahwa akan mendapatkan penolakan. Dia tak menyangka bahwa dengan modal sarjana pun belum bisa meyakinkan Kakek Samad untuk menyetujui perjodohannya itu.Pada siang hari, benar saja dugaan Kakek Samad bahwa Pak Kades dan putranya kembali lagi ke rumahnya. Dan pertanyaan-pertanyaan yang hampir sama dengan pertanyaan pada saat pertama kalinya mereka bertandang ke rumah Kakek Samad. Lelaki tua berambut perak itu pun langsung saja tanpa ba-bi-bu bahwa dia melemparkan jawaban dengan penolakan. Setelah mendapatkan jawaban yang menyakitkan itu, wajah Andi tampak merah dan langsung saja pergi dari hadapan Kakek

  • SEPERTI MENDUNG    Bag-34

    NUR TERDIAM KETIKA BOS ALEK MENYATAKAN NIAT UNTUK MENIKAHINYA. Dia tak menyangka bahwa cinta yang timbul dari Bos Alek itu begitu cepat. Bahkan, wanita berambut sebahu itu pun belum percaya dengan apa yang dialaminya. Mana mungkin dia begitu cepat bisa membuat Bos Alek menyukainya, pikiran wanita itu pun jadi terbang ke mana-mana. Dia benar-benar terdiam seperti patung dan tenggorokannya seperti ada yang mengganjal. Bos Alek pun menunggu dengan sabar jawaban yang akan dilontarkan Nur kepadanya. Namun, sampai menunggu beberapa jam, jawaban yang ditunggu Bos Alek pun tak kunjung datang. Akhirnya, lelaki itu berucap, "Saya siap untuk menunggu jawabannya, kok."Nur tak tahu harus menjawab apa kepada bosnya Ani itu. Dia benar-benar belum yakin dengan niat yang diinginkan oleh Bos Alek untuknya. Di samping itu juga Nur masih trauma membuka rasa untuk lelaki karena tak ingin rasanya dikhianati lagi. Akhirnya, Nur memaksa untuk mengeluarkan

  • SEPERTI MENDUNG    Bag-33

    SETELAH BERBULAN-BULAN BOS ALEK PENDEKATAN DENGAN NUR, dia tambah yakin saja dengan wanita yang mempunyai rambut sebahu itu. Sungguh, tak bisa diragukan lagi untuk menjadikan wanita itu menjadi pendampingnya. Bos Alek tak memedulikan perjalanan suram yang telah menyerang Nur. Lelaki berhidung mancung itu hanya berpikir bahwa cinta suci akan datang kepada siapa pun. Dan mungkin saja, cinta suci dirinya datang dari Nur sehingga saban harinya dia selalu dimabuk asmara oleh wanita itu. Sungguh!Masa pendekatan pun berjalan mulus ditambah lagi mungkin Ani sangat menyetujui bahwa bosnya itu bisa menikahi kakaknya. Walaupun, Ani menyadari bahwa kakaknya tak mempunyai apa-apa dan Bos Alek adalah pebisnis muda yang lumayan sukses. Dia pun kadang merasa ciut membayangkan jika hal pernikahan kakaknya dan Bos Alek itu bisa terjadi. Namun, Ani mempunyai pikiran juga bahwa takdir cinta itu siapa yang tahu. Cinta bisa datang kepada siapa pun dan m

  • SEPERTI MENDUNG    Bag-32

    MOMEN YANG TAK BISA DILUPAKAN OLEH ANI, dia tersipu malu di hadapan Riki. Dia belum percaya bahwa Riki bisa juga untuk memandangnya dengan tatapan tajam. Sungguh, batin wanita itu jadi dag-dig-dug. Kemudian, lelaki yang ada di depannya itu mengeluarkan suara dari mulutnya. Ya, momen itu pun yang ditunggu-tunggu Ani dari tadi.Namun, suara yang keluar dari mulut Riki pun tak banyak. Bahkan, kata-katanya pun bisa dihitung oleh jari tangan. Ani pun menghela napas panjang lalu menggaruk-garuk jilbab yang dia pakai. Dia bingung harus dengan cara apalagi menghadapi Riki yang menurutnya berubah 180* itu. Kemudian, dia termenung dan suasana pun mendadak hening.Sangat mengesalkan ketika setelah hening melanda, Riki malah tertawa di hadapan Ani. Wanita itu dibuat cemberut dan kesal dengan sikap yang ditampilkan Riki kepadanya. Tangan kanan Ani pun gemas lalu mencubit pinggang Riki. Lelaki itu tampak k

  • SEPERTI MENDUNG    Bag-31

    PADA SAAT KELUAR RUMAH, Ani benar-benar beruntung bahwa ucapan kakaknya itu tak bohong. Bahkan, dia sampai senyum-senyum sendiri. Riki melihat tingkah laku yang ditampilkan oleh Ani. Kedua mata yang dimiliki oleh Riki pun menatap tajam. Lelaki itu tak menyangka bahwa Ani mungkin saja menunggunya di rumah ini.Lelaki itu malah terdiam di hadapan Ani, tenggorokannya seperti ada yang mengganjal dan badannya seperti patung. Namun, keadaan pun berbanding terbalik yang mana Ani memandang Riki dengan tatapan serius. Lelaki itu menunduk. Ani langsung saja bertanya tanpa ba-bi-bu lagi kepada Riki. Wanita itu bertanya dengan nada yang lumayan terdengar serius tentang Riki cuek kepadanya. Lagi-lagi, laki-laki itu masih terdiam dan mulutnya pun serasa terkunci. Sampai-sampai, Ani pun dibuat kesal menunggu jawaban yang tak kunjung diterima. Kaki kanannya pun menghentak keramik dan kedua tangan wanita itu mengacak-acak rambut Riki yang rapi serta

  • SEPERTI MENDUNG    Bag-30

    SIANG HARI, Riki mencoba metata hati kembali dan pergi ke rumah Ani dengan mental yang sudah membaik. Dia tak peduli sudah berapa kali cintanya ditolak oleh Ani. Akan tetapi, dia mempunyai pemikiran bahwa lelaki itu harus kuat dan jangan menyerah untuk berjuang mendapatkan wanita yang dicintainya. Dia tak ingin dicap sebagai lelaki pengecut yang baru ditolak beberapa kali pun sudah mundur. Ingat! Itu baru beberapa kali ditolak dan belum ratusan kali ditolak. Jadi, alangkah buruk sekali jikalau harus mundur dalam perburuan cinta Ani.Sewaktu kemarin-kemarin, memang Riki merasakan ada yang berbeda dari dirinya. Bahkan, lelaki itu pun merasa pusing yang ekstra sehingga dia tak nafsu untuk segala hal. Namun, lelaki muda itu masih untung karena dirinya terbilang cepat untuk bisa kembali bersemangat. Riki mulai merapikan pakaian yang dia pakai. Kemudian, dia berniat untuk pergi ke rumah wanita yang berhasil menembus hatinya; Ani.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status