32 ~ Aku MenunggumuHellena merasakan pipinya memanas. Pertanyaan yang lembut tapi sungguh menampar hatinya, angannya melayang pada, kenangan saat dia pergi dari rumah Aksara membawa luka dan kata talak. Waktu memang telah pergi dan menjauh, tapi luka akibat perceraiannya dengan Aksara masih tersimpan rapi di sudut hatinya. "Elle, jawablah." Suara Aksara sendu, menyelinap diantara nyanyian syahdu di atas panggung."Seandainya kata maaf itu tidak ada, aku mengerti."Hellena kembali menunduk. Samar dia merasakan sesuatu yang hangat di sudut matanya. Perlahan, diliriknya Aksara yang pandangannya menerawang kepada dua mempelai. "Mas," panggil Hellen lirih. "Aku belum bisa menjawabnya saat ini." Hellena menyeka butiran air bening yang tiba-tiba lancang menghiasi matanya. "Sudah berbulan lamanya kau ucapkan kata talak itu, tapi lukanya masih belum hilang, Mas."Aksara tersenyum getir, penyesalan itu perlahan kembali membuatnya terluka.Menyakiti dan disakiti ternyata sama sakitnya. Aks
Tak terasa enam bulan sudah Aksara kembali ke Jakarta. Memulai hari-harinya, seperti dulu. Mengambil alih perusahaan dari orang yang dipercayanya dan menjalankan sendiri seperti biasa. Tak banyak yang berubah, beruntung Aksara memilih orang yang tepat untuk menggantikan sementara selama dia di Bandung. Perusahaaan tidak kurang satu apapun dan berjalan lancar. Sesekali Aksara berkirim pesan dengan Abizar dan Clarissa. Perusaahaan yang dulu mereka tangani sudah berjalan normal kembali, kini Clarissalah yang memegang kendali. Clarissa ternyata tak hanya seorang desainer yang handal tapi juga seorang pebisnis yang tangguh. Dengan cepat perusahaan itu berkembang dan memiliki brand tersendiri di jajaran produk ofice wear karena memang perusahaan mereka memfokuskan rancangan dan produknya dengan pangsa pasar wanita karier.Aksara membetulkan letak duduknya, angin senja mulai terasa menerobos jendela kantornya yang sedikit terbuka. Entah sampai kapan dia betah berlama-lama di kantor menghi
Adakah yang lebih indah dari cinta yang kembali? Sekian purnama menanti dan menunggu bibir itu mengucap sepatah kata tentang sebuah harapan yang terbalas dan mimpi yang menjadi nyata? "Elle, benarkah? Katakan sekali lagi, katakan." Suara Aksara bergetar hebat, tak dihiraukannya sekujur tubuh lelahnya mulai basah. Cinta memberinya kekuatan. "Katakan, aku ingin mendengarnya seribu kali."Tangan aksara terasa kuat mencengkram teralis pagar gerbang Panti yang menghalangi dirinya dan Hellena. Ada energi yang membuatnya bisa berdiri lebih tegak. "Mas, aku... aku bersedia kembali padamu, merajut kembali cerita kita yang pernah kandas dan hilang." Tangis Hellena pecah sudah. Hujan tak hanya mengaburkan pandangannya pada sosok Aksara yang tampak samar berdiri kukuh dalam hujan tapi juga menghapus luka yang pernah ditorehkan laki-laki dihadapannya. Luka itu perlahan sirna bersama maaf yang dia berikan untuk ayah putrinya."Elle...""Iya, Mas.""Makasih, ya," bisik Aksara bergetar. Ya Alla
Wajah Mama membesi, mata dan mulutnya yang menarik garis lengkung kedalam menyiratkan rasa penolakan yang begitu dalam. Sungguh dia benci mendengar nama Hellena terucap kembali dari bibir Aksara. Dadanya masih berdesir panas tiap nama perempuan Panti itu disebut. Berpuluh purnama menghilang, kini Hellena akan kembali menjadi ratu dan nyonya di rumah besar ini? Wait. Mama menatap wajah Aksara, putra kebanggaan yang selama ini banyak memanjakannya dengan harta dan kemewahan tapi mulai berubah sejak hadirnya seorang wanita yang bernama Hellena. "Dengan Ra, Mama tak merestui pernikahan keduamu ini." Mama menajamkan pandangannya berharap Aksara akan mendengar dan patuh seperti biasa. Sepertinya waktu belum menghapus segwla murkanya. Kebenciannya kepada seorang Hellena belum usai. Malah rasa itu semakin dalam saat Aksara mulai berani membangkang. Mama merasa superioritasnya terancam. Cinta Aksara kepada Hellena, membuat dia tak lagi nomor satu di depan putranya. Sejak
Tolong yang belum menikah dan dibawah umur skip ya sayangkuh.Aroma Melati menyerubak di kamar yang dihias sedemikian indah. Seprai sutra merah muda satu set dengan bantal bentuk hati nampak membuat kamar tanpak elegan. Sebuket besar bunga mawar tampak menghiasi nakas. Mata Hellena rasanya mengabur, mengingat di kamar ini begitu banyak kenangan yang tersimpan indah bersama Aksara saat mereka masih resmi menjadi suami istri. Kini dia kembali untuk mengukir cerita dan lembaran hidup yang baru. Dada Hellena berdesir. Tuhan, begitu mudah bagimu mengembalikan semua cerita yang pernah hilang dalam hidupnya. Masyaa Allah. Hellena mengurai rambut panjangnya di depan cermin, rasa dingin membelai lengan dan lehernya. Sia-sia dia membetulkan dan menarik baju tidurnya, sepertinya Aksara sengaja meminta Clarissa memilihkannya yang bikin dia masuk angin. Membuat lekuk tubuh indah Hellena tak bisa bersembunyi dengan sempurna. Sungguh Hellena malu. Entah berapa kali dia menatap pintu kamar yang
"Aku talak kamu... Kita berpisah Hellena," setelah lama terdiam akhirnya, keluar juga kata itu. "Aku telah salah menduga Hellena, kukira dirimu tulus mencintaiku. Ternyata, kau tidak mencintaiku, tidak mencintai Ibuku dan keluargaku, kau hanya mencintai hartaku.""Kau perempuan materialistis.""Aku tidak bisa lagi hidup bersamamu. Besok aku pergi, aku harus menyelesaikan urusan bisnisku di luar kota, aku harap jika aku kembali kau sudah pergi."Aksara mengakhiri kalimatnya dengan pelan.Bersiap dengan pembelaan dari Hellena, apapun ucap perempuan itu Aksara telah memutuskan tak kan bergeming. Apapun pembelaan Hellena, perpisahan ini akan tetap terjadi. Tangisan Ibu dan kata-kata Mbak Friska yang selalu memintanya menceraikan Hellena yang mereka anggap telah kurang ajar dan serakah membuat hati Aksara bulat. Sebagai anak laki-laki satu-satunya pewaris tanggung jawab almarhum Papa kebahagiaan Ibu adalah hal yang paling utama dalam hidupnya. Seyogyanya kata talak bagi perempuan di ma
Tiga hari sudah Aksara kembali lagi kerumah ini, semenjak Hellena pergi, entah berapa ribu kali Aksara menghubungi nomor gawai perempuan itu. Jawabannya selalu sama, tidak aktip. Harapan terakhir adalah menemukannya di Panti Asuhan tempat Hellena dibesarkan. Tapi apa yang Aksara dapatkan? Hellena juga tidak ada. Sia-sia dia mengorek Ibu Panti, soal kerabat atau masa lalu Hellena,agar Aksara bisa menyusulnya. Hellena dibuang di depan Panti Asuhan sejak bayi, perempuan itu tidak punya kerabat dan juga masa lalu. Pernah hancur tapi tidak bisa menangis? Pernah sakit tapi tidak bisa berkata-kata?Aksara merasakannya saat ini. Dia meangis dalam diam. Menyadari kalau dia telah kehilangan mutiara yang paling berharga dalam hidupnya. Mata Aksara berkaca. Memandangi setiap sudut kamarnya dalam sunyi. Ada banyak kenangan di sini. Ada nama Hellena, senyum lembut dan kehangatan serta cinta perempuan yang selalu menatapnya dengan binar rindu yang sama. Selalu menyebut namanya dengan suara yan
3 hari sudah Aksara kembali lagi kerumah ini, semenjak Hellena pergi, entah berapa ribu kali Aksara menghubungi nomor gawai perempuan itu. Jawabannya selalu sama, tidak aktip. Harapan terakhir adalah menemukannya di Panti Asuhan tempat Hellena dibesarkan. Tapi apa yang Aksara dapatkan? Hellena juga tidak ada. Sia-sia dia mengorek Ibu Panti, soal kerabat atau masa lalu Hellena,agar Aksara bisa menyusulnya. Hellena dibuang di depan Panti Asuhan sejak bayi, perempuan itu tidak punya kerabat dan juga masa lalu. Pernah hancur tapi tidak bisa menangis? Pernah sakit tapi tidak bisa berkata-kata?Aksara merasakannya saat ini. Dia meangis dalam diam. Menyadari kalau dia telah kehilangan mutiara yang paling berharga dalam hidupnya. Mata Aksara berkaca. Memandangi setiap sudut kamarnya dalam sunyi. Ada banyak kenangan di sini. Ada nama Hellena, senyum lembut dan kehangatan serta cinta perempuan yang selalu menatapnya dengan binar rindu yang sama. Selalu menyebut namanya dengan suara yang s