Share

3. AWAL YANG BARU

Allah menitipkan dirimu kepadaku, makanya aku melayanimu.

Usai serangkaian acara akad nikah, Zahra digiring kekamar pengantin, lebih tepatnya kamar miliknya yang akan dia dan Alfa tempati beberapa hari kedepan.

"Dek tunggu disini dulu ya, Alfa akan segera datang" kata Anita kakak tertua Alfa

Zahra mengangguk, Entah kenapa hari ini Zahra menjadi pendiam, sangat beda dengan kesehariannya, Zahra sangat cerewet dan usil. 

Sedari tadi detak jantung Zahra tidak teratur, untuk pertama kalinya dia akan tidur bersama pria asing yang beberapa jam yang lalu telah resmi menjadi suaminya.

Zahra memikirkan panggilan apa yang cocok untuk pria berusia 27 tahun itu.

"Apa aku memanggilnya Mas aja ya?" gumamnya bertanya pada dirinya sendiri.

"Ahhh tidak, dia kan seperantara dengan Mbak Ziyah. Gimana kalau kakak aja?" 

"Baiklah, aku panggil dia om suami saja"

"Ehhh, kok jadi om suami sih?" ucapnya bingung detik selanjutnya ia tersenyum geli.

Entah seteleh ini seperti apa hubungan mereka yang berstatus suami istri tanpa di dasari cinta. Bagaimanapun kedepannya nanti, Zahra hanya pasrah dan bergantung kepada Maha Cipta.

Ditengah kesibukannya melamun, Zahra tidak menyadari sepasang mata yang sedang menatapnya dengan tajam, ketika hendak berbalik barulah Zahra menyadari, dirinya tidak sendiri di kamar bernuansa biru langit serta di hiyasi dengan bunga mawar.

Seketika wajah Zahra terlihat pucat, gerakannya 'pun menjadi kaku, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, napasnya tercekat, pasalnya mata itu menatapnya dengan sangat tajam.

Alfa melewati Zahra tanpa suara, tujuan utamanya adalah kamar mandi. Dia hendak membuka pintu kamar mandi, tapi, gerakan tangannya terhenti di udara, saat suara lembut memecah keheningan.

"Ini handukmu" kata Zahra sambil menyerahkan handuk berwarna cokelat padanya.

Alfa menerima handuk itu dengan kasar dan berlalu tanpa melihat wajah sang istri.

"Astagfirullah suamiku gitu amat" kata Zahra sambil cekikan dan berlalu dari tempatnya berdiri.

Dia membongkar koper milik suaminya, sebagai istri yang baik Zahra menyiapkan pakaian untuk Alfa.

"Kata Umi, istri harus patuh kepada suami dan melayani mereka dengan ikhlas. Jadi, aku akan menyiapkan pakaian buat om suami, terserah dia mau suka atau tidak, yang pasti aku sudah melakukan kewajibanku sebagai istri" gumam Zahra sambil memilihkan baju yang cocok buat Alfa. 

Suara pintu terbuka membuat Zahra mengalihkan pandangannya. Disana tepat di depannya, seorang pria berdiri tegap hanya mengenakan handuk tanpa atasan. Zahra menelan salvinanya, sungguh pemandangan ini membuat mata Zahra tidak suci lagi.

"Astagfirullah om suami, mata suciku sudah tidak perawan lagi" batin Zahra menjerit.

Alfa berjalan mendekati Zahra, lebih tepatnya mendekati dimana pakaiannya berada.

"BERHENTI DISITU" teriak Zahra sambil memejamkan matanya.

Alfa mengerutkan keningnya, apa maksud gadis di depannya ini, tidak tahukah dia bahwa Alfa sangat tidak suka gadis itu menyentuh barang milik dirinya. Alfa semakin mendekat tanpa memperdulikan ucapan istrinya.

"Minggir" kata Alfa dengan sangat dingin membuat Zahra membuka mata.

Mereka berhadapan, Alfa menatap Zahra dengan dingin dan Zahra menatap Alfa dengan ahh entahlah tatapan yang sulit dibaca.

"Jangan pernah menyentuh barang milik saya" kalimat dingin lolos dari mulut kejam milik Alfa.

Zahra terdiam mematung, dia mencerna perkataan dari suaminya itu, dia tersadar saat Alfa merampas baju dari tangannya dengan kasar.

"Apa aku membuat kesalahan?" bisik Zahra bertanya pada dirinya sendiri yang masih bisa di dengar oleh pria yang ada di depannya.

"Keluar" satu kata membuat mata Zahra melotot tak terima.

What? Keluar? Dari kamarnya sendiri? Apa-apaan ini, seharusnya dia yang keluar ini kamar Zahra, mengapa dia harus keluar dari kamarnya sendiri? Wah sepertinya Alfa sedang menguji kesabarannya.

"Keluar" untuk kedua kalinya kata itu terdengar lagi.

Dengan sangat terpaksa Zahra pergi dari sana, dia tidak keluar melainkan dia menuju kamar mandi dan menutup pintu dengan sangat kencang hingga menimbulkan suara decitan yang sangat nyaring.

"Ini kamar milik aku, jadi aku tidak akan keluar dan kau om suami tidak berhak mengusir aku dari tempat persemedianku ini." dumel Zahra saat sudah memasuki kamar mandi.

***

Zahra mengamati sudut ruang Sepertinya, dia sedang mencari sesuatu. 

"Ahh mungkin dia sudah kebawah" katanya dalam hati. 

Setelah selesai dengan kegiataanya, Zahra pergi menemui keluarga. Dia berjalan menuruni satu persatu anak tangga hingga mencapai anak tangga terakhir.

"Mbak Ziyah" si pemilik nama berjalan menuju Zahra.

"Naon?" tanya Fauziyah.

Zahra terlihat gelisa antara bertanya atau tidak sama sekali. Tapi, penyakit keponya kambuh dan itu mencapai level tertinggi.

"Kenapa Rara" kata Fauziyah gemas dengan tingkah adiknya yang sudah berstatus istri ini.

"Hhmm... A..ap-" belum selesai berbicara, Fauziyah sudah menyelipnya.

"Ngomong apa sih Ra" Fauziyah semakin gemas, pasalnya adik keduanya ini terlihat sangat gugup sampai berbicarapun dia menjadi gagap dadakan.

"Dimana om suamiku?" tanya Zahra dengan spontan. Fauziyah melongo mendengar pertanyaan dari adiknya.

"Apa?" bukannya menjawab, Fauziyah malah bertanya kembali. Dia tidak mengerti siapa om suami yang di maksud oleh Zahra.

"Mbak Ziyah, dimana om suamiku?" Zahra mengulangi pertanyaan sambil menekan kata om suamiku.

Fauziyah tertawa mendengar panggilan untuk adik iparnya. "Hahahahaha" tawa Fauziyah membuat Zahra mengerang kesal.

"Au ahh gelap" kata Zahra dan berlalu dari hadapan Mbaknya.

"Om suamimu sedang keluar dek" kata Fauziyah sedikit berteriak untunglah Zahra masih bisa mendengarnya.

"Keluar? Kemana? Kenapa dia tidak mengatakan kepadaku?" bisik Zahra dengan sedikit nada kecewa.

"Dek" suara Fauziyah menyadarkan Zahra dari lamunannya.

"Kamu nggak papa?" tanya Fauziyah cemas dengan keterdiaman adiknya.

"Ohh tidak" jawab Zahra dengan singkat dan kembali kekamarnya dengan perasaan aneh.

"Ahh biarin aja dia pergi, sekalian tidak usah pulang" batin Zahra tidak peduli. Jangan salahkan dirinya, karena sejatihnya Zahra belum mencintai suaminya, belum bukan berarti tidak mencintaikan? Entah kapan cinta itu hadir, Zahra akan menanti hari itu dengan siap.

Malam mulai larut, tidak ada tanda-tanda kepulangan Alfa. Zahra sudah terlelap begitupun dengan penghuni rumah.

Suara dentuman musik terdengar disepenjuru ruangan, bau alkohol dan asap rokok turut mengiyasi sisi-sisi ruangan yang tidak lain adalah club, tempat berkumpulnya para setan.

Alfa terus saja meneguk minuman haram itu.

"Udah, Al." ucap Beni, teman Alfa.

"Gue benci dengan skenario Tuhan" racau Alfa yang sudah mabuk.

"Lo pikir dengan bencinya lo bisa merubah semuanya? Kagak Al, mending lo pulang, kasihan bini lo nungguin." nasihat Beni yang dianggap angin lalu oleh Alfa.

Beni frustasi dengan sikap Alfa yang terkesan anak-anak. Dengan perginya Alfa tidak akan menyelesaikan masalah malahan menambah masalah baru.

Beni merapas gelas yang ada di tangan Alfa lalu memaksanya berdiri.

"Stop. Sekarang lo pulang ini sudah larut, kasihan Zahra." geram Beni dan membawa Alfa kemobil. Beni adalah teman kuliah Fauziyah dulu dan dia sudah lumayan kenal dengan Zahra, bahkan mereka sudah bertukar kontak. Beni menduduki Alfa di jok mobil lalu menelpon Zahra.

"Zahra, pergi kerumah mertua mu!" perintah Beni setelah sambungan tersambung. Tidak mungkin Beni membawa Alfa kerumah Istrinya karena Beni tahu betul keluarga Zahra sangat membenci Alkohol.

Zahra membulatkan mata tidak percaya, "Kakak gila! Ini udah jam 1 malam, Kak." pekik Zahra.

"Pliss, Ra. Ini menyangkut nyawa suami kamu!" bujuk Beni

Zahra syok, apa maksudnya menyangkut nyawa suami? Sepertinya ada yang tidak beres,"Dia kenapa?" tanya Zahra lirih.

"Datang kerumah mertuamu. Nanti aku kirim alamatnya." Beni menutup telpon sepihak lalu menstarter mobil meninggalkan tempat terlarang. Alfa sudah tepar karena terlalu banyak minum.

Zahra sedang dilema antara pergi dan tidak! Zahra memang sudah tidur sejak tadi tapi ia terbangun karena dering ponselnya, dia pikir itu telpon dari suaminya, kelihatan banget ia sedang menunggu suaminya yang dia tidak tahu kemana perginya.

Zahra terus saja menimbang, "Pergi gak ya? Nggak pergi, tapi aku nya penasaran, pergi aku nya takut dimarahin sama, Abi." 

Setelah berpikir cukup lama, Zahra memutuskan untuk pergi. "Pergi aja deh!" ucapnya lalu keluar kamar dengan mengendap-ngendap.

Zahra menyambar kunci mobil yang ada dimeja kecil tempat menyimpan berbagai macam kunci, lalu pergi kegatasi.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, Zahra akhirnya sampai di depan rumah mewah nan megah. Beni sudah menunggu kedatangan Zahra di depan pintu rumah Alfa, orang tua Alfa tidak tahu perihal ini, hanya Anita, Beni dan Zahra.

"Kak Beni!" Beni tersenyum legah dengan kedatangan Zahra.

"Di kamar atas pintu warna hitam" ucap Beni membuat Zahra segera menuju kamar Alfa.

Zahra membuka pelan pintu kamar dengan perasaan was-was, dapat Zahra lihat Anita sedang menyelimuti tubuh kekar Alfa.

"Eehhh, Zahra. Sini Ra!" ucap Anita menyadari keberadaan Zahra.

Zahra mendekat dengan menatap lekat pria yang sedang terlelap, Anita keluar dari kamar, menyisahkan Zahra dan Alfa.

Bau alkohol menyeruap indra pencinumannya. "Dia, minum!" guman Zahra dengan nada sedih, Zahra tahu betul bau ini.

Zahra tisak bisa mencium bau aneh ini.

"Kenapa mas?" tanya Zahra dengan nada getar, tidak ada jawaban karena sang empu sedang berkelana di alam mimpinya.

Zahra berdiri hendak pergi, tapi, tangan kekar mencengkram pergelangan tangannya.

"Jangan pergi!" racau Alfa dengan mata terpejam.

Zahra melepaskan genggaman Alfa.

"Maaf, mas!" gumam Zahra lalu berbalik, lagi dan lagi Alfa menahannya lalu menarik kasar tubuh Zahra sehingga Zahra terjatuh tepat di atas tubuh Alfa.

Zahra menatap wajah tampan yang sedang terlelap dengan tatapan kosong, dia syok bukan main.

Alfa mengeratkan pelukannya, "Jangan tinggalin aku, Ra. Aku mencintaimu," racau Alfa.

Jantung Zahra berdegup dengan kencang ada perasaan aneh menggerogoti hatinya. 

"Safirah!" lanjut Alfa membuat Zahra kembali jatuh kedaratan paling rendah, baru saja dibuat terbang belum lama dijatuhkan kembali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status