Share

SETULUS CINTA ZAHRA
SETULUS CINTA ZAHRA
Penulis: Sri Wulan

1. PERJODOHAN

"Abi sudah memutuskan untuk menjodohkan kamu dengan anak teman abi!" kata Zain dengan tegas.

"Abi!" ucap seorang wanita dengan lirih, mata indahnya mulai berkaca kaca, tinggal menghitung detik kelopak matanya akan mengeluarkan bening kristal.

"Tidak ada penolakan, ini demi kebaikan kamu!" kata Zain. 

Zahra menatap uminya dengan nanar, tatapannya memohon agar niat abinya dibatalkan, tapi apalah daya dunia tidak berpihak kepadanya, terlihat dari raut wajah uminya yang mengisyaratkan agar menerima niat baik abinya.

"Zahra masih terlalu labil untuk membangun hubungan yang sangat sakral itu Abi. Zahra masih ingin menggapai cita-cinta Zahra, lagian kan abi yang bilang jodoh itu sudah di atur oleh Allah, lantas kenapa abi yang mengatur jodoh Zahra?" ucapnya dengan nada getar.

"Jangan menjadi anak pembangkang Zahra. Ini semua demi kebaikan kamu. Abi tidak mau kamu jatuh kepada orang yang salah," jelas Zain mencoba meyakinkan putri keduanya itu.

"Jadi maksud Abi, pilihan Abi adalah orang baik?" kata Zahra lirih, membuat Zain geram dengan penolakan yang di berikan oleh putri nya itu.

"ZAHRA!" bentak Zain setelah sekian lama bersabar dengan sikap putrinya yang sudah kelewatan itu, penghuni ruangan terlonjak kaget, sama halnya dengan Zahra yang tak menyangka abinya yang sangat penyayang, seketika berubah menjadi menyeramkan.

"Aa-abi!" lirihZahra dengan tanpa permisi bening kristal itu mulai bercucuran di pipi mulusnya, membuat Zain tertegun, selama dia mendidik Zahra baru pertama kalinya, dia melihat putri keduanya itu menangis dan lebih parahnya lagi itu karna dirinya.

"Istighfar Abi, jangan mengekang Zahra seperti itu, biarkan Zahra berdiskusi dengan hatinya" kata Fauziyah kakak perempuan Zahra, membuat Zain mengontrol emosinya.

"Zahra akan menuruti kemauan abi, tapi biarkan Zahra untuk melanjutkan study" kata Zahra dengan nada yang sangat pasrah, Zain menatap mata putrinya, dapat iya lihat mata itu memancarkan kekecewaan terhadap dirinya.

"Itu urusan kamu dengan suami mu, tapi nanti abi usahakan agar kamu tetap melanjutkan study mu" pupus Zain, membuat Zahra sediki menarik bibirnya membentuk senyuman simpul.

"Kemarilah" kata Zain mengisyaratkan agar Zahra mendekat, dia berjalan dengan kaku membuat Zain segerah meraih tubuh mungil putrinya itu kedalam dekapannya.

"Maafkan abi karna terlalu mengekangmu dan maafkan abi mu ini yang sudah membentak mu" kata Zain lirih sambil mencium puncak kepala putrinya yang tertutupi oleh kerudung, Zahra mengeratkan pelukannya dan menangis sesegukan.

Afifah umi Zahra dan Fauziya tersenyum hangat menatap pemandangan yang ada di depannya itu, Fauziyah kak pertama Zahra sudah menikah satu tahun yang lalu bahkan mereka sudah di karuniani seorang jagoan, Fauzan kak kedua Zahra yang sedang melanjutkan study nya di Al-Azhar Kairo Mesir.

 Di tempat lain, tepat di sebuah rumah besar nan mewah, juga memperdepatkan hal yang sama.

"Pokoknya papa tidak terima penolakan, kamu harus menikah dengan anak teman papa, dan akan di laksanakan dua minggu lagi" jelas Albani Mahesa selaku kepala rumah tangga.

"Kenapa harus Alfa sih yang di jodohin? kan masih ada mbak Anita, kenapa gak mbak aja yang nikah duluan, ini gak adil" Kata Alfa dengan gusar.

"Ma kenapa diam aja sih, bilang sama papa, Alfa gak mau menikah, ini terlalu cepat buat Alfa ma" katanya meminta pertolongan pada Latifah mamanya.

"Turuti saja perkataan papa mu, ini demi kebaikan kamu, biar kamu ada yang ngurusin, lihat badan mu kurusan terlalu banyak oprasi yang kamu lakukan sampai badan mu tidak terurus seperti ini" kata Latifah mencoba menenangkan putranya yang menjabat sebagai dokter di salah satu rumah sakit milik Albani suaminya.

"Bersiaplah malam ini kita akan menemui teman papa untuk membicarakan kelanjutannya" kata Albani dengan tegas dan berlalu meninggalkan ruang keluarga,membuat Alfa melebarkan mata tak percaya.

"Ini gila, semuanya gila, Alfa sudah memiliki kekasih dan Alfa sangat mencintainya" kata Alfa sedikit berteriak, Alfa mengacak rambutnya dengan gusar.

Albani berhenti lalu berbalik menatap putranya itu dengan nyalang.

"Putuskan kekasihmu, papa akan tetap menikahkan kamu dengan anak teman papa" putus Papanya final.

"Sudahlah dek turutin aja apa kata papa" kata Anita santai, Alfa menatap kakak perempuannya dengan tajam.

"Lo pikir nikah itu gampang ah? lo mah enak bisa menikah dengan pilihan lo sendiri, beda sama gue yang apa apa harus di atur ini itu, sumpah ya kalian semua egois" kata Alfa dengan kasar lalu menyambar kunci mobilnya dan pergi dari rumah mewah itu, dia masih mengenakan pakaian kerjanya, Latifah dan Anita hanya mengelanafas gusar, mereka lelah menghadapi keras kepala Alfa.

Alfarizi Putra Mahesa, pria yang memiliki pahatan wajah yang sempurna, idaman semua wanita, di usianya yang 27 tahun, dia sudah memegang gelar sebagai dokter ahli jantung, bukan hanya ahli jantung saja dia juga turut andil dalam berbagai macam oprasi, di rumah sakit Alfa di juluki sebagai Dokter tampan.

Hidup Alfa sangat sempurna, di lahirkan dari keluarga yang berada, memiliki paras rupawan, IQ di atas rata rata, apa yang kurang coba.?

Tapi tidak bagi Alfa, dia sangat membenci kemewahan ini, apa apa perlu di atur oleh papa nya yang sangat merasa berkuasa, dia benci dengan keadaan saat ini, menikah dengan wanita yang tidak dia cintai, bahkan nama dan rupa wanita itu tidak dia tahu, Alfa tak habis pikir dengan kenekatan papa nya.

Alfa menginjak rem lalu berjalan dengan langkah yang sangat lebar menuju salah satu apartemen miliki kekasihnya, sesampainya di depan apartemen dengan sangat tak sabaran dia menekan bel kasar, membuat sang penghuni berdecak sebal.

Pintu perlahan terbuka dengan satu hentakan Alfa masuk dan membanting pintu dengan kuat, membuat wanita di hadapan nya menatap dirinya dengan tajam.

Brukkk.

Alfa menubruk tubuh wanitanya dan memeluknya dengan erat, menghirup aroma strowbery yang menjadi ciri khas seorang Safirah kekasihnya.

"Kamu kenapa?" kata Safirah mencoba melepaskan pelukan Alfa.

"Ku mohon jangan tinggalkan aku, apa pun yang terjadi" kata Alfa lirih. 

"Lepas Al, aku gak bisa napas" kata Safirah merasa sesak karna Alfa memeluknya dengan erat, Alfa melepaskan pelukannya, Safirah mengisyaratkan agar Alfa duduk biar mereka bisa berbicara dengan nyaman.

"Fira aku sangat mencintaimu" katanya sambil menangkup kedua pipi Safirah.

"Sebenarnya ada apasih, kenapa kamu terlihat sangat kacau?" kata Safirah.

"Tetaplah bersamaku, Aku sangat mencintai mu" kata Alfa lalu mengecup mesrah kening wanita berambut sebahu itu.

Syafirah di buat penasaran, terbesit rasa takut di hatinya, takut akan kehilangan sosok yang menjadi alasannya untuk hidup, di saat seisi dunia menjatuhkannya, Safira menatap Alfa dengan penuh tanya.

"Papa ingin menikahkan aku dengan anak temannya" kata Alfa lirih, tapi masih bisa di tangkap oleh indra pendengarannya, Safirah menatap Alfa dengan mata yang berkaca kaca, hatinya berdenyut nyeri, dia tak menyangka kisah cintanya berakhir seperti ini.

"Tapi tenang saja aku masih tetap mencintaimu, kamu segalanya bagi ku Fira, kamu hidupku, sekalipun aku sudah menikah dengan orang lain, kamu tetap nomor satu di hatiku, ku mohon jangan tinggalkan aku, kita jalani aja dulu biar waktu yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah" kata Alfa menggila mencoba meyakinan kekasihnya, dia terlihat sangat kacau, Safirah menangis menumpahkan segala rasa sakit yang melanda hatinya.

Alfa di buat gila oleh air mata kekasihnya, sungguh dia tak sanggup melihat orang yang sangat di cintainya menangis tak berdaya sperti ini, Alfa mendekap tubuh kekasihnya, tangis Safirah semakin menjadi jadi, dia memukul dadanya karna merasa sesak.

"Hentikan jangan menyiksa dirimu, pukul saja aku, aku tak bisa melihatmu seperti ini sangat menyiksa ku" kata Alfa sambil menahan tangan kekasihnya.

Setelah merasa tenang Safirah melepaskan pelukannya lalu memperhatikan Alfa dari atas samapai bawah. Safirah berdecak sebal saat mengetahui kekasihnya sangat kurusan dan berantakan, dia yakin pasti Alfa belum mandi.

Untuk sejenak Safirah menyampingkan rasa sakitnya, dia sadar Alfa yang lebih menderita di bandingkan dirinya. Syafirah menarik bibirnya mencoba mengukir sebuah senyuman yang menjadi candu bagi seorang Alfarizi Putra Mahesa.

"Kamu mandi dulu, aku akan membuatkan makanan untuk mu" kata Safirah dengan suara serak dan hendak berdiri tapi lenganya di tahan oleh sebuah tangan kekar.

"Ra" kata Alfa menatap wanitanya tak percaya, tadi Safirah menangis histeri tapi lihatlah sekarang dia tersenyum manis kepada Alfa.

"Mandi dulu Al, kamu bau" kata Safirah sambil menutup hidungnya, Alfa melepaskan genggamannya lalu masuk kedalam kamarnya yang berada di sampin kamar Safirah, Apartemen Safirah bisa di katakan sangat luas. Eehh ralat milik Alfa yang di belikannya untuk Safirah beberapa bulan yang lalu setelah mereka resmi menjalin hubungan.

***

Sekarang ini banyak sekali orang yang mengagung-agungkan cinta dan diantara mereka bahkan menomor satukan cinta dalam hal mencari pasangan hidup. Cinta dijadikan dasar seseorang untuk menikah dan berumah tangga. Namun, saat ini banyak orang terutama pemuda yang meyakini cinta sebagai hubungan pacaran atau kekasih yang dapat mereka jalin sebelum menikah.

Islam sendiri telah mengatur pergaulan dan pengendalian rasa cinta dan nafsu manusia dalam Alqur'an dan sunnahnya. Sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini.

"Jauhilah berkhalwat dengan perempuan. Demi (Allah) yang diriku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah berkhalwat seorang laki-laki dengan seorang perempuan kecuali syetan akan masuk di antara keduanya." (HR. al- Thabarani).

Islam menganjurkan Umatnya untuk menikah bila iya sudah dewasa sesuai dengan hukum pernikahan yang berlaku. Tapi, bagaimana dengan menikah tanpa di dasari rasa cinta?

Pernikahan tetaplah sah meskipun kedua pasangan menikah tanpa didasari cinta atau berdasarkan suka rasa suka. 

Isakan pilu terdengar dari sudut kamar bernuansa biru langit itu. Seorang perempuan berkerudung hijau.

Tok Tok Tok

Ketukan pintu membuat Zahra beranjak dari duduknya tak lupa dia menghapus jejak air mata di pipinya.

"Zahra" kata Afifah saat pintu telah di buka oleh putri keduanya itu. Afifah mengikuti langkah putrinya, mereka duduk di tempat tidur milik Zahra.

"Zahra" kata Afifah sambil mengusap kepala Zahra dibalik kerudungnya.

"Iya umi" kata Zahra lirih.

"Apa kamu siap?" kata Afifah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status