Home / Romansa / SISTEM HAREM : Penakluk Wanita / Ban 6 - Alat Getar Yang Menggetarkan Jiwa

Share

Ban 6 - Alat Getar Yang Menggetarkan Jiwa

Author: Akabane Karma
last update Last Updated: 2023-06-27 11:04:03

“Siapa kau? Kenapa kau berani ikut campur?” Tanya Akira, sebenarnya agak heran ketika melihat Edward masih baik-baik saja setelah terkena tembakan.

Tidak peduli apa, orang biasa pasti akan kesakitan jika terkena serangan langsung seperti itu. Minimal akan kesulitan bergerak atau hanya bisa diam di tempat.

Namun, pemuda tampan itu tidak terlihat kesakitan sama sekali. Bahkan tidak peduli dengan lukanya sendiri.

Akira pun merasa sedikit ketakutan dan memiliki firasat buruk di dalam hatinya.

“Kau tidak perlu tahu siapa aku. Intinya, aku tidak pernah memaafkan bajingan yang ingin menyakiti wanitaku,” balas Edward, sengaja bicara seperti itu untuk menggertak Akira.

“Wanitamu?” Ulang Akira, jelas tidak percaya.

“Apa maksudmu, penipu? Siapa juga yang mau jadi wanitamu?” Sambung Jesica, heran akan gelagat Edward.

Edward menghela nafas dalam. “Kamu akan menjadi wanitaku sebentar lagi. Jadi tidak masalah jika aku mengakuinya sekarang,” jelasnya menoleh sedikit dan tersenyum manis ke arah Jesica.

Harus diakui bahwa pesona Edward memang tidak terlihat seperti pria biasa. Jesica pun sedikit tertarik begitu bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Akan tetapi, hati Jesica terlalu angkuh untuk mengakuinya. Sehingga ia tidak terlalu peduli dan hanya ingin pergi dari tempat ini secepat mungkin.

“Buktikan jika kamu ingin aku menjadi wanitamu,” teriak Jesica, biar saja Edward bertarung serius untuknya dan akan lebih bagus jika dia benar-benar mampu mengalahkan kelompok Akira.

“Jangan tarik kembali kata-katamu,” balas Edward tersenyum puas.

“Hei, Irene. Cepat berikan aku senjata untuk melawan mereka,” lanjut Edward lewat Earphone kasat mata.

“Mohon maaf, Master. Tidak ada senjata yang bisa digunakan untuk bertarung. Sistem Harem tidak dirancang untuk hal semacam itu,” jelas Irene.

“Apa?!” Pekik Edward, benar-benar tidak percaya. “Jangan bercanda, Irene. Musuh ada banyak, bisa mati aku jika tidak melawan mereka pakai senjata.”

“Saya tidak bercanda, Master. Memang tidak ada senjata di Sistem Harem. Tapi, Master masih bisa menggunakan alat ini.” Irene buru-buru mengeluarkan sebuah alat ke tangan Edward.

“HAH?!” Edward pun terkejut saat melihat alat itu di tangannya.

“Hahaha! Tak ‘kusangka akan bertemu seorang maniak di sini,” ujar Akira, gelak tawa lolos begitu saja dari mulutnya.

“Sialan! Siapa yang kau panggil maniak?!” Tanya Edward, reflek ingin menbuang alat di tangannya, tapi tidak bisa karena alat itu menempel kuat.

“Kau seorang maniak!” Teriak orang-orang di sekitar Edward dengan serempak.

“Ya Tuhan! Kenapa harus seorang maniak yang datang menyelamatkan aku? Tidakkah nasibku ini terlalu sial?” Jesica juga ikut buka suara.

Wajah Edward sontak merah padam bagai tomat. Rasanya ingin mengubur kepala ke dalam lubang karena tak kuasa menahan rasa malu.

Pasalnya, alat yang sedang dipegangnya merupakan alat bantu untuk memuaskan hasray wanita. Atau lebih tepatnya sebuah Vibrator berbentuk Microphone.

Orang gila mana yang akan bertarung menggunakan alat pemuas itu, mungkin hanya Edward satu-satunya orang yang bisa melakukannya.

“Jangan pedulikan ucapan mereka Master! Cepat serang mereka menggunakan alat itu! Gunakan kesepatan ini untuk mengalahkan mereka!” Seru Irene.

“Berisik … Aku … Aku … ARGHHHH!!!”

Meskipun batin Edward merasa sangat enggan, namun dia masih tetap menyerang setiap musuh menggunakan alat getar itu.

Zzzt! Zzzt! Zzzt!

Getaran penuh kenikmatan pun segera dirasakan orang-orang Akira.

“Hiyaa … Ini terlalu nikmat ….”

“Ah … Lagi dong, Tuan. Puas sekali rasanya ….”

“Tolong gunakan itu pada pantatku … Aku juga ingin meraih puncak kenikmatan ….”

Suara-suara ambigu terus keluar dari mulut orang-orang Akira begitu tubuh mereka terkena sengatan alat getar. Sementara Edward sendiri hampir menangis darah setiap kali menyerang tubuh mereka.

‘Sialan kau, Dewi Cinta Lexia. Kenapa kau memberikan sistem bodoh ini padaku?!’ Batin Edward menggerutu kesal.

Brugh!

Brugh!

Brugh!

“Terima kasih, Tuan. Kami merasa sangat puas!”

Mereka berteriak serempak setelah terjatuh ke lantai gundang itu. Tubuh mereka juga masih bergelinjang tak karuan untuk menikmati sisa-sia pelepasan.

“Hoeeeek.”

Edward benar-benar muntah ketika melihat pria-pria itu terkapar dalam kenikmatan. Mau tak mau melirik alat getar yang masih menyala di tangannya dan merasa ngeri sendiri.

‘Sial! Alat getar ini ternyata bisa digunakan kepada pria. Bahkan mampu menggetarkan mereka hingga ke palung jiwa,’ pikir Edward.

“K-Kau … Apa alat getar itu bisa memuaskan kebutuhan pria? Apa aku juga boleh merasaknnya?” Tanya Akira, buru-buru berlari menghampiri Edward, berharap tubuhnya juga akan mendapatkan sengatan dari alat getar itu.

“Berisik! Kau jangan beringkah bodoh! Aku ini musuhmu!” Hardik Erdward, jelas tidak mau menggunakan alat itu kepada Akira.

“Bilang harganya! Aku akan membayar berapa pun demi mendapatlan kenikmatan dari alat ajaib itu. Tolong sengat aku juga, biarkan aku menikmatinya seperti mereka,” ujar Akira, malah semakin berhasrat.

Wajah Edward menggelap seketika. Tak tahu harus merasa senang atau sedih untuk menanggapi situasi saat ini.

Terlepas dari hasil pertarungan, Edward benar-benar kesal dengan alat getar yang bisa menggertarkan jiwa itu.

Tidak masalah jika Edward menggunakannya kepada seorang wanita, tapi sekarang sudah menjadi masalah karwna ia terpaksa menggunakannya kepada seklompok pria.

Ada tekanan mental yang dirasakan Edward saat ini. Sontak memicu kemarahan luar biasa di dalam harinya.

“Kau … Apa kau benar-benar ingin merasakannya?” Tanya Edward.

“Ya! Aku sangat ingin merasakannya! Tolong lakukan di sini.” Akira buru-buru menungging, ingin alat getar itu menyerang pantatnya.

Wajah Edward semakin menggelap. “Baiklah! Tapi, kau jangan salahkan aku bila hasilnya terlalu nikmat,” ujarnya.

“Tidak masalah! Cepatlah serang aku!” Tanggap Akira tidak sabaran.

Edward melirik pantat besar itu sekilas, dan hampir muntah lagi setelahnya.

Menjijikan!

Hanya itu yang ada di dalam benak Edward saat ini. Tidak habis pikir pemuda gendut itu ternyata seorang maniak sejati.

Tanpa mendunda waktu, Edward segera mengambil ancang-ancang untuk menyerang pantat Akira.

“One Punch!!!”

Namun, dia tidak menggunakan alat getar, malah menggunakan jurus tinju yang kebetulan sudah bisa digunakan lagi.

Bam!

Dengan keras, tinju Edward mendarat mulus di pantat besar Akira.

“Hiya … INI NIKMAT SEKALI!!!”

Sialnya, Akira malah meleguh keenakan meski tubuhnya terhempas jauh setelah terkena pukulan itu.

Braaak!

Akira baru berhenti begitu menabrak meja. Sekujur tubuhnya pun bergelinjang tak karuan seolah sudah merasakan kenikmatan tiada tara.

“M-Mantap … Kau memang yang terbaik ….” Akira mengacungkan jempol kepada Edward dengan sisa-sisa tenaga. Kemudian pingsan masih dalam keadaan melalang buana.

Erdward hanya bisa garuk-garuk kepala sambil tersenyum kecut. Kebodohan di tempat ini sudah terlalu banyak hingga ia tidak tahu harus mengeluarkan kata apa untuk menjelaskannya.

“Masa bodo, yang penting aku sudah mengalahkan mereka. Sekarang aku hanya perlu menagih janji Jesica,” gumam Edward, berjalan menghampiri Jesia dengan alat getar yang masih menyala di tangannya.

“Ehem! Mereka sudah kalah, kamu tidak akan ingkar janji, kan?” Tanya Edward setibanya di depan Jesica.

Pluk! Pluk! Pluk!

Sayangnya Jesica terlau ketakutan saat melihat Edward. Reflek melempari Edward menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya.

“Hentikan! Kamu jangan gila di sini! Kenapa pula kamu harus menyerangku?!” Protes Edward.

“Kamu yang gila! Dasar maniak gila! Jangan mendekatiku maniak …..” Jesica terus mengeluarkan kata ‘maniak’ sambil melempari Edward. Dia pikir Edward lebih berbahaya dari Akira, apa lagi ia memilki alat getar yang bisa menggetarkan jiwa.

Singkatnya, pertemuan kedua orang itu berkahir dengan sebuah kekonyolan. Niat hati ingin menjadi seorang pahlawan di depan wanita cantik, malah berujung menjadi seorang maniak.

Edward pun hanya bisa menerima nasib jika urusannya sudah seperti ini. Tak mungkin juga jika memaksa keinginannya kepada wanita yang baru ditemuinya.

Meski demikian Edward merasa bersyukur karena bisa menjalin kontak dengan Jesica, yang terkenal sangat dingin dan angkuh. Setidaknya ia masih bisa memulai hubungan baik setelah kesalahpahaman ini berlalu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Guntur Geni
Sialan konyol sekali part ini hahaha
goodnovel comment avatar
Hermansyah Herman
lanjud kan dong kreator
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SISTEM HAREM : Penakluk Wanita   Bab 149 - Pengkhianat

    Edward menatap dengan cermat sosok pria yang baru saja bangkit dengan tenaga luar biasa. Meskipun dia mengaku telah sembuh berkat obat Edward, ekspresi wajah pria itu menunjukkan kekhawatiran mendalam. “Ayah, kamu benar-benar baik-baik saja?” tanya Aluna, penuh rasa syukur dan cemas bersamaan. “Tenang, Nak. Aku baik-baik saja sekarang,” jawab pria itu sambil mengamati tim medis yang sudah berusaha menolongnya. Edward merasa lega, tetapi rasa ingin tahunya semakin membara. Dia berusaha menyusun strategi untuk menghadapi ancaman di balik serangan bom tersebut. “Aluna, ayo kita bicara sebentar,” ajak Edward, menarik Aluna ke samping, jauh dari kerumunan. “Ada apa, Ed? Kenapa serangan ini bisa terjadi?” tanya Aluna dengan suara bergetar. Edward mencoba menganalisis situasi. “Ada kemungkinan bahwa serangan ini bukan hanya sekadar aksi teroris. Menurut informasi yang aku dapat, keluarga Everdeen mungkin sudah menjadi target lama. Ada beberapa kelompok yang bisa melakukan hal ini,

  • SISTEM HAREM : Penakluk Wanita   Bab 148 - Ayah Aluna

    Edward merasa gelisah dan khawatir usai mendengar kabar buruk dari Aluna. Dia segera kembali ke meja Clara dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Ada apa, Ed?" tanya Clara, tampak penasaran.Edward menjelaskan situasi yang sedang terjadi kepada Clara, tentang pengeboman di perusahaan ayah Aluna. Clara terkejut mendengarnya dan merasa prihatin dengan keadaan Aluna dan keluarganya."Kita harus segera pergi ke tempat Aluna. Dia butuh dukungan kita di saat-saat seperti ini," ujar Clara tegas.“Tidak, kamu tak perlu pergi kesana. Kamu masih punya masalah yang harus diselesaikan,” tukas Edward, diam-diam mengeluarkan sebotol air dari sistem harem.“Minumkan ini pada ibumu, lalu kabari aku reaksinya. Cukup satu gelas saja, jangan berlebihan,” jelasnya sambil memberikan botol air itu pada Clara.“Air mineral? Untuk apa air mineral, Ed?” Clara bingung sendiri, menatap air itu dan tidak mengerti.Edward tersenyum tipis, “Percayalah, air itu bisa mengatasi masalahmu. Aku yakin ibumu aka

  • SISTEM HAREM : Penakluk Wanita   Bab 147 - Harus Menemui Helena, Tapi?

    Edward menatap Aluna dengan ekspresi serius, mengangguk pelan. "Dua triliun, ya? Baiklah, aku akan membantu kamu," ujarnya, mengambil ponsel Aluna dan mulai melakukan transfer.Aluna menatap Edward dengan mata berkaca-kaca, terharu dengan kesediaan Edward yang membantu keluarganya. "Terima kasih, Edward," ucapnya, suaranya bergetar.Edward hanya tersenyum, menepuk bahu Aluna dengan lembut. "Tidak perlu berterima kasih, Aluna. Kita adalah pasangan, dan pasangan harus selalu membantu satu sama lain," ujarnya, menenangkan Aluna.Setelah selesai transfer, Edward mengembalikan ponsel Aluna. "Ok, masalahnya beres. Aset keluarga Everdeen sudah aman sekarang," ujarnya, tersenyum tulus.Aluna menatap Edward dengan mata berbinar, penuh rasa terima kasih. "Kamu benar-benar menyelamatkan kami, Edward. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas budi baikmu," ucapnya, suaranya penuh rasa haru.Edward hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. "Tak perlu membalas apa-apa, aku hanya melakukan apa yang seh

  • SISTEM HAREM : Penakluk Wanita   Bab 146 - Berhutang 2 Trilun

    Edward termenung cukup lama usai membaca pesan Irene, benar-benar bingung dan tak tahu harus mengambil keputusan apa."Sarapannya sudah siap, Ed. Ayo kesini," teriak Aluna dari arah dapur, sontak membuyarkan lamunan Edward."Oke, sebentar ...." Edward menanggapi sambil mengenakan pakaiannya. Mencoba melupakan Helena sejenak dan berusaha fokus pada Aluna.Tak lama berselang, Edward tiba di ruang makan, tampak beragam makanan yang sudah tersaji di atas meja."Wah, kamu jago masak ternyata. Kelihatannya makananmu enak-enak," ujar Edward, memuji usaha Aluna.Wajah Aluna pun memerah, jelas senang dengan pujian Edward."Silakan dicoba, Ed. Semoga kamu tidak kecewa," ujarnya.Edward tersenyum kecil mendengarnya, "Kenapa aku harus kecewa? Aku pikir makananmu terasa lezat.", kemudian dia menyantap makanan itu. Mulai dari daging hingga sayur sop bening.Namun, yang paling menggugah selera Edward adalah sambal buatan Aluna. Siapa sangka, wanita secantik dia sangat pandai membuat sambal."Ini ena

  • SISTEM HAREM : Penakluk Wanita   Bab 145 - Membuatnya Jauh Dari Helena

    Pagi berikutnya.Edward dan Aluna terbangung dalam keadaan telanjang, mereka tampak masih lelah usai melakukan persetubuhan panas tadi malam.Aluna sendiri sangat menikmati hal tabu tersebut meski sudah pernah merasakannya. Dia pikir Edward terlalu perkasa sehingga berhasil membuatnya melalang buana berulang kali. Ini juga merupakan pengalaman baru bagi wanita dewasa itu.Entah berapa kali Aluna mendapatkan pelepasan tadi malam, pastinya sangat sering sampai dia tak bisa menghitungnya pakai jari lagi.“Uh ... aku sepertinya akan kesulitan berjalan,” ujar Aluna masih dengan mata mengantuk.Dia lalu menyentuh ranah kewanitaannya, dan ternyata masih ada sisa-sisa cairan di sana.“Aduh, aku langsung tidur semalam, aku tak sempat membersihkannya. Kira-kira Edward benci wanita kurang teliti seperti aku tidak ya?” Aluna tampak cemas, jelas takut akan hal tersebut.“Mana mungkin aku membencimu, jusru aku menyukai wanita seperti kamu,” sahut Edward, langsung membawa Aluna ke dalam pelukannya.

  • SISTEM HAREM : Penakluk Wanita   Bab 144 - Resmi Dimulai

    “Edward, apa kamu baik-baik saja?” tegur Aluna kala Edward semakin larut dalam lamunannya.Edward tidak langsung menanggapi, hanya mentapa wajah cantik Aluna dengan sayu. Dia tiba-tiba ragu untuk menuntaskan misi utama sistem harem dengan wanita itu.Aluna seketika menyadari sesuatu dari ekspresi Edward, namun dia tidak ingin berhenti di sini setelah memantapkan hatinya untuk Edward. Dengan berani, dia pun mendekati Edward sambil melepas pakaiannya secara perlahan.“Ini mungkin bukan yang pertama bagiku, tapi aku percaya kemampuanku bisa mengilangkan semua keraguanmu. Aku harap kamu tidak keberatan, supaya kita bisa lanjut ke tahap yang lebih serius,” ujar Aluna, kini sudah telanjang bulat di depan Edward. Dia sangat berharap Edward akan langsung menyerangnya setelah disuguhkan pemandangan indah semacam itu.Glup!Edward menelan salivanya, bersamaan dengan naiknya gairah yang secara perlaan. Tidak mau jadi orang munafi, dia memang sudah terangsang oleh Aluna saat ini.“Tolong lihat ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status