Share

4. RUMAH SAKIT

"Sabar! Hanya itu yang bisa ku lakukan"_zahra

Sudah sebulan mereka menjadi pasangan suami istri dan sudah seminggu pula tragedi mabuk itu berlalu.

Baik Alfa maupun Zahra tidak mempermasalahkan kejadian itu, mereka hanya diam tidak ada keterbukaan layaknya suami istri lainnya.

Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan untuk Zahra, ia hanya berdiam diri di rumah besar yang sudah mereka tempati dua minggu yang lalu. Ia hanya tinggal berdua bersama suami tidak ada asisten rumah tangga, untung saja Zahra sering membantu sang Umi memasak dan membersihkan rumah, sehingga ia tidak merasa kaku untuk mengerjakan tugasnya sebagai istri.

"Ini aku mau ngapain sih?" ia bertanya pada diri sendiri sambil berguling sana sini membuat seprei yang tadinya rapih menjadi berantakan.

Ia tidur terlentang, "Gimana kalau aku kerumah sakit aja, anterin makan siang buat mas suami!" ide yang bagus.

Zahra bergegas menuju dapur mempersiapkan makanan yang akan ia bawakan untuk suaminya nanti.

***

Gadis berkerudung persegi dipadukan dengan gamis biru langit itu berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang sangat ramai, tubuh mungilnya terhimpit saking ramenya.

Hingga sebuah dorongan kuat menghempas tubuh mungilnya tapi tangan kekar menopang tubuhnya yang hampir tersungkur ke lantai.

Ia berdiri tegak sambil merapikan penampilannya, "Maaf dan terima kasih," ucapnya dan berlalu menjauh dari koridor, tujuan utamanya adalah ruangan suaminya.

Pria berpakaian dokter menatap kepergian gadis mungil, senyum meremah diwajahnya memperlihatkan lesung pipinya.

"Gadis yang manis," gumamnya. Ia berjalan mengikuti langkah gadis manis yang dimaksudnya tadi.

Gadis yang tidak lain adalah Afsana Zahra istri dari dokter Alfa.

"Permisi! Ruangan dlkter Alfa dimana ya?" tanya Zahra kepada resepsionis, pria yang mengikutinya menaikan sebelah alis.

"Apa dia saudaranya, Alfa?" pria itu bertanya pada dirinya 

"Apakah sudah buat janji?" tanya resepsionis.

Zahra hanya tersenyum kaku, bingung mau menjawab apa.

"Dia adiknya dokter Alfa," ucap seorang pria yang berdiri di samping Zahra.

"Mari saya antar!" 

Zahra berjalan beriringan dengan pria yang tidak ia ketahu namanya.

"Saya Taufik, teman dokter Alfa," ucap Taufik, pria menolongnya dan memperhatikannya hingga rela mengantarnya keruangan Alfa.

Zahra tersenyum, "Saya Zahra, is-"

"Saya tau kamu saudaranya dokter Alfa!" ucap Taufik memotong pembicaraan Zahra.

Zahra tersenyum kaku hendak menyangga tapi lagi-lagi ia harus menutup mulut kembali.

"Ini ruangannya," ucap Taufik saat berhenti di depan ruang kerja Alfa.

Pintu dibuka oleh Taufik tanpa diketuk terlebih dahulu membuat si penghuni terlonjak kaget.

Zahra menatap pemandangan di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan, di sana di depannya seorang wanita sedang duduk dipangkuan suaminya sedangkan sang suami memeluk mesra wanita itu, pemandangan yang sangat menyakitkan.

"Hei! Apa kamu akan tetap berada dipangkuan kekasihmu terus, Safirah?" tanya Taufik dengan nada menggoda.

Safirah?

Bukankah nama itu yang disebutkan oleh Alfa saat ia tidak sadarkan diri, ya Zahra tidak salah lagi.

Zahra yang masih kaget digiring oleh Taufik untuk masuk ke dalam. Alfa menatap Zahra dengan tajam, bukannya melepaskan pelukannya dari Safirah, ia malah mengeratkan pelukannya tidak membiarkan Safirah untuk beranjak.

Safirah tau itu Zahra istri dari kekasihnya, ia menatap Zahra dengan ibah dan mencoba melepaskan diri dari pelukan Alfa.

"Al, lepas itu istrimu!" bukannya melepaskan, ia malah berdiri dengan tangan yang memeluk mesra pinggangnya.

"Sadar Al, ada adik lo di sini!" ucap Taufik memperingati Alfa.

Alfa menaikan sebelah alis bingung dengan ucapan temannya.

"Siapa?" tanya Alfa.

Taufik berdecak sebal, "Zahra! Adik lo kan?" 

Zahra hanya menunduk menahan sesuatu yang terasa sakit di dalam sana, ingin sekali ia menampar pipi mulus Alfa. Ia tahu Alfa tidak mencintainya, tapi tidak bisakah Alfa berbuat seperti ini di depannya? Ahh seharusnya tadi ia tidak musti berdiri berhadapan dengan dua orang kekasih yang sedang mempermainkannya.

Ia berbalik hendak pergi menjauh dari ruangan yang sangat menyebalkan ini, tapi sebuah suara nan dingin membuat langkahnya berhenti.

"Mau kemana?!" 

"Pergi!" balasnya tanpa berbalik.

Alfa melepaskan pelukannya, Safirah yang mengerti situasi mengajak Taufik keluar.

"Ikut gue," ucap Safirah sambil menggiring Taufik keluar.

Tersisa Zahra yang berdiri membelakangi Alfa dengan rantang yang dipegangnya dengan erat. Alfa menatap punggung wanita yang sudah menghancurkan kisah cintanya dengan tatapan tajam.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Alfa memecah keheningan.

Zahra memejamkan mata kala mendengar nada tidak suka dari orang yang beberapa minggu telah mengucapkan kalimat yang mengikat dirinya.

"Ara, cuman mau ngantarin makan siang buat suami Ara." Zahra menahan air matanya agar tidak menetes tapi bagaimana pun juga ia hanyalah manusia biasa yang suatu waktu akan menjadikan air mata sebagai pelarian.

"Saya tidak butuh perhatian dari kamu," ucap Alfa.

"Maaf kalau Ara mengganggu," decit Zahra yang masih setia membelakangi Alfa.

"Kamu sangat mengganggu waktu saya bersama kekasih saya," ucap Alfa tanpa perasaan.

Perlahan air yang sedari tadi membendung keluar menampakkan wujud membuat si pemilik mata memejamkan matanya.

Rasa sakit ini terlalu nyata, ia tidak mengerti dengan rasa sakit yang menggorogoti salah satu organ tubuhnya.

"Tidak Ara! Kamu harus kuat masa gitu aja nyerah" ucap seseorang dalam diri Zahra.

Zahra mengepalkan kedua tangan kecilnya sambil menghilangkan rasa sakit yang baru saja suaminya ciptakan, setelah meyakinkan diri, Zahra berbalik sambil menatap Alfa dengan berani.

"Oh yah? Kalau gitu Ara minta maaf karena sudah mengganggu waktu berzinahnya om suami bersama kekasihmu!" Ucap Zahra tanpa rasa takut.

Alfa semakin geram dengan kata-kata yang zahray lontarkan. "Lancang ya kamu!" Geramnya.

"Lah salah Ara apa? Toh emang bener kamu sedang berzinah dengan wanita lain di depan istrimu." Balas Zahra.

"Istri? Bahkan saya tidak sudi menikah denganmu, camkan itu!" Tegas Alfa

Mendengar kalimat itu hati Zahra semakin dihancurkan, rasa sakit itu membuat kakinya bergetar hebat. Ingin rasanya ia berteriak didepan wajah lelaki di depannya bahwa dirinya juga tidak sudi menikah dengannya.

"Terserah om suami aja, Ara mau pamit lanjutin gih berzinahnya." Ucapnya sambil meremas ujung jilbabnya. "Atau perlu Ara panggilkan mbak kekasihnya?" Lanjutnya.

Mendengar sindiran itu, Alfa semakin meyakinkan diri untuk menyiksa wanita yang menyandang status istrinya.

Zahra meraih tangan Alfa lalu mengecupnya dan mengucapkan salam sambil berlalu menghilang dari pandangan Alfa yang terdiam tak bergeming lantaran kalimat sindiran Zahra ditambah lagi Alfa dikejutkan oleh perlakuan Zahra barusan.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lutfi Salhab
koq updatenya lama ya.. ayo dong segera update
goodnovel comment avatar
lena nuryanti
up setiap hari apa Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status