Share

Bab.3: Suami Bermuka Dua

Author: Irma Juita
last update Last Updated: 2023-10-23 16:51:51

Aku terkejut melihat kedatangan ayah dan kak Lala secara bersamaan. Wajah ayah terlihat tidak bersahabat, terlebih kak Lala. Lantas, apa maksud dari pertanyaannya?

Wajah Mas Gunawan terlihat pias mendapatkan pertanyaan dari kak Lala. Jelas terlihat dia meneguk salivanya.

"Kenapa diam? Kamu sudah tidak mampu membiayai persalinan Adikku, hingga sampai hati menjadikan KTP-nya sebagai jaminan? hardik kak Lala lagi.

"Bu-kan be-gitu. Kakak tolong sabar dulu, jangan terbawa emosi." Mas Gunawan terlihat gugup.

Wajahnya juga terlihat ketakutan. Apa benar yang dikatakan kak Lala, kalau kartu identitasku mejadi jaminan di rumah sakit? Memang sebelum operasi berlangsung, Mas Gunawan sempat meminjam KTP-ku.

"Coba kamu jelaskan kepada kami, kenapa KTP Hanum bisa menjadi jaminan di ruang administrasi?" tanya ayah dengan suara beratnya. Wajahnya yang biasanya tenang, kali ini terlihat tegang.

Aku kembali menatap laki-laki berambut ikal dan bermanik mata hitam itu dengan lekat. Ingin tahu jawaban atas pertanyaan ayah.

"Jadi begini, Kak, Yah. Saat berangkat kesini, karena terburu-buru Gunawan lupa membawa dompet. Entah tertinggal di bengkel, atau memang tertinggal di rumah. Gunawan hanya membawa uang cash sebesar dua juta rupiah dalam tas kerja. Pihak rumah sakit meminta deposit yang jumlahnya setengah dari biaya persalinan. Gunawan bingung, sehingga mau tidak mau menjadikan KTP Hanum sebagai jaminan sebelum uangnya cukup, supaya bisa segera diproses persalinannya," ucap Mas Gunawan dengan tenang.

Dia terlihat berhati-hati dalam berbicara, seolah takut ayah dan kak Lala curiga. Padahal aku tahu, itu hanya alasannya saja. Mana mungkin laki-laki perhitungan seperti dia meninggalkan dompetnya.

"Dasar pembohong," umpatku dalam hati.

"Tidak masuk akal, masa iya kamu berangkat kerja nggak bawa dompet? Terus kenapa kamu nggak transfer aja biayanya lewat m-banking?" sanggah kak Lala, seolah tidak percaya dengan alasan Mas Gunawan.

"Maaf Kak, Gunawan tidak mempunyai aplikasi m-banking. Gunawan lebih nyaman menggunakan transfer langsung ke ATM, Kak," jawab Mas Gunawan santai.

Setahuku Mas Gunawan memang sudah tidak memiliki mobile banking yang sebenarnya memudahkan dalam bertransaksi online. Alasannya karena dia pelupa, sehingga seringkali aplikasi itu terblokir karena lupa dengan nomor pin transaksinya.

Aku sering melihatnya emosi karena salah memasukkan nomor pin, saat akan mentransfer uang kepada kak Sita. Kakak kandung Mas Gunawan yang kepentingannya melebihi aku istrinya.

"Kenapa kamu tidak meminta bantuan Ayah, atau bantuan Lala, Gunawan?" tanya ayah kemudian.

"Maaf Ayah, Gunawan tidak mau merepotkan Ayah dan Kak Lala. Selama Gunawan bisa mengatasinya sendiri," jawab Mas Gunawan sok mampu.

Padahal kenyataannya, dia memang tidak mampu mengatasi keuangan dalam rumah tangga kami. Bukan karena kekurangan uang, melainkan dia yang selalu mementingkan keluarga kandung dibandingkan anak dan istrinya.

"Buktinya memang kamu nggak bisa mengatasinya, kan? Bilang saja kamu nggak mampu bayar biaya persalinan yang nominalnya bisa kamu dapat hanya dalam waktu dua bulan saja!" cecar kak Lala masih belum puas membuat Mas Gunawan kehabisan kata.

"Sudah ... sudah ... kali ini biarkan Ayah yang membayar biaya persalinan Hanum!" tegas ayah kembali menegahi perdebatan Mas Gunawan dan kak Lala untuk yang kedua kalinya.

"Tidak usah, Ayah. Biar Gunawan saja yang membayarnya. Berhubung sudah ada Ayah dan Kak Lala yang menjaga Hanum, Gunawan rencananya mau pulang mengambil dompet yang tertinggal," ujar Mas Gunawan menolak tawaran dari ayah.

Ini sudah yang ketiga kalinya ayah membiayai persalinanku. Beliau tidak mau memberatkan Mas Gunawan, padahal jelas-jelas sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang kepala keluarga. Namun Mas Gunawan seolah terlihat tidak mau memberatkan ayah, padahal sebenarnya dia sangat mengharapkan bantuan ayah. Dia sangat pandai bersandiwara di depan ayah dan kak Lala.

"Kamu jangan menolak bantuan Ayah, Gun. Biar nanti uangnya kamu gunakan untuk kebutuhan kalian saja. Apalagi sekarang anak kalian sudah bertambah!" ucap ayah, membuatku kembali merasa bersalah kepadanya.

Aku selalu mendapatkan bantuan dari ayah, padahal sudah memiliki suami yang seharusnya bertanggung jawab kepada keluarganya.

Mas Gunawan akhirnya mengangguk dengan ragu, sementara kak Lala terlihat kesal dengan keputusan ayah. Aku tahu selama ini sikap kak Lala selalu sinis kepada Mas Gunawan, karena merasa curiga dia tidak menjadi suami yang baik buatku. Namun selama ini pula menutupinya dari keluargaku. Aku tidak ingin ayah menyesali keputusannya karena sudah menjodohkanku dengan laki-laki yang salah.

Oleh sebab itu, aku memendam sendiri masalah rumah tanggaku. Selain tidak mau mengecewakan ayah, aku juga ingin menjadi istri yang taat dan patuh kepada suami. Ilmu yang yang aku dapat sebelumnya dari pendidikan di pondok pesantren pun mengajarkan bahwa letak surga istri ada pada suaminya.

Pada sore harinya, ayah dan kak Lala berpamitan pulang setelah melunasi seluruh biaya persalinanku. Kak Lala secara pribadi meminta maaf karena tidak bisa mendampingi seperti persalinanku sebelumnya, karena dia sedang ada kesibukan membuka beberapa cabang bisnis kuliner ayah yang berada di luar daerah. Sebelum pergi, kak Lala berpesan agar aku menghubunginya jika membutuhkan bantuan. Seperti yang sudah-sudah, aku pasti mengatakan semuanya baik-baik saja.

Setelah kepergian ayah dan kak Lala, Mas Gunawan kembali kesikap aslinya. Dia kembali dingin dan sinis

kepadaku. Tak lama kemudian, terdengar dering ponsel Mas Gunawan. Entah siapa yang menelpon, dia menerima panggilan itu seraya berjalan ke luar ruangan. Mas Gunawan selalu seperti itu, selalu menjauh dariku jika mendapatkan panggilan.

Aku hanya mengusap dada dan berusaha bersabar dengan semua sikapnya. Aku yakin, suatu hari nanti sikapnya perlahan akan berubah, seiring dengan berjalannya waktu. Cukup lama juga Mas Gunawan berada di luar. Rasanya tidak ada gunanya menanti kedatangannya, sebaiknya aku beristirahat untuk memulihkan tenaga yang terkuras pasca melahirkan.

Entah berapa lama tertidur, aku terkejut saat mendengar pintu terbuka dan Mas Gunawan masuk ke dalam ruangan dengan tergesa-gesa. Terheran saat melihat dia meletakkan jaket berbahan kulitnya dibrankar tempatku berbaring.

Rupanya dia sedang kebelet, karena dia langsung menuju toilet. Saat Mas Gunawan berada di toilet, aku merasa penasaran siapa yang menghubunginya. Aku nekat mengambil ponsel dari balik saku jaketnya.

Dalam hati berdoa, agar jangan sampai dia mengetahui aku merazia ponselnya. Perlahan aku membuka ponselnya yang tidak terkunci. Aku langsung melihat riwayat panggilan masuk, tertera nama kak Sita. Setelah memeriksa riwayat panggilan, aku memeriksa riwayat kotak masuk. Ada pesan terbaru dari kak Sita, karena berada di urutan paling atas.

Aku penasaran dan membaca pesannya.

"Gun transfernya 20 juta aja, yang 15 juta buat bayar arisan yang menunggak 3 bulan. Sisanya buat Kakak ke salon. Wajah Kakak udah kucel nih karena udah lama banget nggak ke salon."

...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
angel azzahra
ini tipe perempuan b*d*h mengatas namakan agama,padahal salah kaprah. rumah tangga itu di bangun dgn kasih sayang apalagi anak" nya cewe
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.43: Akhir Cerita (TAMAT)

    Aku menerima panggilan Rani meskipun dengan hati ragu. Semoga saja panggilan Rani ada hubungannya dengan pesan aneh yang dikirim Mas Hadi."Hallo, ada apa Rani?" tanyaku memulai pembicaraan."Ibu sudah menerima pesan dari Bapak?" tanya Rani yang membuatku sedikit terkejut."Iya, sudah. Kenapa kamu bisa tahu kalau Bapak mengirimkan pesan kepada saya?" tanyaku penasaran."Tentu saja saya tahu, karena Bapak dan anak-anak akan pergi bersama saya!" jawab Rani enteng."Kamu jangan main-main, Rani. Katakan kalau apa yang kamu ucapkan itu tidak benar!" hardikku merasa kesal dengan jawaban Rani."Saya tidak main-main. Kami akan pergi bersama dan hidup berbahagia untuk selamanya, ha ... ha ... ha ..." Rani mengakhiri panggilan dengan tawa yang mengerikan.Aku semakin bingung. Mencoba kembali menghubungi Rani untuk meminta penjelasan, namun tiba-tiba kontaknya tidak dapat dihubungi. Aku sedikit panik, namun berulang kali mencoba menghubunginya kembali. "Kenapa, Hanum?" tanya kak Lala penasaran.

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.42: Pesan Aneh

    Aku melihat tubuh ayah terkapar dengan mulut bersimbah darah. Posisi beliau yang terlentang dan tidak sadarkan diri. Aku panik melihat kondisi ayah yang mengenaskan. Dengan segera aku mendekat ke arah ayah dan meletakkan kepala beliau dalam pangkuanku. Hati di sampingku hanya terdiam dengan wajah bingung.“Ayah, bangun. Apa yang terjadi sebenarnya?” tanyaku seraya menangis. Hening, tidak ada jawaban dari beliau. Wajah laki-laki yang menjadi cinta pertamaku ini hanya terdiam dengan wajah yang tampak memucat. Perlahan aku mencoba memeriksa denyut nadi dari pergelangan tangannya dan masih terasa denyutannya meskipun lemah. Berarti masih ada harapan ayah untuk selamat. Keberanianku tiba-tiba muncul demi menyelamatkan beliau. Aku menghubungi rumah sakit untuk dibawakan ambulance segera.Aku bingung harus melakukan apa sembari menunggu mobil ambulance datang. Tiba-tiba terlintas nama kak Lala. Iya, aku harus menghubunginya. Mungkin saja kak Lala tau apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.41: PoV--Gunawan

    PoV: GunawanSi*al … Gara-gara Hanum, hidupku jadi sengsara seperti ini. Menghabiskan waktu di dalam jeruji besi yang membuatku hampir gila. Bagaimana tidak? Aku hidup dalam sel yang dihuni puluhan orang. Tidur berdesakan dengan hanya beralaskan kasur yang sangat tipis, setipis imanku. Selain itu, menu makanan disini juga sangat tidak menggugah selera. Baru beberapa minggu saja tinggal disini, aku merasa bobot tubuh merosot drastis.“Hei Gunawan, kenapa kamu melamun? Jangan bermimpi bisa kabur dari sini, karena aku sudah mencobanya berpuluh kali namun selalu gagal,” ledek Agus, teman sesama napi yang mendapatkan vonis seumur hidup. “Lihat saja nanti, aku akan keluar dari sel terkutuk ini,” jawabku jumawa.Agus terkekeh. Saking gelinya, ia tertawa hingga mengeluarkan air mata. Mungkin baginya ucapanku seperti sebuah lelucon yang sangat lucu. Bagaimana bisa aku seorang narapidana yang tergolong baru bisa keluar dari sel ini dengan selamat. Sedangkan dirinya yang sudah tinggal puluhan t

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.40: Apa yang Terjadi pada Ayah?

    Aku terjaga di sepertiga malam, menengadahkan kedua tangan memohon ampunan dan petunjuk-Nya. Bukan berputus asa, namun aku lelah menghadapi masalah yang tidak jelas akar permasalahannya ini sendirian. Suamiku yang hangat dan penyanyang tiba-tiba berubah menjadi dingin dan acuh. Begitu pun dengan kedua putriku Hana dan Hani. Mereka yang penurut juga tiba-tiba berubah menjadi anak pembangkang dan lebih menuruti ucapan Rani, asisten rumah tanggaku.Ya, Rani. Ia penyebab semua permasalahan di keluargaku. Semenjak kedatangannya di rumah ini, hidupku yang bahagia berubah menjadi sebuah malapetaka. Aku terus bermuhasabah dan introspeksi diri, khawatir ada sikap atau kesalahan yang pernah dilakukan tanpa sengaja sehingga Allah memberikan teguran dengan mendatangkan permasalahan ini. Akan tetapi aku yakin, Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.Aku pikir dengan memecat Rani, semua permasalahan akan selesai. Namun ternyata perkiraanku salah, karena justru menambah m

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.39: PoV: Rani

    "Aduh ... sakit. Jangan sakiti saya, Bu." Aku sengaja berakting seolah sedang disakiti oleh Bu Hanum, tujuannya untuk mencari perhatian Bapak Hadi, suaminya.Sontak aktingku menarik perhatiannya. Begitupun dengan kedua anak-anaknya, mereka berlari menghampiriku."Kamu kenapa, Rani?" tanya Bapak Hadi dengan wajah cemas. Ini memang tujuanku, menarik perhatiannya."Ibu Hanum mengusir saya dari rumah, Pak. Saya menolaknya karena merasa tidak mempunyai kesalahan, namun Ibu Hanum mendorong saya sampai jatuh," jawabku dengan wajah dibuat sesedih mungkin.Jawabanku sontak membuat Bapak Hadi terkejut. Matanya menatap ke arah Ibu Hanum yang tengah berdiri di belakangku dengan gugup. "Hanum, apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila?" hardik Bapak Hadi kepada istrinya."M-as Hadi. Ini semua tidak benar. Rani kembali memfitnahku. Oleh karena itu aku memintanya untuk berhenti bekerja disini, agar keluarga kita kembali harmonis seperti dulu lagi," jawab Ibu Hanum dengan mata yang berembun.Puas r

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.38: Sumber Masalah

    "Kamu jangan fitnah, Rani. Aku dan Bu Hanum hanya mengobrol biasa!" hardik Badru pada Rani yang sedang menatap kami berdua dengan tajam.Rupanya teriakan Rani memancing kedatangan Mas Hadi. Laki-laki yang bergelar suami itu menunjukkan wajah penuh amarah."Siapa yang selingkuh Rani?" tanya Mas Hadi dengan wajah tegang.Aku membulatkan kedua bola mata. Jangan sampai Mas Hadi terkena hasutan Rani yang menuduh berselingkuh dengan Badru. "Badru, Pak." Jawab Rani mantap."Iya, maksudnya Badru selingkuh sama siapa?" tanya Mas Hadi lagi."Sama ...." Rani menggantung kalimatnya.Kedua kalinya aku membulatkan kedua bola mata menatap ke arah Rani. Jangan sampai ia mengadu yang tidak-tidak kepada Mas Hadi."Sama siapa?" tanya Mas Hadi tidak sabar."Sama Bu Hanum," jawab Rani seraya menundukkan wajahnya. Ia tampak seperti seolah merasa bersalah, namun aku tahu itu hanya aktingnya semata.Mas Hadi membelalakkan matanya, menatap ke arahku dan Badru secara bergantian. Jantungku rasanya seperti berh

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.37: Masalah Baru

    Sontak aku berlari menuju kamar tamu yang ditempati oleh kak Lala. Aku terkejut saat melihat kak Lala seperti orang yang ketakutan berdiri di ambang pintu. Matanya menatap ke arah kolong tempat tidur."Kak Lala kenapa?" tanyaku heran bercampur curiga. "H-hanum, ada u-ular ....." jawab kak Lala dengan terbata. "Ular? Dimana, Kak?" tanyaku seolah tidak percaya dengan jawaban kak Lala."Di kolong tempat tidur. Ularnya besar sekali, Kakak takut!" jawab kak Lala dengan wajah sedikit mulai pias.Aku menghampiri dan berusaha menenangkannya. Mataku menatap tajam kolong tempat tidur yang ditunjuk oleh kak Lala. Rasanya tidak mungkin jika ada ular di kamar tamu ini. Seumur hidup tinggal di rumah ini, aku tidak pernah berjumpa dengan binatang berbisa itu. Jangankan binatang berbisa, seekor kecoa dan nyamuk pun tidak pernah aku lihat di rumah ini. Aku sangat menjaga kebersihan rumah ini."Kakak yang tenang, ya. Tidak mungkin di rumah ini ada ular. Apa Kakak barusan tengah tertidur dan bermimpi?

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.36: Jawaban Doa Hanum

    Kak Lala menelponku. Apakah ini jawaban dari doaku? Sosok kakak yang selalu melindungi adiknya itu hadir setelah beberapa bulan tidak memberi kabar. Setelah peristiwa berdarah di Surabaya tempo hari, kak Lala menemukan jodohnya dan diboyong oleh suaminya ke daerah yang sama. Dengan perasaan suka cita, aku segera menerima panggilan darinya.“Assalamualaikum Kak Lala, apa kabar?” sapaku mengawali pembicaraan dengan antusias.“Waalaikumslaam, Adikku Sayang. Alhamdulillah, kabar Kakak baik-baik saja. Bagaimana kabarmu?”“Kabarku kurang baik, Kak. Seandainya Kakak ada disini, aku ingin bercerita banyak,” jawabku lirih.“Kakak siap mendengarkannya. Tunggu Kakak sebentar lagi akan sampai di rumahmu. Jika tidak ada halangan, Insya Allah Kakak ingin menginap di rumahmu, Num.”Aku terkejut mendengar jawaban Kak Lala. Mungkin Allah telah mengirimkan Kak Lala sebagai jawaban atas doa-doa sebelumnya mengenai solusi kemelut dalam rumah tanggaku.Setelah berpamitan, Kak Lala mengakhiri teleponnya.

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.35: Keanehan Semakin Menjadi

    Aku mencoba menepis pikiran buruk tentang Mas Hadi, sebelum ada bukti yang menguatkannya. Aku perlahan mendekat ke arah Mas Hadi dan menepuk bahunya..Mas Hadi nampak terkejut melihat kedatanganku. Wajahnya seperti orang yang linglung. Aku sempat mengira bahwa ia sedang mengalami 'tidur berjalan, namun kenyataannya Mas Hadi dalam kondisi terjaga."Apa yang kamu lakukan disini, Mas?" tanyaku dengan tatapan tajam kepadanya."Mas tidak tahu, Dek. Kenapa Mas bisa ada disini, ya?" Mas Hadi malah balik bertanya dengan wajah bingung.Aku merasa aneh dengan pertanyaannya. Mungkinkah yang dikatakannnya benar, atau hanya alibinya saja agar tidak membuatku curiga? "Ya sudah Mas, ayo kita ke kamar lagi." Ajakku seraya menggandeng tangannya melangkah menuju kamar kami. Mas Hadi diam saja dan mengikuti langkahku. Setibanya di kamar, Mas Hadi kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Aku menatap sedih Mas Hadi. Suami yang selama ini selalu bersikap hangat, namun kini sekarang ia berubah menjadi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status