Beranda / Rumah Tangga / SETELAH KEMATIAN ISTRIKU / Bab 5. Apa Karina Sudah Tahu?

Share

Bab 5. Apa Karina Sudah Tahu?

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-16 12:39:40

Plukk!

Karina melempar tepat mengenai wajahku, surat keterangan kepolisian yang diremasnya. "Semua ini karena elo, Bang!" ucapnya lantang seraya berdiri.

Aku yang tersulut emosi, juga berdiri. "Apa-apaan kamu hah?" tanyaku geram.

"Kak Risma selingkuh itu, gara-gara elo, Bang! Elo gak bisa jadi suami idaman! Elo gak bisa bahagiain kakak gue! Elo itu lemah di atas ranjang! Bukan Kakak gue yang murahan. Tapi elo yang nggak bisa puasin dia! Makanya dia selingkuh dari elo!" pungkas Karina menyudutkanku.

Tanganku mengepal mendengar ucapan Karina barusan.

Apa Karina sudah tahu kalau Kharisma itu selingkuh? Sialan!

"Elo itu payah dalam urusan ranjang, Bang! Jadi bukan salah Kharisma, kalau dia cari kepuasan dari pria lain!" hardik Karina kembali.

PLAKKK!

Amarah yang sudah di ubun-ubun, membuatku akhirnya menampar adik ipar tidak punya etika seperti Karina ini.

"Kamu anak kecil, nggak usah sok tahu dengan urusan rumah tangga orang!" ucapku seraya menunjuk wajah Karina.

Karina memegangi pipinya yang terkena tamparanku. Karina mendecih dan tersenyum sinis padaku.

"Duduk Dewa, duduk! Sudah, kita bicarakan baik-baik!" titah Ibu seraya menarik-narik lenganku.

Sedangkan Papa dan Mama mertua terlihat menenangkan Karina.

Aku menepis tangan Ibu. "Nggak, Bu! Orang seperti Karina nggak bisa diajak bicara baik-baik. Dia harus diajari sopan santun. Bagaimana seharusnya bicara yang benar dengan yang lebih tua!"

"Nggak salah lo, Bang? Ngajari gue sopan santun? Harusnya elo yang diajari, gimana supaya jadi suami yang bisa bahagiain istri!" hardik Karina lagi.

"Tahu apa kamu tentang kebahagiaan Kharisma? Semua sudah aku lakukan, agar bisa memenuhi tuntutan hidup Kharisma! Semua aku berikan untuknya! Tapi kamu lihat sendiri 'kan, balasan apa yang Kakak kamu beri hah? Dia justru mengkhiantiku. Dia dengan mudahnya tidur dengan lelaki lain! Dan seenaknya, kamu menuduh aku tidak bisa membahagiakan kakakmu? Mikir Karina! Mikir!" bentakku pada Karina.

"Tapi elo nggak bisa membahagiakan batinnya, Bang! Elo itu sibuk dengan bisnis! Sampai lo lupa memperhatikan kebahagiaan batin istri lo! Lo lemah syahwat! Makanya Kharisma selingkuh dari lo!"

"Kurang ajar!"

Brangggg

"DEWAAA!" Ibu berteriak.

Refleks kulempar vas bunga yang ada di atas meja ke arah Karina.

"Dewa! Keterlaluan kamu!" sungut Papa mertua.

Karina benar-benar sudah menghinaku. Kulihat pelipis Karina berdarah. Tapi itu tidak seberapa, dibanding luka hatiku.

"Jaga mulutmu, Karina! Seenaknya kamu menuduhku lemah syahwat! Aku normal, Karina! Aku lelaki sehat! Aku sanggup memuaskan Kharisma!" teriakku pada Karina.

Mama mertua nampak beranjak dari ruangan yang terasa sesak ini. "Bi Imaaa … ambilkan kotak P3K, Biii!" teriak Mama mertua.

Papa mertua menatapku dengan nyalang. Sedangkan Karina, membiarkan darah yang keluar dari pelipis dan dahinya.

Karina justru menyeringai. "Kenapa lo marah, Bang? Kalau bener, lo sanggup memuaskan istri lo! Kenapa sampai ada foto seperti ini, Bang? KENAPA?!" bentaknya, seraya melempar foto tak senonoh itu tepat di wajahku.

"Kalau elo sanggup memenuhi kebutuhan batinnya. Kalau elo mengaku sehat! Terus kenapa Kharisma sampai khianati, lo? Sadewa Arthayuda?!" teriak Karina seperti orang tidak waras.

Aku mengepalkan tangan dan rahang yang semakin mengeras. Mama mertua sudah kembali. Mengobati luka yang dialami Karina.

"Itu karena Kakak kamu terlalu murahan Karina! Bukan aku yang tidak bisa memuaskannya. Tapi Kakak kamu yang ternyata tidak lebih dari jalang!" Aku berteriak ke arah Karina.

"Cukup, Dewa! Cukup! Hentikan! Berhenti menjelekkan putri Papa!" jawab Papa mertua.

"Seharusnya Karina, yang Papa suruh berhenti menuduhku yang tidak-tidak, Pah! Aku tidak terima dia menuduhku seperti itu! Atas dasar apa dia menuduhku sekeji itu, Pah?" ujarku tidak terima.

"Sudah, Dewa! Sudah! Kita bicarakan lagi nanti saja, Dewa! Tidak bisa kita bicara jika sedang emosi begini!" ucap Ibu.

"Aakhhh!" Aku mengibaskan tangan di udara. Kemudian berlalu dari hadapan mereka.

"Bi Imaaaa kopiiiii!" teriakku, gegas aku menaiki tangga. Lalu keluar menuju balkon.

***

Aku kembali menyesap rokok di teras balkon. Menyesapnya kuat lalu menyemburkan kepulan asapnya di udara. Lantas, ku seruput kopi susu yang mulai menghangat.

Kusimpan batang rokok di pinggiran asbak. Lantas merebahkan punggung pada sandaran kursi. Kupijat pelipis dengan teratur. Kuredam gemuruh dalam dada.

Aku mendesah.

Karina Benar-benar kurang ajar. Atas dasar apa dia menuduhku lemah syahwat? Sehingga membenarkan tindakan Kakaknya yang jelas-jelas telah mengkhianatiku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ibu Sigit
adik sarap
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
keluarga gila kakaknya od ama laki"lain malah nyalain suaminya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SETELAH KEMATIAN ISTRIKU    Satu Setengah Tahun kemudian (END)

    Satu setengah tahun kemudian…...Aku berdiri di depan pagar rumahku. Menatap bangunan dua lantai yang ada di seberang rumah ini.Bangunan yang sudah satu tahun terakhir, menjadi kaffe baru milik Dewa.Setelah melalui perundingan dan pemikiran yang matang. Aku dan Dewa akhirnya mencapai kesepakatan.Aku resmi keluar dari Gwyna Group. Aku menjual saham serta kantor itu pada adik iparku. Juga rumah mewah peninggalan Mas Guntur pun, telah aku jual.Aku dan Dewa sepakat. Akan memulai hidup baru. Benar-benar baru. Tanpa sedikitpun jejak masa lalu.Begitu juga dengan Dewa. Empat bangunan kaffe miliknya, berhasil ia jual dengan harga tinggi.Dia lalu memilih bangunan rumah di seberang rumah kami, untuk dijadikan caffe miliknya.Dewa memulai bisnis kafe dari awal lagi. Bahkan dari nol. Kafe dengan nama baru, akan tetapi dia masih memperkerjakan Haris, orang kepercayaannya di kafe yang lama.Dia memilih membangun kafe di seberang rumah ini, agar dia tak perlu lagi meninggalkan keluarga kecil

  • SETELAH KEMATIAN ISTRIKU    Kehangatan Di bawah Selimut

    *********Aku melakukan apa yang Dewa inginkan. Dia telah melucuti celana training yang dipakainya. Kedua tanganku, bergerak menyentuh lalu menggenggam pusaka miliknya. Bergerak mengurut dari ujung hingga pangkal. Setelahnya, lantas meremas bagian pangkalnya. Hingga pusaka itu mulai menggeliat untuk berdiri.Dewa menegakkan tubuhnya cepat, untuk melepas kaos oblong yang melekat. Hingga sekarang, tubuh atasnya telah polos. Dewa kembali membungkuk lalu menyambar kembali bibirku. Kedua tangannya, mencoba menarik baju yang masih menutupi tubuhku. Hingga sampai di bagian dada, kami melepas cumbuan kami sejenak, agar bajuku terlepas.Kami melanjutkan cumb*an yang terhenti. Dewa dengan tubuhnya yang sudah polos, dan tubuh atasku yang hanya terbalut bra.Entah kenapa, cumb*an sore ini, terasa begitu panas. Kulit tubuh bagian atas tubuh kami, saliing bersentuhan. Tak ada jarak.Dewa menurunkan cumb*annya ke leher, lalu kedua bahuku yang polos. Turun ke bagian dada. Dan membuatku cukup terlena.

  • SETELAH KEMATIAN ISTRIKU    Langsung Praktek

    Pagi ini, aku tidak bangun terlambat lagi. Jam lima pagi, aku sudah berkutat di dapur. Menyiapkan sarapan untuk Naga dan juga aku. Sementara Dewa, dia hanya meminta untuk dibuatkan roti kupas isi selai seperti biasa. Tak ketinggalan, segelas cappucino hangat sebagai teman rotinya.Aku tengah membuat sup ayam. Juga nasi yang sudah kutanak menggunakan magic com. Aku memang membiasakan Naga untuk langsung makan nasi saat sarapan.Aku mematikan kompor. Saat sup ayam buatanku sudah mendidih dan matang. Aku menuangkan sedikit kuahnya pada sendok, lalu mencicipinya. Dan rasanya, selalu pas.Selesai membuat sup ayam. Lantas aku menanak air dalam panci kecil. Untuk menyeduh cappucino pesanan Dewa. Aku masih tidak mengerti, apa dia kenyang sarapan roti dan kopi seperti ini? Hanya dua lembar roti dan segelas kopi. Dan dia baru akan makan makanan berat, pada jam 11 siang nanti. Apa dia akan memiliki tenaga?Sedangkan sependek yang aku tahu, sarapan itu penting. Karena setelah semalaman kita tidur

  • SETELAH KEMATIAN ISTRIKU    Apalah Arti Sebuah Panggilan

    ********Setelah aku berhasil menemukan Dewa di rooftop kafe miliknya semalam. Aku dan Dewa, akhirnya sama-sama pulang ke rumah baru kami.Dan pagi ini.Aku kembali mendatangi pusara Davina, tentu bersama Dewa.Laki-laki dengan tatapan mata bak elang itu. Saat ini masih berjongkok di sisi gundukan tanah yang masih dipenuhi kelopak bunga tabur.Dia juga menaruh buket bunga mawar putih, di dekat papan nisan yang tertancap. Tangan besarnya, meraba, mengusap dan menelisik tulisan yang tertera di papan nisan tersebut.Kemudian, ia menempelkan keningnya, pada papan nisan. "Bagaimana pun, kamu pernah menjadi satu-satunya pelipur dalam hidup ini. Meski kenyatannya, kita bukanlah siapa-siapa. Semoga kamu selalu berada dalam kedamaian, Sa—yang. Tenanglah, dan berbahagialah di sana!" ucapnya setengah berbisik. Namun, masih dapat kutangkap. Sebab, aku berada dekat di sampingnya.Dan terakhir. Ia mencium papan nisan itu cukup lama. Hingga menyudahinya, dan mengajakku kembali ke rumah baru kami.**

  • SETELAH KEMATIAN ISTRIKU    Sangat Berarti

    Davina telah kembali pada pangkuan Sang Khaliq. Ia telah pergi menuju kedamaian yang abadi. Pusaranya dipenuhi kelopak bunga tabur. Di sisi papan nisan yang terukir namanya, Bu Titi menangis sesenggukan. Dengan tangan kirinya yang masih dipasangi arm sling.Bu Titi, aku serta Bi Ima. Masih terpekur di samping pusara, tempat peristirahatan terakhir anak kecil manis nan menggemaskan itu. Sama seperti Bu Titi, Bi Ima pun menangis pilu di sebelahku.Sekuat hati, aku menahan agar tak menangis. Tetapi, lelehan air mataku, bak tanggul yang bisa jebol kapan saja. Tangisku pun tak dapat dibendung."Bu, maapkan saya, Bu. Gara-gara saya, Davina jadi meninggal. Pak Dewa pasti marah sekali sama saya, Bu … Saya sudah membuat anaknya meninggal …." ujar Bu Titi di sela isakan tangisnya.Aku mengusap wajahku yang basah. Lalu mengusap-usap bahu Bu Titi. Perempuan seusia Bi Ima, yang tengah meratapi kepergian putri asuhnya ini."Nggak, Bu! Ini bukan karena Ibu. Kematian itu pasti datang. Semua ini, suda

  • SETELAH KEMATIAN ISTRIKU    Jati Diri Davina

    Tiba di RS Harapan. Aku serta Dewa buru-buru mencari keberadaan Davina. Setelah sebelumnya, menanyakan informasi tentangnya.Sampai di depan kamar dimana Davina ditangani. Bi Ima pun sudah ada di sana. Ia bangkit dari duduknya dan berhambur memelukku. Bi Ima terisak begitu saja."Gimana Davina sekarang, Bi? Kalian mau pergi kemana? Kenapa nggak hubungi saya kalau kalian mau pergi? Aghh!" Dewa melayangkan kepalan tangannya di udara.Sedangkan Bi Ima, tak berucap apa pun. Dia masih terisak dalam pelukanku. Aku pun hanya bisa mengusap-usap lengannya, agar ia sedikit tenang dan mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.Klek!Pintu ruangan terbuka. Berbarengan dengan seorang dokter wanita yang keluar."Bagaimana? Sudah ada keluarga dari Ananda Davina? Korban harus segera mendapat transfusi darah," ujar sang dokter.Dewa maju dengan sigap ke hadapan dokter tersebut. "Saya ayahnya, Dok. Ambil darah saya. Selamatkan Davina, Dok!" ucap Dewa memohon.Dokter itu mengangguk cepat. "Baik. Mari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status