Share

Kenyataan

"An- Anna.” Cicitnya melihat wanita yang berada di depanya dalam kondisi berantakan.

“Ka-kau … ” Anna juga terkejut karena melihat siapa yang berada disana, tepat di depan matanya.

“Lepaskan dia!” perintah Alexander pada keempat anak buahnya yang sejak tadi berdiri di dekat pintu. Mereka cukup terkejut karena tidak tahu bos mereka mengenali tawanan mereka.

Alexander meminta keempat suruhannya untuk keluar dan membiarkannya sendiri, Xander melangkah, menutup pintu dan dan melihat jendela yang sudah rusak. Anna yang melihat pria di depannya hanya menatap dengan tatapan tidak percaya, kepalanya terlalu pusing memikirkan semuanya.

“Anna … ” Ucapnya semakin melangkah maju tetapi Anna mundur dengan tubuh bergetar.

“Bagaimana kabarmu, kau masih mengingatku, kita berjanji akan bertemu lagi kan?” Alexander menatap ke wajah takut Anna, dia merindukan wanita di depannya, dia mencarinya kemana-mana tidak tahunya mereka sangat dekat, di kota yang sama dan sekarang sudah berhadapan.

“Kau tidak merindu--,”

“Kau yang membunuh kakakku?” tanyanya dengan nada dingin menatap tajam pada Alexander.

“Tenang dulu oke! Aku bisa menjelaskannya.”

“Kau pembunuh! Kau membunuh kakakku!” teriaknya melempar vas bunga yang berada di dekatnya.

Jika saja Alexander tidak menghindar vas bunga yang Anna lempar sudah melukai wajah tampannya. Pria itu semakin maju membuat Anna semakin mundur dan terpojok di dinding.

“Berhenti kataku, kau pembunuh!” pekiknya sedetik kemudian tubuhnya luruh ke bawah. Anna pingsan.

Di tempat yang berbeda, Pria yang tidak kalah tampannya juga tengah berdiri di depan kedai milik Anna yang tertutup. Sudah sejak siang dia disana tetapi pemiliknya tidak juga terlihat.

Karena terlalu lelah menunggu akhirnya dia membawa mobilnya ke arah rumah Anna, mungkin saja wanita itu sakit atau tengah melakukan sesuatu di rumahnya sehingga tidak membuka kedai. Pikirnya.

Dia sudah berada didepan rumah Anna tetapi tidak menemukan siapa-siapa juga, melihat pintu yang sedikit terbuka membuatnya penasaran untuk masuk, bisa saja di dalam Anna tengah sakit. Pikirnya lagi.

“Anna … Kau di dalam?” teriaknya 

“Maaf karena aku lancang masuk ke rumahmu, kau didalam?” masih berteriak agar Anna keluar melihatnya, posisinya saat ini sudah di dalam tetapi hanya di depan pintu saja.

Tidak lama ponselnya berdering, dia merogoh kantong dan mengambil ponselnya, saat melihat nama kontak di layar ponselnya dia tersenyum kemudian keluar dari rumah Anna dengan ponsel masih berada di telinganya.

“Baiklah tunggu aku, 15 menit aku sampai.” Menutup ponselnya dan kembali menyimpannya di kantong, pria itu melangkah lebar ke arah mobilnya melajukannya dan meninggalkan kediaman Anna dengan pintu yang masih terbuka.

Orion turun dari mobil dan menghampiri kekasihnya dengan berlari kecil menuju taman belakang dimana mereka sudah membuat janji untuk bertemu. Setelah dia melihat punggung kecil kekasihnya ia lantas memeluknya dari belakang.

“Aku merindukanmu.” Ucapnya lembut dan membalik Lyora.

“Kau merindukanku tetapi lebih dahulu menemui Anna,” ketusnya melepaskan pegangan Orion padanya.

“Oh sayang, bukankah aku harus berpura-pura mengutamakannya lebih dahulu?”

“Yah, tapi kau bisa menemuiku lebih dulu.” Lyora duduk di bangku taman rumahnya, sudah ada dua cangkir teh hangat disana karena memang Lyora tahu Orion kekasihnya menyukai itu.

Orion ikut duduk disamping kekasihnya, mereka memang sepasang kekasih tetapi Lyora sengaja membuat Orion mendekati Anna, karena dia ingin melihat kehancuran Anna saat tahu bahwa Orion adalah kekasihnya.

“Kau tahu, pagi tadi aku sangat puas karena melihat Anna kekasih palsumu itu di tampar oleh pria berbadan besar, aku rasa mereka mencari Arche, tidak tahunya pria yang mereka cari sudah tidak ada.” Lyora tersenyum puas menceritakan bagaimana terpuruknya Anna  disaat kepergian kakaknya belum genap dua hari dia sudah mendapatkan tamparan dari orang lain. Sangat malang tetapi Lyora menyukainya.

Sementara itu Orion yang mendengar itu membeku, dia tidak tahu bahwa pria yang selalu mengancamnya untuk meninggalkan Anna sudah tiada, sebenarnya perasaannya terganggu karena mengetahui Anna semenderita itu.

“Sayang, kau melamunkan apa? Jangan katakan sekarang kau benar-benar menyukai Anna?” selidiknya, dia tidak akan memaafkan Anna jika benar itu terjadi.

Orion langsung menetralkan diri mengenyampingkan perasaannya yang tiba-tiba berubah. Dia tidak pernah menyukai Anna, apa yang dia lakukan setahun ini adalah karena permintaan kekasihnya Lyora, entah ada masalah apa sebelumnya. Tetapi, Orion tidak pernah bertanya selama Lyora bahagia maka dia akan melakukannya sukarela. Tetapi hari ini saat dia tahu Anna sangat rapuh hatinya terusik.

“Mana mungkin, kau tahu selama apapun hubungan kami, aku tidak akan pernah menyukainya karena hatiku hanya padamu.” Tegasnya tetapi sekarang dia mulai ragu dengan kata-katanya.

“Aku akan melihat bagaimana hancurnya dia saat dia tahu bahwa pria yang dia banggakan selama ini adalah kekasihku.” Lyora terbahak. Menyaksikan Anna menderita adalah harapannya.

Dua pasang kekasih yang baru saja bertemu itu menghabiskan hari dengan melepas rasa yang sudah tertahan selama beberapa bulan, mereka tidak pernah bertemu karena pekerjaan yang Orion lakukan dan Orion tentu harus membuat Anna percaya bahwa dia kekasih yang baik.

Keesokan harinya, Anna sudah terbangun, mata bulat itu terbuka perlahan, jendela yang tidak tertutup rapat membuat udara pagi bisa masuk membuat Anna bergidik karena kedinginan.

“Kau sudah bangun?” suara berat itu mengagetkannya, Anna yang belum sepenuhnya tersadar ada dimana langsung mendudukkan diri melihat pria tampan di depannya.

Andaikan pria yang dia lihat ini adalah pria 2 tahun lalu yang diam-diam dicintainya sudah pasti Anna akan senang hati menyambutnya, menyalurkan rindu karena sudah lama tidak bertemu, tetapi karena pria di depannya adalah dalang dari pembunuhan kakaknya membuat rasa cintanya hilang karena sangat membencinya.

Anna melihat sekeliling, bukan kamar yang ditempati kemarin, dimana dia sekarang, kaki jenjangnya menuruni ranjang namun dia kembali terkejut saat melihat bahwa dia sudah berganti pakaian. Matanya melotot dan menatap tajam Alexander.

“Apa yang kau lakukan? Kau memanfaatkan kondisiku yang tidak sadarkan diri!?” pekiknya membuat Alexander hanya menghembuskan napas panjang tetapi dia tidak akan menjelaskan sekarang.

Anna melihat pintu terbuka, dengan gerakan cepat dia turun dari ranjang dan berniat akan kabur. Alexander membiarkannya, dia akan melihat sampai dimana wanitanya akan bisa keluar dari mansion mewahnya.

Anna terus saja berlari, menuruni tangga dengan tergesa, anak buah Alexander yang melihat itu jelas ikut panik dan berusaha menahan Anna tetapi saat melihat bos nya  seolah mengatakan ‘biarkan’ mereka semua undur diri dan membebaskan Anna berlari.

“Anna tenanglah, kita bisa bicara dengan tenang!” nada suara Alexander yang dingin membuat Anna semakin takut. Sudah tepat dia menghilang waktu itu. Tetapi sialnya sekarang dia berada di tangan pria jahat berwajah tampan itu.

“Lepaskan aku, aku mohon, aku akan membayar hutang kakakku tapi biarkan aku keluar.” Anna mendapatkan jalan buntu. Dia tidak menemukan pintu di rumah besar ini. Tidak ada cara lain selain merendahkan diri.

“Anna tolong tenanglah”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status