Share

Enam

Penulis: alindaana97
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-29 14:56:33

"Tuh cowok ganteng-ganteng serem banget njir..." ujar Mila setelah mendengar cerita dari Mentari.

"Ya udah pokoknya gue bakal tidur disini sampai nyokap lo pulang" putus Mila.

Mentari menganggukan kepalanya setuju. Kalau Mila disini Benji pasti tidak akan kesini.

"Tapi nanti lo juga harus cerita sama nyokap lo" 

"Mmm nggak deh kayak nya Mil, aku nggak mau masalah nya tambah panjang nanti." Ujar Mentari, Dia juga nggak mau membuat ibunya kawatir.

" gimana sih lo harus cerita biar ibu lo tau.." ujar Mila tak terima.

"Percuma Benji itu orangnya nekat, lagian aku juga nggak mau buat ibu kepikiran" ujarnya, bahkan selama ini ibunya tidak tau kalau dia sering di bully.

"Lagian juga Benji nggak pernah nyelakaain aku paling bentak-bentak doang" lanjutnya.

Mila memicingkan matanya menatap Mentari curiga.

"Apa?" Tanya Mentari.

"Jangan bilang lo suka sama dia iya kan, Makanya lo belain dia" Mila menunjuk-nunjuk wajah Mentari.

"Bukan gitu aku nggak mau kalau ibu aku kepikiran oke, jadi aku mohon jangan bilang ke ibu?"ujar Mentari dengan memegang tangan Mila.

Mila menghembuskan npasnya.

"Oke, tapi nanti kalau ada apa-apa lo langsung hubungi gue" ucap Mila.

"Oke aku janji.." ujar Mentari dengan mengangkat jarinya membentuk hurup v.

"Ya udah sekarang kita tidur aja gue udah nggak mood nonton" ujar Mila dengan merebahkan tubuhnya.

Mentari menganguk dan ikut berbaring di sebelah Mila.

"Gila tu cowok tengah malam dong dia kesini" ucap Mila masih tak terima. Jujur dia takut kalau sampai Mentari kenapa-kenapa.

Mentari tersenyum dia senang Mila sangat peduli panda nya.

****

Hari ini ibu nya sudah pulang dan Mila juga memutus kan untuk pulang ke rumahnya tadi pagi.

Dia sekarang sedang menonton tv bersama ibunya. Jarang-jarang mereka bisa begini.

"Gimana kuliah kamu?" Tanya ibunya.

"Baik-baik aja bu..." 

Ibunya menganggukan kepala

"Kamu tu sekarang udah dewasa, nggak ada salahnya kalau pakai make up, dan itu juga skin care yang ibu beliin kenapa nggak pernah kamu pake?" 

"Aduh ibu... Tari kan udah bilang kalau Tari nggak suka" ujar Mentari, karena ibunya selalu saja membelikan banyak make up, padahal dia nggak suka.

"Kamu ini gimana sih ibu kan udah bilang kalau perempuan itu harus merawat diri. dan juga nggak usah pakek kaca mata, kan mata kamu baik-baik aja nggak sakit"

"Mentari nyaman begini bu.."

"Ya... ibu tau, tapi kan nggak ada salahnya merubah sedikit. Kamu mau di tinggal lagi kayak dulu karena kurang cantik" ucap Mira bukan bermasuk jahat pada putrinya. Tapi dia hanya ingin Mentari berubah jadi lebih baik saja.

Mentari terdiam mendengar ucapan ibunya.

"Kalau dia suka pasti bisa menerima apa adanya" ujar Mentari kemudia beranjak pergi meninggal kan ibunya.

"Yah kan ngambek kamu.." ucap Mira dan mengikuti putrinya itu.

"Tari kamu tau kan ibu mau yang terbaik buat kamu.."  ujar Mira dengan mengelus bahu Mentari.

"Iya ibu Tari tau.. tapi Tari nyaman nya begini"jelas nya.

"Ya udah ibu nggak akan maksa lagi, sekarang mendigan bantuin ibu buat makan malam aja yuk" ujar Mira tak mau terlalu menekan putrinya.

Mentari menganggukan kepalanya. Mereka pun segera pergi kedapur.

Setelah selesai makan malam dan mengobrol dengan ibunya. Mentari segera masuk ke kamarnya dia merasa sangat ngatuk.

"Astaga.."kagetnya saat melihat Benji sudah berada di kamarnya.

Benji tiduran di ranjangnya dengan memain kan handphonenya.

"Lah kakak ngapain di sini.." ujarnya dengan panik.

"Pergi nggak ada ibu aku di rumah" dia menarik tangan Benji untuk turun dari ranjangnya. Namun sia-sia pria itu bahkan tidak bergerak.

"Lo lupa sama janji lo kemarin" ucap Benji.

"Ya tapi kan ada ibu jadi.." 

"Pokoknya gue pegang omongan lo yang kemaren, lo tau kan kalau janji itu adalah  hutang" potong Benji.

Tok..tokk

"Tari ada siapa itu kok ada suara cowok?" Ujar ibu Mentari dari luar.

Mentari gelagapan gawat kalau ibunya tau.

"Ah.. bukan apa-apa bu tari lagi nonton drama" teriaknya dari dalam.

"Oh iya udah nontonya jangan malam-malam besok kan kamu kuliah pagi.." 

"Iya bu.." Mentari bernapas lega untung ibunya percaya.

Dia melihat ke arah Benji dengan kesal. lelaki itu terlihat santai seolah tak terjadi apa-apa.

"Sini.." ujar Benji dengan menarik tangan Mentari agar gadis itu ikut berbaring di sebelahnya.

Mentari limbung dan jatuh di sebelah Benji. Dia berusaha melepaskan pelukan Benji di tubuhnya.

"Ih lepasin.." ujarnya namun gagal pelukan Benji sangat erat.

"Sssttt bisa diam nggak lo, lo mau ibu lo dengar. Kalau gue sih seneng-seneng aja biar kita di grebek terus di nikahin" ucap Benji dengan tersenyum miring.

"Gila.." 

"Emang itu julukan gue cowok gila yang tampan dan kaya" ujar Benji dengan pd nya.

"Ih kepedean." Ujar mentari aneh kenapa malam ini Benji terlihat berbeda jadi banyak bicara. 

"Gue males lihat orang yang begitu, hanya menilai orang dari fisik dan materi" ujar Benji mulai tidak nyambung. Walaupun Mentari setuju akan hal itu .

"Itu katanya kaya, emang nggak punya rumah sampai harus tidur di rumah orang" sindir Mentari.

"Punya, lo mau ke rumah gue?" Tanya Benji dengan menatap mentari serius.

"Ih enggak ngapain" tolak Mentari.

"Ya ngapain kek ngepel, nyapu, apa masak gitu" 

"Enak aja emang aku pembantu."

Benji tertawa mendengar ucapan Mentari.

Mentari termenung melihatnya baru kali ini dia melihat benji tertawa. Sangat tampan batinya. 

"Jangan lihatin gue gitu ntar lo suka lagi" goda Benji.

Mentari segera memaling kan wajahnya. Berusaha menutupi rasa malu.

Cup

Mentari melebarkan matanya saat merasaka benji menyium keningnya.

"Udah mendingan tidur besok lo kesiangan lagi, nanti ibu lo marah."

"Ya tapi lepasin dulu aku mau tidur di sofa aja" ujar Mentari jujur dia tidak nyaman di posisi seperti ini.

"Tidur gue bilang" Benji menatap mentari tajam. Wajahnya berubah sudah tidak seramah tadi. 

Membuat Mentari merasa takut. Akhirnya mentari memilih memejamkan matanya dari pada harus mendapat amarah Benji.

Nanti saja ketika pria itu sudah tidur dia akan pindah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
eddy hadarian
Mo aneh ibunya Mentari g tau kl Benji masuk rumah bahkan masuk kamar Tari
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh lima

    Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh empat

    "semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh tiga

    "turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh dua

    "aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh satu

    "cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi."Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja."Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.Mentari menatap Benji dengan kesal."Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh

    Benji jadi menyesal melakukan rencana kejutan ini. Dia menyesal membuat Mentari menangis sampai seperti ini.Selama mereka menikah, mereka nggak pernah merayakan anniversary. Bahkan Benji dan Mentari juga nggak pernah merayakan ulang tahun mereka selama mereka kenal. Kecuali ulang tahun Bachtiar.Alasan nya, kalau Mentari dia memang nggak suka ngerayain ulang tahun. Kalau Benji sendiri dia pasti sedih kalau ingat tentang perayaan ulang tahun, membuatnya jadi ingat dengan perlakuan papinya dulu.Kado ulang tahun yang Benji sangat ingin kan dari dulu. Yaitu di peluk dan di sayang sama papinya, tapi sayang sampai sekarang keinginan itu belum terwujud.Makanya Benji malas kalau merayakan ulang tahun.Dan di perayaan pernikahan mereka yang ke enam tahun ini lah, akhirnya Benji punya ide untuk pertamakali nya mereka harus merayakan nya."Rani siapa?" Tanya Mentari masih me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status