Beranda / Mafia / SIMPANAN MAFIA GANAS / Tugas Pertama Seorang Aset

Share

Tugas Pertama Seorang Aset

Penulis: Ananda FJ
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-08 21:47:00

Ailea terbangun karena aroma. Bukan aroma parfum mahal Leon, melainkan aroma kopi premium yang menusuk indra. Ia melompat dari sofa—bukan karena takut, tapi karena panik. Pukul 06.30 pagi.

Ia melihat ke tempat tidur. Kosong. Tempat tidur king size itu rapi, seolah tidak pernah ditiduri. Leon tidak ada. Ke mana dia? Ailea merasa sedikit lega, namun pengawasan terasa lebih mencekam daripada kehadirannya.

Ailea cepat-cepat mandi dan mengenakan pakaian kasual yang baru disiapkan Leon. Begitu ia keluar, ponsel barunya berdering. Nomor tak dikenal. Ailea ragu-ragu sejenak, tapi ancaman semalam langsung muncul di benaknya.

Ponsel barumu itu harus selalu on. Aku telepon atau kirim pesan, harus diangkat, detik itu juga.

"Halo?" suara Ailea terdengar sedikit kaku.

"Sudah bangun?" Suara Leon rendah, dalam, dan tanpa basa-basi. "Datang ke ruang makan utama. Jangan telat lima menit pun."

Panggilan diputus. Ailea buru-buru menuruni tangga.

Leon sudah menunggunya di ruang makan, mengenakan setelan jas hitam mahal, terlihat siap menguasai dunia. Di sampingnya, tumpukan berkas dan tablet diletakkan di atas meja.

"Selamat pagi, Tuan," ujar Ailea, menjaga nada suaranya tetap formal dan kaku.

"Duduk," perintah Leon, bahkan tidak melirik Ailea.

Sarapan berlangsung dalam keheningan total, kecuali bunyi denting sendok.

Tepat setelah Ailea menghabiskan rotinya, Ailea memberanikan diri bertanya, "Tuan, bagaimana dengan kuliah saya? Apa saya masih bisa..."

Leon memotongnya dingin, tanpa mengangkat pandangan. "Kuliahmu sudah kubekukan. Utangmu memang lunas, tapi statusmu sudah beralih menjadi asetku. Kamu tidak butuh gelar. Kamu hanya perlu menemaniku dan mematuhi perintahku. Itu kompensasi utamamu."

Kata-kata itu menampar Ailea, menghancurkan sisa-sisa harapan masa depannya. Leon lalu menyerahkan tablet padanya.

"Ini jadwalmu hari ini," katanya, suaranya tajam. "Kamu akan menemaniku ke kantor. Kamu harus belajar, cepat. Tugas pertamamu adalah menganalisis berkas ini."

Leon mendorong tumpukan berkas tebal yang membuat mata Ailea membelalak. Judul berkas di depannya adalah: "Laporan Akuisisi PT. Adiwangsa Properti Utama."

"PT. Adiwangsa Properti Utama?" gumam Ailea, mengenali nama perusahaan properti besar yang sering disorot media. "Tapi, bukankah ini perusahaan milik keluarga Wira?"

Leon akhirnya menatap Ailea, senyum sinisnya muncul. "Bagus, kamu masih punya ingatan yang berfungsi. Ya, perusahaan itu milik keluarga Wira, tapi sebentar lagi... itu akan menjadi milikku."

Leon bersandar di kursinya, tatapannya kini mematikan. "Tugasmu hari ini, Ailea, adalah mencari tahu di mana titik kelemahan Wira dan apa alasan dia menolak tawaranku. Aku ingin kamu menggunakan semua naluri wanitamu untuk mencari celah personalnya. Aku ingin kamu tahu apa yang paling dia takuti."

Ailea menatap tumpukan berkas itu, lalu kembali menatap Leon. "Anda ingin saya memata-matai orang? Saya bukan mata-mata, saya asisten Anda!"

"Kamu itu asetku, dan asetku akan melakukan apa pun yang aku perintahkan," balas Leon dingin. "Dan jika kamu gagal menjalankan tugas pertama ini, aku akan membuat Ayahmu menyesal pernah menjualmu padaku."

Ancaman itu membuat Ailea membeku. Ia mengambil berkas itu, merasakan dinginnya kertas di tangannya. Tugas pertama ini bukan hanya tentang bisnis—ini adalah senjata pribadi Leon untuk menghancurkan seseorang. Dan Ailea dipaksa menjadi bagian dari rencana jahat itu.

senjata pribadi Leon untuk menghancurkan seseorang. Dan Ailea dipaksa menjadi bagian dari rencana jahat itu.

Ailea menarik napas tajam. "Aku nggak ngerti kenapa aku harus ikut ke kantor. Berkasnya kan bisa aku kerjain di rumah."

Leon tersenyum sinis sambil mengaitkan satu kancing jasnya. "Oh, kamu pikir tugas asisten pribadiku cuma ngoprek laporan di kamar? Kamu salah besar, Ailea. Kamu adalah display-ku. Mulai sekarang, setiap orang harus tahu siapa yang ada di sebelahku."

Dia melangkah mendekat, matanya menyapu Ailea dari atas sampai bawah. Penampilannya yang sederhana jelas tidak memenuhi standar Leon.

"Gaun itu lumayan, tapi lain kali, biar stylist-ku yang urus. Aku nggak mau aset berhargaku kelihatan kayak mahasiswa yang baru kabur dari perpustakaan," komentarnya tajam. "Dan satu lagi. Di kantor, jangan pernah memanggilku 'Tuan'. Itu terdengar bodoh."

Ailea membalas tatapannya. "Terus aku harus panggil apa? 'Pemilikku'?"

"Panggil aku 'Leon'," katanya, suaranya turun beberapa oktaf. "Di depan umum. Di balik pintu, terserah kamu mau panggil apa. Asal tahu batas."

"Siapkan dirimu," ujar Leon, berdiri dan melirik jam tangannya yang mahal. "Kita berangkat sekarang. Dan jangan coba-coba lari, Ailea. Ingat, kamu adalah asetku, dan aku tidak pernah kehilangan aset."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Tunangan bohongan

    Pagi itu, kamar Leon berubah menjadi salon mewah. Tiga orang stylist dan seorang penata rias sibuk membolak-balik Ailea, dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ailea hanya bisa diam. Ini bukan dirinya. Ini adalah kostum yang diciptakan Leon untuk menjalankan misi."Rambutnya harus di-styling seperti ini, Tuan Leon suka kesan elegan, tapi tajam," kata sang stylist, menunjuk majalah.Leon sendiri hanya muncul sesaat, berpakaian kaus santai tapi mahal. Ia mengawasi Ailea dengan tatapan menilai, bukan mengagumi."Kau terlihat terlalu takut, Ailea," komentarnya datar. "Aku tidak membelimu untuk menjadi seorang pengecut. Ingat, hari ini kamu adalah Ardane. Putri dari keluarga Ardane. Bertingkah seperti itu."Leon lalu pergi, meninggalkan Ailea dengan rasa marah dan terhina yang membakar.Pukul tujuh malam. Ailea berdiri di depan cermin. Gaun off-shoulder berwarna maroon memeluk tubuhnya dengan pas, rambutnya ditata sleek ke belakang, dan kalung berlian kecil melingkari lehernya—bukan miliknya

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Siasat di Balik Cermin

    Pagi pertama Ailea di kantor Leon adalah neraka ber-AC. Ia duduk di kursi tamu, menyalin data dari berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ke dalam laptop, sementara Leon duduk di kursi pimpinan, mengabaikannya. Atmosfernya dingin, kejam, dan terasa seperti berada di bawah teropong.Pukul sepuluh pagi, interupsi datang. Nayla mengetuk pintu, membawa nampan berisi dua gelas kopi dan beberapa berkas. Senyum profesionalnya langsung menghilang saat melihat Ailea."Leon," sapa Nayla, mengabaikan kehadiran Ailea sepenuhnya. "Ini laporan keuangan triwulan. Aku juga bawakan kopi untukmu.""Taruh saja di meja," kata Leon, masih sibuk dengan panggilan telepon.Nayla meletakkan kopi di meja Leon, lalu sengaja mendekati Ailea. "Kamu, yang Ailea kemarin kan?""Ya," jawab Ailea singkat, tidak mau terprovokasi.Nayla tersenyum meremehkan, suaranya pelan tapi menusuk. "Aku dengar kamu asisten pribadi yang baru. Well, congrats sudah dapat job desk baru. Tapi di sini ada etika. Kamu harus tahu job desk da

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Dibingkai di Ruang Pimpinan

    Mobil sport hitam Leon melaju membelah padatnya jalanan ibu kota. Ailea duduk di sampingnya, tumpukan berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ada di pangkuannya. Di sampingnya, Leon terlihat tenang, namun aura kekuasaan yang ia pancarkan di ruang tertutup itu terasa menekan."Jelaskan padaku," ujar Leon tiba-tiba, tanpa menoleh. "Apa kelemahan Wira yang paling jelas?"Ailea terkejut karena tes mendadak itu. Ia menarik napas. "Menurut laporan cash flow, dana yang mengalir ke rekening pribadi Wira sangat besar, tidak wajar. Itu bisa jadi petunjuk untuk aset di luar negeri, atau, yah, dia punya kebiasaan buruk yang butuh uang cepat.""Kebiasaan buruk," ulang Leon, suaranya mengandung nada persetujuan. "Aku suka. Aku ingin tahu persisnya kebiasaan buruk apa itu. Dan kamu akan mencari tahu. Langsung dari sumbernya."Mobil memasuki area parkir khusus di lantai paling atas gedung pencakar langit. Saat mereka keluar, beberapa staf sudah berbaris, menyambut Leon dengan hormat berlebihan."Pagi, Tu

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Tugas Pertama Seorang Aset

    Ailea terbangun karena aroma. Bukan aroma parfum mahal Leon, melainkan aroma kopi premium yang menusuk indra. Ia melompat dari sofa—bukan karena takut, tapi karena panik. Pukul 06.30 pagi.Ia melihat ke tempat tidur. Kosong. Tempat tidur king size itu rapi, seolah tidak pernah ditiduri. Leon tidak ada. Ke mana dia? Ailea merasa sedikit lega, namun pengawasan terasa lebih mencekam daripada kehadirannya.Ailea cepat-cepat mandi dan mengenakan pakaian kasual yang baru disiapkan Leon. Begitu ia keluar, ponsel barunya berdering. Nomor tak dikenal. Ailea ragu-ragu sejenak, tapi ancaman semalam langsung muncul di benaknya.Ponsel barumu itu harus selalu on. Aku telepon atau kirim pesan, harus diangkat, detik itu juga."Halo?" suara Ailea terdengar sedikit kaku."Sudah bangun?" Suara Leon rendah, dalam, dan tanpa basa-basi. "Datang ke ruang makan utama. Jangan telat lima menit pun."Panggilan diputus. Ailea buru-buru menuruni tangga.Leon sudah menunggunya di ruang makan, mengenakan setelan j

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Bab 3

    Di sisi lain, Aruna masih beristirahat di kamar Satria. Tubuhnya menjadi lebih lama pulih karena hampir setiap malam Satria datang untuk mereguk kehangatan. Aruna melayaninya selama dua hari kemarin, dan sekarang dia tidak ingin lagi melakukan itu. Satria datang ke kamar saat Aruna sedang membalut perban di lengan kanannya. “Aruna, apa kamu mengenal seseorang bernama Andra?” Aruna melihat raut wajah Satria sedang kesal padanya. Pagi tadi pria itu bersetubuh dengannya, tetapi Aruna menolaknya dan bahkan mengancam akan bunuh diri jika Satria memaksanya terus berhubungan badan. Awalnya Aruna rela melakukan semua itu secara alami, tapi setelah dia memikirkannya lebih jauh, semua tindakan itu terasa tidak masuk akal dan sebaiknya segera dihentikan “Kenapa kamu bertanya tentang orang yang tidak aku kenal?” Tanya Aruna balik. “Andra bilang dia teman dekatmu!” “Banyak nama Andra di dunia ini Satria. Lagi pula aku tidak tahu siapa Andra!” Dia sudah berjanji pada Wirya bahwa dia tidak a

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Bab 2

    Wirya sangat terkejut, dia pikir Lia berulah dan Aruna tahu bahwa itu adalah ulah Lia. Ternyata Aruna memiliki pandangan lain terhadapnya dan menduga bahwa dirinyalah yang berusaha menyingkirkannya dari sisi Bayu. “Ini sudah sangat keterlaluan! Kamu pergilah ke kota cepius untuk meluruskan masalah ini. Pantas saja dia menolak ketika aku memberikan restu padanya kemarin, pasti dia menduga aku memisahkannya dengan Bayu!” Andra menerima perintah itu tapi menurutnya Bayu mungkin sudah menjelaskan tentang siapa orang yang menyelakai Aruna. Sore itu Andra memutuskan untuk berangkat ke kota cepius. Andra beristirahatlah di hotel dalam perjananan ke sana. Dan pada keesokan paginya dia langsung menuju ke vila. Pada saat itu ternyata Bayu belum kembali dari perusahaan. Andra memutuskan untuk menunggunya di vila dan dia juga mengirimkan pesan pada Bayu bahwa dia datang karena perintah Wirya. Di sisi lain, Bayu dalam perjalanan menuju rumah Aruna. Aruna belum pulang sejak kemarin dan pikirnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status