Beranda / Mafia / SIMPANAN MAFIA GANAS / Dibingkai di Ruang Pimpinan

Share

Dibingkai di Ruang Pimpinan

Penulis: Ananda FJ
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-08 22:20:00

Mobil sport hitam Leon melaju membelah padatnya jalanan ibu kota. Ailea duduk di sampingnya, tumpukan berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ada di pangkuannya. Di sampingnya, Leon terlihat tenang, namun aura kekuasaan yang ia pancarkan di ruang tertutup itu terasa menekan.

"Jelaskan padaku," ujar Leon tiba-tiba, tanpa menoleh. "Apa kelemahan Wira yang paling jelas?"

Ailea terkejut karena tes mendadak itu. Ia menarik napas. "Menurut laporan cash flow, dana yang mengalir ke rekening pribadi Wira sangat besar, tidak wajar. Itu bisa jadi petunjuk untuk aset di luar negeri, atau, yah, dia punya kebiasaan buruk yang butuh uang cepat."

"Kebiasaan buruk," ulang Leon, suaranya mengandung nada persetujuan. "Aku suka. Aku ingin tahu persisnya kebiasaan buruk apa itu. Dan kamu akan mencari tahu. Langsung dari sumbernya."

Mobil memasuki area parkir khusus di lantai paling atas gedung pencakar langit. Saat mereka keluar, beberapa staf sudah berbaris, menyambut Leon dengan hormat berlebihan.

"Pagi, Tuan Leon," sapa seorang wanita cantik, berambut pirang, dengan setelan desainer yang ketat. Namanya Nayla, dan tatapannya ke Ailea sangat menusuk.

Leon bahkan tidak menyentuh Nayla, namun ia langsung memegang pinggang Ailea. Cengkeraman itu erat, posesif, dan sangat terang-terangan.

"Selamat pagi, Nay," balas Leon datar, sambil mendorong Ailea maju. "Ini Ailea, asisten pribadiku yang baru. Dia akan menemaniku ke mana pun. Pastikan dia mendapatkan semua akses yang dia butuhkan. Semua, Nayla. Tidak ada yang terkecuali."

Nayla memasang senyum terpaksa yang tidak mencapai matanya. "Tentu saja, Tuan. Tapi Ailea tidak terlihat seperti tipe Tuan yang biasanya," katanya, nada cemburu dan meremehkan sangat jelas.

Leon berhenti melangkah. Wajahnya mengeras. "Tipeku adalah milikku, Nay. Dan Ailea adalah milikku." Kalimat itu diucapkan dengan otoritas penuh, membuat Nayla tersentak mundur.

Ailea merasakan panas menjalar di pipinya. Ia benci cara Leon mengklaimnya seperti piala, tapi ia tahu ini adalah perisainya dari staf yang cemburu.

Leon menyeret Ailea masuk ke kantornya yang mewah. Setelah pintu ditutup, ia melempar Ailea ke kursi di depan mejanya.

"Kerja," perintahnya singkat. "Selama di kantor, kamu adalah mesin. Tidak ada urusan pribadi. Dan jauhi Nayla. Dia adalah sampah yang hanya berusaha merebut posisimu—bahkan jika posisimu cuma di sofa kamarku."

Ailea mengabaikan komentar terakhirnya. Ia mulai fokus pada berkas. Tiba-tiba, Leon membanting ponselnya di meja Ailea. Layar ponsel menunjukkan foto Ailea saat diam-diam datang ke kampus, yang diambil dari jarak jauh dan diam-diam.

"Dari mana Anda dapatkan ini?" tanya Ailea, napasnya tercekat.

"Itu hanya pengingat," balas Leon santai. "Bahwa aku mengawasimu. Dan aku punya orang di mana-mana. Jika kamu mencoba menghubungi teman-teman kampusmu, Ayahmu akan langsung jadi gelandangan. Paham?"

Ancaman itu adalah batas terakhir Ailea. Ia merasakan air mata di sudut matanya. "Saya mengerti. Saya akan bekerja. Tapi tidak perlu sejahat ini juga."

Leon hanya menyeringai, senyum itu berhasil memicu rasa takut dan marah yang membakar Ailea secara bersamaan.

Ailea meremas berkas di tangannya. "Kenapa harus aku? Kamu punya tim intelijen dan keuangan yang jauh lebih hebat dari aku. Kenapa repot-repot mempekerjakan mahasiswa yang bahkan nggak lulus?"

"Karena kamu bukan bagian dari timku," jawab Leon, suaranya kini terdengar tenang dan mematikan. "Kamu adalah orang luar yang bisa masuk ke celah yang nggak bisa mereka sentuh. Aku butuh caramu melihat, Ailea. Perspektif yang bersih dan belum tercemar oleh duniaku. Dan yang terpenting,"

Ia mencondongkan tubuhnya ke meja, menatap lurus ke mata Ailea. "Aku suka melihatmu berusaha mati-matian melunasi utang yang bahkan nggak kamu ciptakan. Itu fun buatku."

"Anda benar-benar..." Ailea kehabisan kata-kata, terlalu marah untuk bicara.

"Jahat? Ya, aku tahu," potong Leon, mengangkat bahu acuh tak acuh. "Sekarang, fokuslah. Jam kerjamu dimulai sekarang."

Aku akan menjalankan tugasnya, Leon Ardane. Aku akan menemukan kelemahan Wira. Tapi aku juga akan menemukan kelemahanmu.

Ailea menunduk, siap menghadapi hari pertamanya, tahu bahwa di bawah jas mahalnya, Leon adalah musuh yang lebih berbahaya daripada utang keluarganya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Tunangan bohongan

    Pagi itu, kamar Leon berubah menjadi salon mewah. Tiga orang stylist dan seorang penata rias sibuk membolak-balik Ailea, dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ailea hanya bisa diam. Ini bukan dirinya. Ini adalah kostum yang diciptakan Leon untuk menjalankan misi."Rambutnya harus di-styling seperti ini, Tuan Leon suka kesan elegan, tapi tajam," kata sang stylist, menunjuk majalah.Leon sendiri hanya muncul sesaat, berpakaian kaus santai tapi mahal. Ia mengawasi Ailea dengan tatapan menilai, bukan mengagumi."Kau terlihat terlalu takut, Ailea," komentarnya datar. "Aku tidak membelimu untuk menjadi seorang pengecut. Ingat, hari ini kamu adalah Ardane. Putri dari keluarga Ardane. Bertingkah seperti itu."Leon lalu pergi, meninggalkan Ailea dengan rasa marah dan terhina yang membakar.Pukul tujuh malam. Ailea berdiri di depan cermin. Gaun off-shoulder berwarna maroon memeluk tubuhnya dengan pas, rambutnya ditata sleek ke belakang, dan kalung berlian kecil melingkari lehernya—bukan miliknya

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Siasat di Balik Cermin

    Pagi pertama Ailea di kantor Leon adalah neraka ber-AC. Ia duduk di kursi tamu, menyalin data dari berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ke dalam laptop, sementara Leon duduk di kursi pimpinan, mengabaikannya. Atmosfernya dingin, kejam, dan terasa seperti berada di bawah teropong.Pukul sepuluh pagi, interupsi datang. Nayla mengetuk pintu, membawa nampan berisi dua gelas kopi dan beberapa berkas. Senyum profesionalnya langsung menghilang saat melihat Ailea."Leon," sapa Nayla, mengabaikan kehadiran Ailea sepenuhnya. "Ini laporan keuangan triwulan. Aku juga bawakan kopi untukmu.""Taruh saja di meja," kata Leon, masih sibuk dengan panggilan telepon.Nayla meletakkan kopi di meja Leon, lalu sengaja mendekati Ailea. "Kamu, yang Ailea kemarin kan?""Ya," jawab Ailea singkat, tidak mau terprovokasi.Nayla tersenyum meremehkan, suaranya pelan tapi menusuk. "Aku dengar kamu asisten pribadi yang baru. Well, congrats sudah dapat job desk baru. Tapi di sini ada etika. Kamu harus tahu job desk da

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Dibingkai di Ruang Pimpinan

    Mobil sport hitam Leon melaju membelah padatnya jalanan ibu kota. Ailea duduk di sampingnya, tumpukan berkas PT. Adiwangsa Properti Utama ada di pangkuannya. Di sampingnya, Leon terlihat tenang, namun aura kekuasaan yang ia pancarkan di ruang tertutup itu terasa menekan."Jelaskan padaku," ujar Leon tiba-tiba, tanpa menoleh. "Apa kelemahan Wira yang paling jelas?"Ailea terkejut karena tes mendadak itu. Ia menarik napas. "Menurut laporan cash flow, dana yang mengalir ke rekening pribadi Wira sangat besar, tidak wajar. Itu bisa jadi petunjuk untuk aset di luar negeri, atau, yah, dia punya kebiasaan buruk yang butuh uang cepat.""Kebiasaan buruk," ulang Leon, suaranya mengandung nada persetujuan. "Aku suka. Aku ingin tahu persisnya kebiasaan buruk apa itu. Dan kamu akan mencari tahu. Langsung dari sumbernya."Mobil memasuki area parkir khusus di lantai paling atas gedung pencakar langit. Saat mereka keluar, beberapa staf sudah berbaris, menyambut Leon dengan hormat berlebihan."Pagi, Tu

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Tugas Pertama Seorang Aset

    Ailea terbangun karena aroma. Bukan aroma parfum mahal Leon, melainkan aroma kopi premium yang menusuk indra. Ia melompat dari sofa—bukan karena takut, tapi karena panik. Pukul 06.30 pagi.Ia melihat ke tempat tidur. Kosong. Tempat tidur king size itu rapi, seolah tidak pernah ditiduri. Leon tidak ada. Ke mana dia? Ailea merasa sedikit lega, namun pengawasan terasa lebih mencekam daripada kehadirannya.Ailea cepat-cepat mandi dan mengenakan pakaian kasual yang baru disiapkan Leon. Begitu ia keluar, ponsel barunya berdering. Nomor tak dikenal. Ailea ragu-ragu sejenak, tapi ancaman semalam langsung muncul di benaknya.Ponsel barumu itu harus selalu on. Aku telepon atau kirim pesan, harus diangkat, detik itu juga."Halo?" suara Ailea terdengar sedikit kaku."Sudah bangun?" Suara Leon rendah, dalam, dan tanpa basa-basi. "Datang ke ruang makan utama. Jangan telat lima menit pun."Panggilan diputus. Ailea buru-buru menuruni tangga.Leon sudah menunggunya di ruang makan, mengenakan setelan j

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Bab 3

    Di sisi lain, Aruna masih beristirahat di kamar Satria. Tubuhnya menjadi lebih lama pulih karena hampir setiap malam Satria datang untuk mereguk kehangatan. Aruna melayaninya selama dua hari kemarin, dan sekarang dia tidak ingin lagi melakukan itu. Satria datang ke kamar saat Aruna sedang membalut perban di lengan kanannya. “Aruna, apa kamu mengenal seseorang bernama Andra?” Aruna melihat raut wajah Satria sedang kesal padanya. Pagi tadi pria itu bersetubuh dengannya, tetapi Aruna menolaknya dan bahkan mengancam akan bunuh diri jika Satria memaksanya terus berhubungan badan. Awalnya Aruna rela melakukan semua itu secara alami, tapi setelah dia memikirkannya lebih jauh, semua tindakan itu terasa tidak masuk akal dan sebaiknya segera dihentikan “Kenapa kamu bertanya tentang orang yang tidak aku kenal?” Tanya Aruna balik. “Andra bilang dia teman dekatmu!” “Banyak nama Andra di dunia ini Satria. Lagi pula aku tidak tahu siapa Andra!” Dia sudah berjanji pada Wirya bahwa dia tidak a

  • SIMPANAN MAFIA GANAS   Bab 2

    Wirya sangat terkejut, dia pikir Lia berulah dan Aruna tahu bahwa itu adalah ulah Lia. Ternyata Aruna memiliki pandangan lain terhadapnya dan menduga bahwa dirinyalah yang berusaha menyingkirkannya dari sisi Bayu. “Ini sudah sangat keterlaluan! Kamu pergilah ke kota cepius untuk meluruskan masalah ini. Pantas saja dia menolak ketika aku memberikan restu padanya kemarin, pasti dia menduga aku memisahkannya dengan Bayu!” Andra menerima perintah itu tapi menurutnya Bayu mungkin sudah menjelaskan tentang siapa orang yang menyelakai Aruna. Sore itu Andra memutuskan untuk berangkat ke kota cepius. Andra beristirahatlah di hotel dalam perjananan ke sana. Dan pada keesokan paginya dia langsung menuju ke vila. Pada saat itu ternyata Bayu belum kembali dari perusahaan. Andra memutuskan untuk menunggunya di vila dan dia juga mengirimkan pesan pada Bayu bahwa dia datang karena perintah Wirya. Di sisi lain, Bayu dalam perjalanan menuju rumah Aruna. Aruna belum pulang sejak kemarin dan pikirnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status