Share

Rindu

Udara malam yang beradu dengan detak jam dikesunyian, membuat suasana makin terasa sunyi.

Sunyi dan sepi, dua kata yang begitu akrab dengan hari-harinya. Apalagi setelah pulang kerja, Aksara jarang kemana-mana dan lebih sering menghabiskan waktunya di dalam kamar apartemen yang disewanya. Kesunyian itu begitu sempurna.

Mata Aksara rasanya mengembun saat menelusuri setiap inci bayangan wajah yang tengah tersenyum lucu dalam bingkai di tangannya. Mata bening itu ibarat ribuan bintang di langit saat malam gelap gulita, dan bibir mungil yang selalu merah dan menyimpan senyum itu, ibarat gula-gula yang manisnya rasanya bikin diabetes. Manis banget.

Tak bosan-bosannya dia memandangi bibir, mulut, mata, rambut ikal dan pipi bulat dalam potret di tangannya.

Tak terasa ada yang begitu menggebu-gebu di sudut hatinya yang paling dalam. Rindu.

Cellia, Papa kangen.

Bisiknya dalam hati, lirih,sunyi dan hampa.

Berbulan-bulan Papa mencarimu siang malam, bertanya pada sahabat, kerabat dan memb
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status