Share

Di Culik

last update Last Updated: 2023-03-29 14:43:49

Satu tamparan mendarat sempurna di wajah mulus Anna, kepalanya pusing dan sudut bibirnya sudah robek karena tamparan yang sangat kuat.

“Kau berani main-main denganku?” desisnya menarik rambut Anna sampai dia mendongak dan merasakan rambutnya akan terlepas.

“Katakan pada kakakmu, bayar hutangnya atau kau ikut bersama kami.” Pria berotot itu menghempaskan tangannya yang menarik rambut Anna dan mereka semua keluar dari kedai. Meninggalkan Anna yang menangis dalam hati menyaksikan kekacauan yang mereka tinggalkan.

“Rianne …." Lyora mendekat dan memeluk sahabatnya.”

“Kau mengenal mereka?”Anna menggeleng dan terlihat sangat kacau. Dia tidak tahu siapa mereka dan ada apa sebenarnya, kenapa Arche meninggalkan banyak kekacauan. Kakaknya adalah pria yang baik.

Anna tersenyum lembut dan menepuk lengan Lyora mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tetapi dia masih tidak percaya bahwa kakaknya melakukan ini di belakangnya, hutang apa yang mereka maksud, dan untuk apa. Kepala Anna semakin pusing memikirkannya.

Sesampainya di rumah, Anna menghempaskan diri di sofa ruang keluarga, menyandarkan punggungnya dan mendongak dengan mata tertutup. Tetapi baru saja dia ingin tenggelam dalam tidurnya, terdengar pintunya diketuk dari luar.

Dia menoleh kearah pintu. Memang masih siang karena dia menutup kedai lebih cepat dari biasanya. Dia bangkit dari sofa dan melangkah ke depan pintu, baru saja dia membuka pintu Anna sudah dikejutkan dengan empat pria berbaju hitam disana.

“Ka-kalian siapa?” tanyanya terbata karena salah seorang dari mereka terlihat sangat menyeramkan.

“Ikut kami.” Yang paling berbadan besar dan menyeramkan menyeret paksa Anna sampai wanita itu hampir terjatuh. Sekuat tenaga dia memberontak melepaskan diri tetapi salah satu di antara mereka menutup mulutnya dengan sebuah sapu tangan yang diambil dari kantong celananya. Anna tidak sadarkan diri.

“Kau membiusnya?” salah seorang diantara mereka melotot tidak percaya.

“Dia memberontak itu tidak aman untuk kita, boss hanya mengatakan jangan membunuh.” Ketiganya diam kemudian membawa Anna masuk kedalam mobil mereka.

Satu setengah jam kemudian mobil hitam yang membawa Anna sudah tiba di halaman luas sebuah mansion bertingkat tiga. Dari luar tampak sangat mewah dan menangkan, tetapi siapa sangka didalamnya didominasi dengan warna dark.

Anna sudah ditempatkan di sebuah kamar di lantai bawah, kamar paling ujung di sebelah kanan dekat dengan taman belakang mansion. setelah memastikan tawanan mereka aman, keempatnya menutup pintu dan menguncinya dari luar.

Tujuan mereka saat ini adalah ruang kerja boss mereka di lantai dua. Tidak menunggu lama ke empatnya sudah masuk dan melaporkan bahwa mereka sudah melaksanakan tugas dengan baik.

“Bagaimana tugas kalian?”

“Adiknya sudah kami bawa boss, berada di kamar bawah.” Terang salah satu di antara mereka. Kali ini mereka akan aman.

“Bagus. Setelah ini paksa dia mengaku dimana dia menyimpan hartanya untuk membayar hutang kakaknya atau beri dia pilihan kedua.” Keempatnya mengangguk.

Baru saja ke empatnya akan bersenang-senang karena mendapatkan bonus dari hasil kerja mereka keributan kembali terjadi saat mendengar bahwa tawanan mereka mencoba unttuk melarikan diri. Anna mencoba memecahkan jendela dan mencoba untuk keluar walaupun itu tidak mungkin.

“Lepaskan aku, kalian jangan coba-coba mendekat atau aku akan membunuh kalian!” teriaknya pada beberapa orang yang mencoba menangkapnya kembali. Tubuhnya bergetar karena tidak pernah membayangkan hal buruk ini akan terjadi setelah kepergian kakaknya Arche.

“Tangkap dia atau boss akan membunuh kita!” teriak salah seorang dari mereka.

“Jangan mendekat!” Anna melempar apa saja yang berada di dekatnya. Tubuhnya semakin gemetar ketakutan karena mereka semakin banyak dan semuanya adalah pria.

“Lepaskan, lepaskan aku brengsek!” dia terus berteriak saat dua orang sudah menahan tubuhnya dan mencoba membawanya kembali ke kamarnya.

Karena kekuatannya yang tidak seberapa, Anna berhasil dibawa kembali ke kamar yang sebelumnya dia hancurkan.

Melihat bagaimana tawanan mereka terus memberontak terpaksa mereka mengikatnya di sebuah kursi dan menyuruh pelayan untuk membersihkan kembali kekacauan yang diakibatkan olehnya. Mereka masih berdiri di sisi pintu memperhatikan bagaimana Anna terus bergerak melepaskan diri.

“Katakan kenapa kalian menangkapku, aku tidak mengenal kalian!” teriaknya frustasi

“Diamlah nona, jangan terlalu berteriak kau membuat telinga kami sakit.”

“Lepaskan aku, katakan apa salahku brengsek!”

Amarahnya sudah sampai ubun-ubun dia sangat marah karena tidak tahu apa kesalahannya, tiba-tiba sudah berada di tempat ini, dia mengingat tadi pagi kejadian di toko, apakah mereka orang yang sama. Oh ya ampun apakah ini karena hutang kak Arche.

“Apakah ini karena kakakku Arche?” tanyanya pelan, dia masih tidak yakin bahwa kakaknya melakukan pinjaman kepada pria menyeramkan seperti mereka.

“Akhirnya kau menyadarinya, kakakmu meminjam uang untuk berjudi, dan tidak mau membayarnya, lalu bagaimana uang kami bisa kembali setelah kematiannya?” jawab salah seorang yang masih disana.

“Berjudi?” ucapnya tidak percaya dengan menggelengkan kepala kuat.

“Tidak-tidak kalian salah, kakakku tidak mungkin melakukan perjudian, kalian pasti salah mengenali orang.”

“Diamlah, sekarang katakan dimana kamu menyimpan uangmu, karena kami tidak ingin membuat kekacauan tidak berarti di rumahmu.” Ucapnya malas. Boss mereka memang terkadang sangat berbeda. Bahkan jika mereka menghamburkan seluruh isi rumah sudah wajar.

“Apa maksud kalian?” Anna masih mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi.

“Dengar, kakakmu memiliki hutang yang sangat besar dan aku yakin kau tidak akan bisa melunasinya, walaupun kedai itu kau jual jadi ….”

“Apa … katakan, aku akan membayar semua hutang kakakku, lepaskan aku, aku akan mencari uang nya.” Anna mengiba dia harus keluar dari tempat menyeramkan ini, dia tidak tahu apa yang terjadi padanya jika tidak bisa lolos, bisa saja dia akan mati seperti kakaknya.

Mengingat kematian kakaknya, Anna menatap mereka satu persatu, pakaian mereka dan bentuk tubuh mereka, apakah mereka adalah orang yang sama yang membunuh kakaknya?

“Apakah kalian yang membunuh kakakku?” tebak Anna membuat mereka saling pandang tidak menyangka bahwa apa yang mereka lakukan akan terlihat.

“Katakan! Apakah kalian yang membunuh kakakku?” pekiknya dengan kemarahan yang di ubun-ubun.

Anna terus memberontak membuat kursi yang didudukinya terus saja bergeser akibat gerakannya.

“Diam! atau aku akan membunuhmu!” teriak salah seorang yang memang paling tidak bisa menjaga emosinya. Mendengar itu Anna diam, dan menatap musuh orang yang membentaknya.

“Katakan dimana bos kalian, suru dia keluar jangan hanya bersembunyi setelah membunuh kakakku.” Desisnya.

Anna terus berteriak dan memberontak, dendamnya semakin besar setelah mengetahui bahwa dia sudah bertemu dengan pembunuh kakaknya.

“Aku akan membunuh kalian semua!” pekiknya tidak peduli bahwa lengannya sudah berdarah karena memaksa untuk melepaskan diri. Tidak ada rasa sakit karena tujuannya sudah semakin dekat, membunuh mereka semua.

Derap langkah sepatu menggema mengarah ke ruangan dimana Anna dikurung, sebenarnya ruangan yang Anna tempati masih dikatakan layak, mereka menculik hanya untuk mengancam tidak tahunya Anna mengetahui fakta lain bahwa mereka terlihat saat membunuh kakaknya.

“Lepaskan aku, aku akan membunuh kalian semua!”

“Dasar pembunuh!”

“Lepaskan aku brengsek!”

Anna terus berteriak, mengamuk dan mencoba melepaskan diri, tidak peduli lagi dengan kondisi tangannya yang sudah lecet. Tidak ada yang mendekat mencegah karena mereka tidak ada yang boleh menyentuh tawanan wanita sesuka mereka.

“Lepaskan!” teriaknya menghadap ke arah pintu, dimana seorang pria yang baru saja datang melihatnya langsung mematung dan melotot karena melihat siapa yang anak buahnya bawa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Hidup Bahagia

    "Tuan, Rafh ... tolong maafkan kami." Frea menangis. Baru saja ayahnya menjelaskan semuanya. Ketidak sengajaannya menembak keluarga Rafh serta bagaimana Rafh kecil yang dibawa kabur oleh orang suruhan ayahnya. Rencana hanya untuk mengancam, tetapi takdir berkata lain. Tuan Frasino menembak habis keluarga Alexander.Karena rasa bersalahnya, tuan Frasino akan merawat kedua anak rivalnya. Alexander dan anak yang diculiknya--Rafhael. Namun, nyatanya seseorang sudah membawa anak itu lebih dulu.Mengetahui bahwa Frea menyukai Alexander dan berakhir dengan penolakan, kemarahan tuan Frasino kembali meledak. Dia mengusir Alexander dan mencibirnya sebagai anak tidak tahu terima kasih."Nona Frea, ayahmu melenyapkan orang tuaku coba jelaskan padaku, bagaimana cara memaafkanmu?" Suara Rafh terdengar semakin dingin."Kau tidak dengar? Ayahku tidak sengaja melepas pelurunya," "Seperti ini?" Satu tembakan tepat di jantung tuan Frasino yang Rafh lepaskan. Frea menjerit karena melihat ayahnya semaki

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Demi Ayah Dan Ibu

    Rianne tidak akan melepas suaminya, perasaannya mendadak tidak enak sama sekali. Bukankah perasaan orang hamil itu sensitif?Alexander memegang wajah istri, mencium seluruh bagian di wajahnya."Hanya beberapa hari saja, hmm." "Memangnya kau mau kemana? Jangan berbohong dengan mengatakan kau akan bekerja. Alexander, aku tahu dirimu."Menghela napas panjang, Alexander memasang senyum secerah mungkin, tidak bisa dia katakan kepergiannya karena kondisi Rianne yang mengandung. "Rafh. Dia harus melihat tempat kerjanya sayang. Perusahaan itu adalah milik orang tuaku yang terbengkalai dan aku berencana menyerahkan pada Rafh. Dia akan membesarkannya," kilahnya tidak sepenuhnya salahAlis Rianne menyatu, masih tidak mengerti, "Rafh adalah keluargaku yang masih tersisa, dia harus bertanggung jawab untuk masa depannya."Mata Rianne membola, lagi-lagi dia dikejutkan dengan berita besar.Alexander mengangguk saat Rianne kembali mengulang kata keluarga. "Aku juga belum mengatakan ini padanya. Dan

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Jujurlah!

    Tidak tahan lagi, Alexander langsung menyerang sang istri dengan cepat tetapi masih dengan hati-hati.Siang itu, tidak hanya cuaca diluar saja yang panas, tetapi di dalam kamar dengan pendingin juga sudah terasa panasSuami istri yang sudah terpisah beberapa bulan itu, sama-sama melepas rindu di dalam kamar dengan segala macam gaya. Erangan desahan mengalun indah bersama dengan gerakan pasti si pria. "Sayang ... aku ...." Rianne tersengal, napasnya memburu, ada sesuatu yang ingin meledak di bawah sana rasanya."Bersama sayang. Tolong tunggu aku." Alexander menggerakkan pinggangnya semakin cepat, keduanya menegang karena sebentar lagi akan ada ledakan yang dahsyat."Aaaahhhh." Keduanya mendesah panjang bersama, Alexander mendongak begitupun juga dengan Rianne yang berada dibawahnya yang bergetar karena mendapatkan pelepasan bersama.Napas keduanya memburu, senyum cerah keduanya terlihat sebagai tanda bahwa mereka benar-benar menikmati semuanya."Aku mencintaimu." Alexander menjatuhkan

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Sentuh Aku

    Orlando berdecak, dia tidak memikirkan Rianne, dia hanya menyakinkan dirinya kalau Frea memang tidak ada lagi di hatinya."Anna tahu kalau kau yang menabrak keluarganya?" Tanya Richard."Hanya aku yang boleh memanggilnya dengan nama itu." Alexander melanjutkan, "Anna tahu, tetapi tidak tahu kalau dalang dari semua ini adalah keluarga Frea."Sejak tadi Rafh hanya diam saja. Berita besar ini baru saja di dengarnya dan dia tidak menyangka akan serumit ini ceritanya, terlalu berkelok dan berliku."Rafh. Antar Orlando bertemu dengan Frea. Kita akan mengikutinya dari belakang. Selama ini pria tua itu terlalu pandai untuk bersembunyi, aku tidak bisa menemukan keberadaannya."Rafh mengangguk. Sementara itu, Richard yang tidak tahu harus melakukan apa, berencana ikut dengan mereka tetapi Alexander mencegah dengan Alasan para wanita tidak ada yang menjaga.Saat itu juga Alexander menempatkan mereka di tempat yang memang seharusnya mereka tinggali.Rafh akan tetap menjalankan bisnis sang tuan.

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Jangan Berani

    Richard mendengus kesal, artinya selama ini hanya dia saja yang merasa menjadi sahabat kedua pria bengis ini. Jadi tidak heran kalau Alexander menerjangnya sampai babak belur saat itu, dan Orlando? Jangan tanyakan pria di sebelahnya ini. Di otaknya hanya ada nama Rianne. Sialnya lagi, mereka bertiga menyukai wanita yang sama. Dan selalu Alexander yang mendapatkan hasilnya."Rafh menelepon dan menceritakan semuanya padaku. Sebagai teman Anna, jelas saja aku ikut prihatin karena seseorang tidak menghargai perasaannya dan aku mengurus semuanya." Sindir Richard."Kalian berdua," tunjuk Orlando pada kedua penjaga yang melaksanakan perintah Rafh tanpa sepengetahuannya."Besok datang ke ruanganku, aku akan memberikan imbalan pada kalian karena sudah menjaga istriku malam itu." Kedua penjaga itu saling pandang, semebtara Rafh membola."Terima kasih Tuan." Jawab mereka bersamaan dengan wajah cerah. Apa yang Alexander katakan selanjutnya mampu membuat mereka menghela napas pelan dan mengangguk

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Menolak?

    Saat kembali ke rumah, Orlando dikejutkan oleh banyaknya mobil mewah berwarna hitam terparkir tepat di depan rumahnya.Bukan hanya itu, beberapa orang berbadan besar sudah menodongkan senjata api di kepalanya dan Lyora. Gadis itu tentu saja pucat, memegang kuat lengan kakaknya dengan badan bergetar."Jangan takut." Bisik Orlando.Lyora mengangguk dan tetap berpegangan teguh di lengan kakaknya, kakinya sudah lemas melihat senjata-senjata itu mengarah tepat di pelipisnya.Orlando berjalan pelan, begitupun dengan mereka yang tetap tidak melepasnya."Turunkan senjata kalian. Kalian tidak melihat adikku ketakutan." Jengah Orlando. Tahu siapa yang bertamu di rumahnya tato kecil berlambang kelabang di leher mereka sudah menunjukkan dari mana asalnya."Ikut saja. Kami tidak akan melakukan apapun selama Tuan tidak melawan." Orlando mendengus, sejak tadi dia diam, tidak melawan tetapi orang-orang ini yang keterlaluan. Sampai di dalam rumahnya. Orlando sudah disambut oleh pria dengan mata tajam

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Mataku Terkena Debu

    "Untuk apa kalian datang? Dan kau Richard, kita sudah berjanji, kau akan rahasiakan ini dari siapapun. Aku kecewa." Richard menghela napas pelan, "Anna, kau tidak merindukannya? Tuan terlihat sangat khawatir."Richard kembali menambahkan, "Dia harus tahu kabar kehamilanmu."Rianne menggeleng, "Jangan beritahu dia, biarkan dia hidup sesukanya, sampai kapanpun Alexander akan tetap seperti itu."Caroline mendekati Rianne, duduk di sebelahnya, tangan halusnya langsung menyentuh perut Rianne, "Bagaimana rasanya hamil?" Tanya nya menatap Rianne, dia melanjutkan, "Sejak awal hubungan kita tidak baik. Tapi, aku akan meluruskan sedikit masalahmu."Sambil mengelus perut Rianne dia melanjutkan, "Beri dia kesempatan sekali lagi. Aku mendukungmu meninggalkannya dan menikah dengan pria lain kalau dia sampai mengkhianatimu lagi."Caroline melanjutkan, "Alexander sudah meninggalkan usaha di rumah pelacuran. Sudah menyerahkan tempat perjudian pada Roi juga. Dan ku dengar markasnya meledak." Caroline

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Manis Sekali

    "Bagaimana? Rafh mengakuinya?" Bukan Alexander yang bertanya tetapi Richard. Caroline masuk ke kamarnya dengan wajah lesu. Di dalam kamar sudah ada Richard, mantan Dokter Alexander ini belum bertemu langsung dengan mantan majikannya.Alasannya karena Alexander yang terus menghilang."Tidak. Dia juga tidak tahu katanya." "Kau yakin? Bisa saja Rafh berbohong."Caroline melepas pakaiannya begitu saja di hadapan Richard, juga mengganti dengan pakaian baru tanpa merasa malu. Richard hanya menggeleng karena kekasihnya ini sangat--berbeda."Tidak. Aku tahu kapan Rafh berbohong dan tidak."Richard berdiri dan memeluk Caroline dari belakang, "Aku cemburu. Sepertinya kau memang ada rasa padanya."Caroline berbalik dan mencubit kedua pipi liat Richard, "Jangan memancing. Kau juga mencintai Rianne kan? Jadi aku harus bagaimana?""Masa lalu. Sekarang masa depanku ada di hadapanku." Richard menaik turunkan alisnya dan Caroline tahu apa maksud kode itu."Tidak sekarang, aku harus menemui Alexander.

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Yakin Dia Akan Kembali?

    Sementara itu, Maya sudah melepas rangkulannya dari Rafh saat Caroline datang mendekatinya. Senyum wanita itu masih tetap sama seperti dulu manis dan juga--menawan.Maya berdehem, berniat akan meninggalkan keduanya tetapi Rafh menahan tangannya. Maya jelas merasa tidak enak, mereka bukan tokoh utama dalam cerita ini tetapi Rafh seolah mengambil peran lebih banyak. Itu yang Maya pikirkan."Bagaimana kabarmu?" Caroline menyapa lebih dulu, memperhatikan Rafh seperti biasanya, bahkan tatapannya juga masih sama seperti dulu."Baik, Nona." Caroline menyapa Maya juga, wanita yang bisa Richard bahas saat mereka senggang, "Anda Dokter Maya, bukan?" Maya mengangguk."Panggil Maya saja. Nona."Caroline terkekeh, "Baiklah, senang bertemu denganmu, Richard selalu membahas dirimu." Maya hanya tersenyum kecil.Caroline menoleh ke kiri dan ke kanan, ada yang belum terlihat olehnya, "Dimana Rianne? Aku tidak melihatnya?" Tanyanya pada Rafh."Nyonya, tidak ikut."Alis Caroline naik setengah, "Kenapa?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status