Mentari berkali-kali menoleh ke pintu ruang kerja Benji. Berharap Benji segera keluar dari sana.
Semenjak pulang dari pernikahan Mila tadi, Benji langsung masuk ke ruang kerjanya, dan sampai sekarang belum keluar juga.
Mentari lebih baik Benji marah-marah daripada terus diam seperti ini. Membuat dia jadi bingung harus berbuat apa.
Mentari kembali masuk ke dalam kamarnya, dia melihat jam sudah jam dua belas malam ternyata.
Mentari membaringkan tubuhnya di ranjang, dia menatap langit-langit kamarnya.
"Apa aku samperin aja ya..." Ujar Mentari.
Sungguh dia tidak bisa tidur kalau begini. Kenapa masalahnya dan Benji jadi berlarut-larut begini sih.
Mentari membulatkan tekatnya, dia segera beranjak dari kasur. Lalu berjalan keluar kamar menuju ruang kerja Benji.
Mereka harus selesai kan masalah mereka sekarang juga.
Ceklek
"kak.. ayo sarapan.." ajak Mentari."Duluan aja, nanti gue nyusul..." Ucap Benji, masih sibuk dengan handphone nya.Mentari mengangguk dia pergi ke bawah duluan."Ibu..." Panggil Mentari. Saat melihat ibunya sudah ada di ruang makan."Sayang ayo makan, Benji mana?" Tanya Mira."Masih di atas, bentar lagi juga turun.." ujar Mentari dengan duduk.Mentari mulai mengambil makanan di piringnya, dia juga mengisi piring Benji."Ibu semalam pergi kan, ke pernikahan Mila?" Tanya Mentari."Pergi dong, masak nggak..." Jawab Mira."Tapi kok aku nggak lihat ibu di sana.." ujar Mentari lagi.Pasalnya kemarin, Mentari sama sekali tidak melihat ibunya di pernikahan Mila."Ibu datangnya terakhir, pas udah mau selesai..." Ujar Mira.Mentari memang pulang cepat semalam, tidak sampai acara se
Mentari menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dia menangis sejadi-jadinya.Benji berjalan menghampiri Mentari.Dia ikut naik ke atas ranjang.Benji mengelus rambut Mentari dengan sayang."Sini..." Ucap nya dengan menarik Mentari ke dalam pelukannya.Mentari membalas pelukan Benji, dia membenamkan kepalanya di dada Benji."Hiks....hiks..." Mentari terus menangis."Ssstttt...." Ujar Benji menangkan.Benji terus mengusap punggung Mentari."Udah..." Ucap Benji."Ibu nggak sayang sama aku hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji juga bingung mau bicara apa."Dengerin gue dulu..." Ucap Benji menjauhkan wajah Mentari dari dadanya, dan melonggarkan pelukan mereka.Benji mengelap air mata Mentari."Ibu mungkin udah mempertimbangkan semuanya..." Ucap Benji.
Mentari terus menghapus air matanya.Mila mengelus bahu Mentari, mencoba menenangkan Mentari.Mentari menarik napas dalam, lalu menghembuskan nya.Kenapa tangisnya tidak mau berhenti, rasanya sedih sekali.Hari ini, hari pernikahan ibunya. Dia sudah mencoba ikhlas, dan merelakan ibunya menikah lagi.Acara pernikahan ibunya hanya di adakan di rumah saja, tidak ada pesta, hiasan juga tidak ada.Hanya mengadakan ijab kabul saja, dan yang datang juga cuma keluarga dekat.Air mata Mentari semakin deras, saat ijab kabul telah selesai dan ibunya sudah sah menjadi istri orang.Mira melihat ke arah Mentari dengan iba. Pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat.Mira menyesal telah melukai hati Mentari."Kita masuk ke kamar lo aja..." Ajak Mila.Mentari mengangguk, lebih baik dia masuk kamar dan bisa menangis sepuasnya.Kalau di sini dia merasa tidak enak, sedari tadi semua orang terus memperhati
"ayo cepat makan..." Ucap Benji.Benji menyuapi Mentari dengan sabar.Mentari sampai sakit karena terlalu memikirkan ibunya.Mentari menggelengkan kepalanya dia menolak suapan dari Benji."Jangan buat gue marah ya..." Ujar Benji mulai kesal.Dia sudah berusaha sabar dari tadi, karena Mentari lagi sakit."Di suruh makan aja susah..." Ujar Benji lagi.Mentari hanya diam, dia menundukkan kepalanya tidak berani melihat ke arah Benji.Benji segera beranjak dari duduknya, dia mengambil handphone nya."Dok, bisa tolong ke rumah saya. Istri saya sakit..." Ucap Benji, yang ternyata sedang menelpon dokter keluarganya.Mentari mengangkat wajahnya, dia menggeleng kan kepalanya lagi."Aku nggak mau kak..." Tolaknya tidak mau di periksa dokter, lagian dia cuma demam biasa.Benji menaruh handphone n
Mentari menghembuskan napasnya lelah, dia bosan kalau terus begini.Cuma di rumah, terus nggak boleh ngapa-ngapain.Apalagi sekarang tubuhnya mudah lelah, jalan sedikit saja capek.Kerjaannya cuma guling-guling di kasur, terus makan, mandi, nonton. Begitu saja setiap hari.Benji makin sibuk kerja, Mila juga lagi bulan madu."Aduh... Pengen masakan ibu deh..." Ujar Mentari.Entah mengapa tiba-tiba dia pengen masakan ibunya, tapi kan ibunya lagi jauh."Kak Benji mau nggak yah, nganterin ke rumah ibu..." Ujar Mentari.Dia tidak bisa menahan nya, dia pengen banget masakan ibunya.Pokonya nanti malam dia akan bilang ke Benji, minta antar ke tempat ibunya. Kalau Benji nggak mau dia bisa pergi sendiri naik bus.*****Sudah pukul lima sore, Mentari menunggu Benji pulang. Dia menunggu Benji di tera
Setelah lima jam perjalanan menggunakan mobil. Mentari dan Benji akhirnya tiba di rumah ibunya.Walau mereka sempet muter-muter tadi, untuk mencari rumah ini.Tok...tok...Mentari mengetuk pintu rumah itu.Ceklek.Tak lama pintu pun terbuka, nampak seorang pria mudah yang keluar.Mentari mengerutkan keningnya."Apa ini anak nya om Herman...?" Batin Mentari bertanya."Cari siapa ya?" Tanya pria itu."Ibu ada...?" Tanya Mentari."Mentari..." Teriak seseorang dari dalam.Baru saja Reyhan mau membalas ucapan Mentari."Ibu...." Ujar Mentari senang, dia langsung memeluk ibunya.Sementara Benji menatap pria di depannya ini dengan heran. Karena sedari tadi Reyhan terus memperhatikan nya."Preman ..." Ujar Reyhan, saa
Mentari sudah tidur, semenjak hamil Mentari jadi cepat sekali tidur. Padahal Sekarang baru jam delapan malam.Benji keluar kamar, dia ingin menonton TV saja.Benji lagi enak-enak menonton, Reyhan datang dan langsung mengambil remote dari tangannya."Kaku banget lo, nonton berita. Hidup lo nggak seru.." ujar Reyhan.Dia langsung mengganti salurannya, dengan acara musik.Benji memutar bola matanya malas, kalau tidak ingat dia sedang berada di rumah mertuanya, dan Reyhan itu kakak iparnya.Benji sudah memarahi Reyhan habis-habisan."Jangan uji kesabaran gue..." Ujar Benji memperingati.Reyhan menoleh ke arah Benji, lalu dia tertawa."Wow..., adik ipar gue marah..." Ujarnya sok takut.Dan sangat menyebalkan di mata Benji.Reyhan langsung duduk di sebelah Benji."Kenapa Mentari mau sama lo
Mentari dan Benji sudah pulang ke rumah mereka.Mereka hanya dua hari saja di rumah ibunya, walaupun sebenarnya Mentari masih sangat merindukan ibunya, dan masih pengen di sana.Tapi apa boleh buat, Benji harus kerja. Dan dia nggak bisa pergi lama-lama.Namun baru saja sampai di rumah, Mereka mendapatkan kabar duka. Mereka mendengar kalau Danu meninggal dunia.Sungguh Mentari sangat shock, karena dia tidak pernah mendengar kalau Danu sakit.Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Danu.Air mata Mentari terus ke luar dari tadi, dia tidak menyangka semua ini terjadi. Bahkan sampai sekarang dia tidak tau apa penyebab Danu meninggal.Benji menggenggam tangan Mentari."Udah, ingat anak kita..." Ujar Benji.Dia tau Mentari pasti sangat sedih, karena dia sangat dekat dengan Danu. Walau dia sedikit cemburu saat melihat Mentari me