Share

Bab 3

Penulis: Ananda FJ
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-07 23:34:00

Di sisi lain, Aruna masih beristirahat di kamar Satria. Tubuhnya menjadi lebih lama pulih karena hampir setiap malam Satria datang untuk mereguk kehangatan. Aruna melayaninya selama dua hari kemarin, dan sekarang dia tidak ingin lagi melakukan itu.

Satria datang ke kamar saat Aruna sedang membalut perban di lengan kanannya.

“Aruna, apa kamu mengenal seseorang bernama Andra?”

Aruna melihat raut wajah Satria sedang kesal padanya.

Pagi tadi pria itu bersetubuh dengannya, tetapi Aruna menolaknya dan bahkan mengancam akan bunuh diri jika Satria memaksanya terus berhubungan badan.

Awalnya Aruna rela melakukan semua itu secara alami, tapi setelah dia memikirkannya lebih jauh, semua tindakan itu terasa tidak masuk akal dan sebaiknya segera dihentikan

“Kenapa kamu bertanya tentang orang yang tidak aku kenal?” Tanya Aruna balik.

“Andra bilang dia teman dekatmu!”

“Banyak nama Andra di dunia ini Satria. Lagi pula aku tidak tahu siapa Andra!”

Dia sudah berjanji pada Wirya bahwa dia tidak akan pernah menyeret Keluarga Adiwangsa dalam masalahnya. Namun, melihat Andra mencarinya di kota cepius, Aruna merasa ada yang tidak beres.

Satria tidak senang mendengar jawaban Aruna. Sejak pagi tadi dia sudah sangat kesal karena Aruna mengancam akan bunuh diri jika dia melabuhkan hasratnya lagi. Satria merasa Aruna memiliki pria lain di hatinya dan tidak akan pernah melayaninya lagi. Karena itu, Satria sangat kesal dan cemburu setengah mati.

Satria mencengkeram rahang Aruna sambil bertanya sekali lagi padanya.

“Apa aku perlu menyeretnya ke sini untuk bertemu denganmu? Dengan pistol di pelipisnya atau dengan belati menancap di kakinya? Dia akan datang dengan kaki pincang! Bukankah itu sangat menarik?”

Aruna menepis tangan Satria lalu menarik kerah bajunya untuk tidur bersama.

“Satria, jangan bawa orang lain ke dalam masalah kita berdua, oke?” Bujuknya pada Satria.

“Maka dari itu kamu tidak boleh menolakku lagi Aruna…” bisiknya di telinga Aruna lalu melepaskan seluruh bajunya dan juga baju Aruna untuk memulai aksinya.

Satria melakukannya dengan lebih keras, lebih lama, dan lebih kasar dari biasanya.

Aruna memekik, menjerit, dan memeluk pinggang Satria.

“Aku sangat benci ditolak, jadi jangan pernah menolakku! Ah, ah, ah, aku hanya menginginkanmu, ouh, ouh!”

Satria mendesah nikmat sambil terus berpacu di atasnya.

***

Satria baru bersedia melepaskannya ketika hari sudah gelap. Pria itu sepertinya menerima sinyal penting di ponselnya (warna merah menyala dan berkedip), karena itu dia buru-buru bangun dari atasnya dan pergi.

Aruna hampir berjalan dengan cara merangkak akibat kelelahan. Dia masih teringat ancaman Satria, dan pikirnya Satria pergi menemukan Andra. Aruna tidak suka dengan kerumitan itu, dia ingin segera mengatasinya. Mau tidak mau dia harus membuat Andra pergi meninggalkan kota cepius

Aruna melihat Satria begitu bugar dan dia sama sekali tidak rebah di sampingnya untuk mengambil jeda. Lagi pula, dia juga tidak bisa mengganti banyak posisi karena dia masih belum sembuh. Bahkan setelah berjam-jam lamanya, begitu turun dari ranjang, Satria langsung memakai bajunya kembali lalu keluar dari dalam kamar begitu saja. Aruna takjub dengan kekuatan Satria.

“Dia benar-benar sangat tangguh! Sialan! Kalau terus tinggal di sini aku rasa pinggangku akan patah!”.

Aruna berjalan sambil memegangi pinggang kanannya seperti wanita tua yang sudah lanjut usia.

Saat berjalan di koridor, beberapa penjaga memperhatikannya. Awalnya Aruna berpikir mereka akan langsung menangkapnya, ternyata dia hanya berpikir terlalu banyak. Mereka sama sekali tidak melakukan tindakan apa pun.

Aruna pergi mencari jalan keluar selain gerbang depan kediaman. Entah kenapa, menurutnya orang seperti Satria pasti memiliki pintu lain untuk melarikan diri saat situasi mendesak.

Aruna memutuskan berjalan di atas rerumputan, dan ketika menginjak tanah dia merasa ada rongga di balik rumput hijau di bawah kakinya.

Aruna menatap sekitar sebentar; tidak ada penjaga yang berjaga di sana. Beberapa penjaga melintas di koridor hanya beberapa menit sekali dan ini adalah waktunya menemukan jalan lain yang disembunyikan di balik rumput hijau di bawah kakinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Tunangan bohongan

    Pagi itu, kamar Leon berubah menjadi salon mewah. Tiga orang stylist dan seorang penata rias sibuk membolak-balik Ailea, dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ailea hanya bisa diam. Ini bukan dirinya. Ini adalah kostum yang diciptakan Leon untuk menjalankan misi."Rambutnya harus di-styling seperti ini, Tuan Leon suka kesan elegan, tapi tajam," kata sang stylist, menunjuk majalah.Leon sendiri hanya muncul sesaat, berpakaian kaus santai tapi mahal. Ia mengawasi Ailea dengan tatapan menilai, bukan mengagumi."Kau terlihat terlalu takut, Ailea," komentarnya datar. "Aku tidak membelimu untuk menjadi seorang pengecut. Ingat, hari ini kamu adalah Ardane. Putri dari keluarga Ardane. Bertingkah seperti itu."Leon lalu pergi, meninggalkan Ailea dengan rasa marah dan terhina yang membakar.Pukul tujuh malam. Ailea berdiri di depan cermin. Gaun off-shoulder berwarna maroon memeluk tubuhnya dengan pas, rambutnya ditata sleek ke belakang, dan kalung berlian kecil melingkari lehernya—bukan miliknya

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Siasat di Balik Cermin

    Pagi pertama Ailea di kantor Leon adalah neraka ber-AC. Ia duduk di kursi tamu, menyalin data dari berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ke dalam laptop, sementara Leon duduk di kursi pimpinan, mengabaikannya. Atmosfernya dingin, kejam, dan terasa seperti berada di bawah teropong.Pukul sepuluh pagi, interupsi datang. Nayla mengetuk pintu, membawa nampan berisi dua gelas kopi dan beberapa berkas. Senyum profesionalnya langsung menghilang saat melihat Ailea."Leon," sapa Nayla, mengabaikan kehadiran Ailea sepenuhnya. "Ini laporan keuangan triwulan. Aku juga bawakan kopi untukmu.""Taruh saja di meja," kata Leon, masih sibuk dengan panggilan telepon.Nayla meletakkan kopi di meja Leon, lalu sengaja mendekati Ailea. "Kamu, yang Ailea kemarin kan?""Ya," jawab Ailea singkat, tidak mau terprovokasi.Nayla tersenyum meremehkan, suaranya pelan tapi menusuk. "Aku dengar kamu asisten pribadi yang baru. Well, congrats sudah dapat job desk baru. Tapi di sini ada etika. Kamu harus tahu job desk da

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Dibingkai di Ruang Pimpinan

    Mobil sport hitam Leon melaju membelah padatnya jalanan ibu kota. Ailea duduk di sampingnya, tumpukan berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ada di pangkuannya. Di sampingnya, Leon terlihat tenang, namun aura kekuasaan yang ia pancarkan di ruang tertutup itu terasa menekan."Jelaskan padaku," ujar Leon tiba-tiba, tanpa menoleh. "Apa kelemahan Wira yang paling jelas?"Ailea terkejut karena tes mendadak itu. Ia menarik napas. "Menurut laporan cash flow, dana yang mengalir ke rekening pribadi Wira sangat besar, tidak wajar. Itu bisa jadi petunjuk untuk aset di luar negeri, atau, yah, dia punya kebiasaan buruk yang butuh uang cepat.""Kebiasaan buruk," ulang Leon, suaranya mengandung nada persetujuan. "Aku suka. Aku ingin tahu persisnya kebiasaan buruk apa itu. Dan kamu akan mencari tahu. Langsung dari sumbernya."Mobil memasuki area parkir khusus di lantai paling atas gedung pencakar langit. Saat mereka keluar, beberapa staf sudah berbaris, menyambut Leon dengan hormat berlebihan."Pagi, Tu

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Tugas Pertama Seorang Aset

    Ailea terbangun karena aroma. Bukan aroma parfum mahal Leon, melainkan aroma kopi premium yang menusuk indra. Ia melompat dari sofa—bukan karena takut, tapi karena panik. Pukul 06.30 pagi.Ia melihat ke tempat tidur. Kosong. Tempat tidur king size itu rapi, seolah tidak pernah ditiduri. Leon tidak ada. Ke mana dia? Ailea merasa sedikit lega, namun pengawasan terasa lebih mencekam daripada kehadirannya.Ailea cepat-cepat mandi dan mengenakan pakaian kasual yang baru disiapkan Leon. Begitu ia keluar, ponsel barunya berdering. Nomor tak dikenal. Ailea ragu-ragu sejenak, tapi ancaman semalam langsung muncul di benaknya.Ponsel barumu itu harus selalu on. Aku telepon atau kirim pesan, harus diangkat, detik itu juga."Halo?" suara Ailea terdengar sedikit kaku."Sudah bangun?" Suara Leon rendah, dalam, dan tanpa basa-basi. "Datang ke ruang makan utama. Jangan telat lima menit pun."Panggilan diputus. Ailea buru-buru menuruni tangga.Leon sudah menunggunya di ruang makan, mengenakan setelan j

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Bab 3

    Di sisi lain, Aruna masih beristirahat di kamar Satria. Tubuhnya menjadi lebih lama pulih karena hampir setiap malam Satria datang untuk mereguk kehangatan. Aruna melayaninya selama dua hari kemarin, dan sekarang dia tidak ingin lagi melakukan itu. Satria datang ke kamar saat Aruna sedang membalut perban di lengan kanannya. “Aruna, apa kamu mengenal seseorang bernama Andra?” Aruna melihat raut wajah Satria sedang kesal padanya. Pagi tadi pria itu bersetubuh dengannya, tetapi Aruna menolaknya dan bahkan mengancam akan bunuh diri jika Satria memaksanya terus berhubungan badan. Awalnya Aruna rela melakukan semua itu secara alami, tapi setelah dia memikirkannya lebih jauh, semua tindakan itu terasa tidak masuk akal dan sebaiknya segera dihentikan “Kenapa kamu bertanya tentang orang yang tidak aku kenal?” Tanya Aruna balik. “Andra bilang dia teman dekatmu!” “Banyak nama Andra di dunia ini Satria. Lagi pula aku tidak tahu siapa Andra!” Dia sudah berjanji pada Wirya bahwa dia tidak a

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Bab 2

    Wirya sangat terkejut, dia pikir Lia berulah dan Aruna tahu bahwa itu adalah ulah Lia. Ternyata Aruna memiliki pandangan lain terhadapnya dan menduga bahwa dirinyalah yang berusaha menyingkirkannya dari sisi Bayu. “Ini sudah sangat keterlaluan! Kamu pergilah ke kota cepius untuk meluruskan masalah ini. Pantas saja dia menolak ketika aku memberikan restu padanya kemarin, pasti dia menduga aku memisahkannya dengan Bayu!” Andra menerima perintah itu tapi menurutnya Bayu mungkin sudah menjelaskan tentang siapa orang yang menyelakai Aruna. Sore itu Andra memutuskan untuk berangkat ke kota cepius. Andra beristirahatlah di hotel dalam perjananan ke sana. Dan pada keesokan paginya dia langsung menuju ke vila. Pada saat itu ternyata Bayu belum kembali dari perusahaan. Andra memutuskan untuk menunggunya di vila dan dia juga mengirimkan pesan pada Bayu bahwa dia datang karena perintah Wirya. Di sisi lain, Bayu dalam perjalanan menuju rumah Aruna. Aruna belum pulang sejak kemarin dan pikirnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status