Mentari sedang berada di kampusnya, dia duduk di taman sambil menunggu kelasnya di mulai.
Sudah tiga hari dia tidak pernah melihat Benji lagi, walaupun itu hal yang wajar karena pria itu biasa begitu. Tapi kali ini beda, dia merasa khawatir takut Benji kenapa-napa, setelah mendengar cerita dari ibunya.
"Apa aku telpon aja ya..."guman nya.
Mentari memutar-mutar handphone nya dengan berpikir.
"Oke, aku telpon aja" putus nya dia langsung menghubungi Benji.
"Nggak aktif lagi.."ucap nya lesu saat nomor Benji tidak bisa di hubungi.
"Apa aku telpon oma aja ya" ujar nya lagi, karena emang dia sempat bertukar nomor dengan omanya Benji waktu itu.
Tanpa pikir panjang Mentari langsung menghubungi omanya Benji.
"Hallo oma.." sapanya saat telponya di angkat.
"Oma apa kabar?" Tanya nya.
"Oma baik-baik aja, kabar kamu
Mentari segera membersih kan dirinya ke toilet, dia mengganti bajunya dengan jaket yang dia bawa.Ini lebih mendingan dari pada tadi walau bau busuk dan amis masih kecium, Mentari menutupi rambutnya yang basah dengan tudung jaket.Dia menghela napas sebenarnya dia bisa saja langsung pulag, namun dia nggak mau meninggalkan mata kuliahnya.Dia harus masuk kelas. Mentari berjalan keluar dari toilet, semua orang yang berpapasan denganya menutup hidung seolah ingin muntah."Oi cupu baru kecemplung got lo?" ucap salah satu teman di kelasnya.Mentari menulikan pendengaranya dia terus berjalan dan duduk di bangku nya."Iyuuuhh banget sih lo, busuk banget tau nggak keluar aja sana" saut yang lain.Mereka semua menutup hidung tak tahan dengan bau tubuh Mentari.Wajar mereka begitu dia aja nggak tahan dengan bau badanya, tapi tetap saja dia tidak mau
"Kamu ini udah ibu bilang jangan tidur sore-sore" grutu ibunya saat di meja makan."Ya bu namanya juga ketiduran" saut nya.Dia ketidur sampai jam tujuh malam, dan sekarang baru bangun untuk makan malam."Gimana Benji, kamu udah ketemu sama dia?" Tanya Mira."Belum bu nomor nya juga nggak aktif" ucapnya."Ih kamu ini gimana sih, pacar nya ilang kok santai aja" ujar Mira."Aduh ibu, Tari kan udah bilang kalau kita nggak pacaran. dan kak Benji kan udah besar nggak mungkin lah dia ilang" jelas Mentari, dengan menyuap makanan ke mulutnya."Kamu ini memang bebel kalau di omongin, situasinya kali ini itu beda Benji itu lagi sedih" kata Mira gemas dengan putrinya."Ibu jadi khawatir, emang kamu enggak?"tanya Mira khawatir.Mentari terdiam senjenak dia juga khawatir dengan Benji, tapi mungkin Benji masih butuh waktu sendiri.
Mentari terbangun dari tidurnya, dia menoleh ke samping Benji masih terlelap.Wajarlah karena Benji mungkin kurang tidur beberapa hari ini, atau mungkin sama sekali tidak tidur.Mentari menyipit kan matanya kala melihat tangan Benji, apa dia nggak salah lihat seperti ada darah di tangan Benji."Beneran darah" ucapnya pelan.Mentari meraih tangan Benji ternyata memang ada darah yang sudah mengering.Banyak luka di punggung tangan pria itu, seperti habis memukul sesuatu yang tajam.Mentari segera turun dari ranjang dan mencari kotak P3K, sekalian mengambil air hangat dan lap kecil untuk membersih kan tangan Benji.Mentari kembali dengan membawa baskom dan peralatan lainya.Dia meraih tangan Benji dengan pelan agar tidak membangunkan pria itu.Mentari mengobati luka itu dengan telaten.Mentari melihat kerutan di kening Benji saat dia menyentuh lukanya.Dia meniup tangan Benji agar mengurangi rasa s
"Lo suka jalan ke mana?" Tanya Benji ke Mentari.Berusaha menghibur Mentari, karena sedari tadi Mentari terus mendiam kan nya.Mereka duduk bersebelahan tapi Mentari sama sekali tak menghirau kan nya, seolah dia tidak ada."Ke mall suka nggak?" Tanya nya lagi saat Mentari tak kunjung menjawab."Jangan buat gue marah Tari" peringat Benji, sudah mulai kesal."Nggak" Mentari segera menjawab, walau pun singkat."Terus lo sukanya ke mana?" Tanya Benji dengan mengelus rambut Mentari sayang."Ke pasar malam""Oke kita ke sana nanti malem." Ucap Benji semangat.Namun ucapan Mentari berikutnya mematah kan semangat Benji."Tapi dulu waktu ayah masih hidup. kita sering kesana bareng, semenjak ayah meninggal aku nggak pernah mau ke sana lagi" ujar Mentari sedih.Dia ingat dulu ayah nya sering me
Mentari sudah berada di kampusnya sekarang. Dia berjalan menuju kelasnya."Mentari..." panggil seseorang.Membuat Mentari berhenti dan menoleh ke balakang, untuk melihat siapa yang memanggilnya."Mentari, lo Mentari kan?" Tanya orang itu.Mentari menganggukan kepalanya."Bisa ngomong bentar nggak?" Minta orang itu ke Mentari.Mentari mengerut kan keningnya bingung, tumben ada yang mau bicara denganya."Bisa.." ujar Mentari menyetujui.Orang itu mengajak Mentari untuk duduk di taman kampus. Mereka duduk di salah satu kursi yang ada di sana."Oh ya, sebelumnya kenalin nama gue Marlin" ujar orang itu, dengan menyodorkan tanganya ke Mentari."Mentari" balas Mentari, dengan nenyambut uluran tangan orang itu."Sebenernya gue mau minta tolong sama lo?" Ujar orang itu."Minta tolo
Rencana Marlin untuk pulang bersama Benji batal. Karena tiba-tiba Benji ada urusan dan akhirnya pulang duluan."Maaf ya Mar, kak benjinya udah pulang duluan" ucap Mentari tak enak.Marlin mengangguk."Yaudah, nggak papa. Sekarang kita harus atur rencana baru. Gimana caranya biar gue bisa keluar berdua sama Benji""Aku nggak yakin sih kalau kak Benji bakal mau" jawab Mentari. Pasti bakal susah buat bujuk Benji mau keluar sama Marlin.Marlin berpikir sejenak. Dia juga tau kalau Benji pasti nggak akan mau."Ha.. gue punya ide" ujar Marlin dengan tersenyum senang."Gimana kalau Lo ajak Benji makan malam. Tapi nanti, yang Dateng gue bukan Lo."Mentari hanya diam, kenapa rasanya dia jadi takut."Lo tenang aja, masalah tempat gue yang urus. Tugas Lo cuma nyuruh Benji ke sana. nanti gue kirim alamatnya, oke!" ucap Marlin lagi.
"Lo gimana sih Tar, ya jelas lah Benji pasti marah" ujar Mila heran.Sekarang mereka sedang berada di kamar Mentari. Mila sengaja datang kerumah Mentari, karena Mentari minta dia datang kesini.Dan .entari menceritakan semua masalahnya dengan Benji."Aku haru gimana sekarang?" Tanya Mentari.Mila merebah kan tubuhnya."Ya minta maaf. Karena yang Lo lakuin itu udah keterlaluan" ujar Mila, bukan mau memojok kan Mentari.Tapi memang begitu kenyataan.Mendengar ucapan Mila membuat Mentari semakin merasa bersalah. Bahkan sekarang nomornya sudah di blok buat Benji."Padahal niat aku kan baik" ujar Mentari."Baik menurut Lo, belum tentu baik menurut orang lain. Lo bayangin deh, gimana rasanya jadi Benji. Saat dia cinta sama Lo setulus hati, tapi Lo malah nyuruh dia deket sama perempuan lain. Sama kayak yang Lo rasain dulu. Saat Lo cinta sama Romi setulus hati
Semenjak kejadian kemarin, hari-hari Mentari semakin parah, dia semakin di bully di kampus.Dia berusaha menebal kan telinganya, mencoba tak peduli. Tapi walau bagaimana pun tetap saja sakit hati mendengar hinaan mereka.Mentari menghembus kan napasnya, rasanya semakin berat untuk datang ke kampus besok.Sekarang Mentari sedang menyiapkan keperluan nya untuk besok, dia akan pergi kemah, sekaligus baksos yang di adakan di kampusnya. Mereka akan mengunjungi salah satu desa terpencil.Mentari menyiapkan keperluannya selama tiga hari di sana."Tari..." Panggil ibu Mentari."Benji ikut acara besok?" Tanya ibunya.Membuat Mentari terdiam, ibunya belum tau kalau hubungannya dengan Benji sedang tidak baik."Heh, malah melamun orang ditanya juga" ujar ibu Mentari dengan, menyentuh bahu Mentari."Nggak tau Bu" hanya itu yang bisa di