***
Elvara sedari tadi terus berputar dihadapan cermin besar yang ada dikamar milik Sera. Ia terus saja bersikap narsis dengan mengatakan bahwa dia begitu cantik, padahal ia masih kecil tapi kenarsisannya itu sudah melebihi apapun. Sera yang tengah memasang anting ditelinganya pun hanya tertawa melihat tingkah putri bungsunya. Sedangkan Regan jangan tanya bocah laki-laki itu terus saja mencibir sikap narsis adiknya. "Hello cucu-cucu oma, apa kalian sudah siap?" Vara dengan riang melihat kearah Nellies yang sudah berdiri diambang pintu dengan penampilan menawan, dengan narsisnya ia bertanya, "Oma Vara cantikkan? gak kaya kak Egan jelek." Regan memutar bola matanya jengah, yaiyalah dia tidak cantik ia kan tampan. Pikirnya dalam hati. "Lagipula siapa yang ingin jadi cantik, aku kan tampan." Nellies hanya tertawa geli mendengar gumaman cucu laki-lakinya. Apalagi ketika melihat cucu perempuannya yang bersikap sangat narsis. Ia jdi mengingat Arthur dan Andrew yang sama narsisnya dengan Vara. Jadi dapat ditebak dari mana asal muasal sikap narsis yang dimiliki Vara. "Baiklah apa kalian sudah siap?" Mereka bertiga pun mengangguk dan berjalan mengikuti Nellies yang sudah memimpin jalan. Ternyata diruang tengah sudah ada Nicolas dan Andrew yang menunggu. Mereka ber-enam memakai pakaian yang senada. Andrew, Regan dan Nicolas memakai tuxedo berwarna maroon polos dengan list hitam dipinggirannya. Tidak lupa dasi kupu-kupu berwarna hitam melengkapi penampilan mereka. Regan nampak sangat menggemaskan dengan jambul kecil yang dimiliki bocah laki-laki itu. Sedangkan Nicolas menyisir rapi rambutnya yang sedikit ditumbuhi rambut rambut putih. Dan Andrew lelaki itu hanya mengacaknya asal saja menampilkan wajah wajah badboy yang mempesona. Lain halnya dengan Sera, Nellies dan Vara. Mereka sama-sama mengenakan dress berwarna Maroon namun dengan model yang berbeda Sera mengenakan sebuah long dress fit body berwarna maroon bertabur kristal yang memperlihat bentuk tubuhnyaa. Rambutnya yang coklat bergelombang ia gerai indah. Ditambah dengan satu set kalung dan anting Kesukaannya menambah pesonanya. Ia semakin cantik saja walau hanya dengan polesan make up tipis. Sedangkan Vara terlihat imut dengan rambut yang dicepol keatas menyisakan anak-anak rambut yang menjutai kedepan. Vara sangat terlihat menggemaskan apalagi jika tersenyum. Dan terakhir Nellies tampak awet muda dengan rambutnya yang di sanggul rendah. Rambutnya yang dicat pirang sebahu menambah kadar kecantikan wanita paruh baya itu. Hari ini adalah hari Ulangtahun Joan Apparel sekaligus perayaan ulangtahun Arthur, mendiang suami Sera. Setelah meemikirkannya matang-matang, Sera akhirnya memutuskan menyatukan ulangtahun perusahaan sekaligus merayakan ulangtahun suaminya. Ia melakukan itu dengan harapan bahwa meski Arthur telah tiada, semua orang masih bisa mengingat sosok Arthur . Semuanya sudah dipersiapkan sejak lama, pakaian yang memang sengaja dipesan agar mereka terlihat kompak. Dress code untuk acara ini memang Maroon itu diambil dari warna favorit Arthur. "Ayok kita berangkat." Mereka menaiki satu mobil yang sama, sebuah limosin berwarna hitam yang sudah siap mengantarkan mereka. Jarak dari rumah ke hotel tempat acara memang cukup jauh sehigga membutuhkan waktu sedikit lama. *** "Adu du duu mengapa Regan makin tampan aja si? astaga kamu makan apa si?" "Regan tampan seperti diriku." "Mana ada Regan itu tampan seperti diriku." "Kau ini seperti bebek mana mungkin Regan disamakan dengan bebek seperti dirimu." "Dari pada kauu, kau itu buaya mana mungkin Regan menjadi buaya seperti dirimu." Suara musik klasik terdengar mengalun indah mengiri orang-orang yang sudah mulai berdatangan memasuki sebuah ballroom hotel yang dihias sedemikian rupa. Sebuah candellier kristal tergantung di atas langit-langit hotel. Dengan meja meja bundar yang sudha tersusun rapi dengan berbagai macam bunga yang ada diatasnya. Ditengah itu semua Regan mengacak rambutnya prustasi, jambulnya yang sudah diatur sang mama tercinta sudah hancur karena tangannya. Ia ingin kabur namun sedari tadi dua wanita terus saja menahan dan menguyel-nguyel pipinya. Ditambah dua orang pria dewasa yang kini bertengkar didepannya semakin membuatnya sakit pula. Lagi pula siapa yang ingin disamakan dua orang seperti mereka, tentu saja ia mirip dengan papanya yang keren dan hebat. "Aunty, Regan harus pergi. Regan harus mencari mommy." keluh Regan prustasi. Tadi baru saja ia memasuki ballroom bersama Andrew tiba-tiba lima orang yang merupakan karyawan perusahaan menghampiri dan menggendong Regan begitu saja. Regan yang digendong kaget begitu pula dengan Andrew. Namun saat Andrew melihat lima orang ini yang sering bermain dengan Regan saat bocah itu dikantor pun menjadi tenang. Ia membiarkan saja ketika mereka meminta Regan untuk ikut bersama mereka, karena ia harus menyambut tamu-tamunya. Sedangkan orangtuanya, Sera dan Vara entah pergi kemana, Andrew dan Regan memang masuk kedalam ballroom sedikit terlambat karena Andrew harus mengantar Regan kekamar mandi. Regan saat ini hanya bisa merutuki pamannya yang seenak jidat memberikannya pada kelima orang yang ia anggap pengganggu. Ia jengah karena terus dicubit dan diuyel uyel pipinya. Rasa-rasanya Regan ingin menangis sekarang. *** Sera tertawa mendengar cerita sahabatnya Laura yang menceritakan bahwa ia sempat dijegat didepan pintu oleh seorang yang mengatakan menyukai gadis itu. Laura bercerita pria itu tiba tiba saja mencegatnya dan mengatakan bahwa pria itu menyukai Laura, padahal Laura ingat betul bahwa ia tidak pernah mengenal lelaki itu. Jangankan mengenal mereka bahkan tidak pernah bertemu. Sera jadi penasaran bagaimana raut wajah Laura saat itu, dan ia pun yakin sekali bahwa Laura pasti akan berdebat dengan pria itu. "Kenapa tidak kau iyakan saja Lau, lumayan kan untuk menjadi pasangan di pesta kali ini." Laura mendengus sebal, wajahnya berubah cemberut ketika mendengar ucapan sahabatnya. By the way, saat ini keduanya tengah berada diujung sudut yang jauh dari keramaian. Pesta belum dimulai, karena itu mereka lebih menunggu disini. Andrew dan Regan sedang dikamar mandi sementara itu mertua serta Vara berada tak jauh dari mereka. terkadang Sera dan Laura tertawa ketika melihat Vara tampak ingin menangis karena pipinya terus-terusan dicubit. Nellies dan Nicolas nampaknya tengah memamerkan cucu mereka yang imut kepada teman-teman mereka. "Ser, sepertinya mertuamu itu akan menjual anakmu." Sera yang sedari tadi memperhatikan Vara dan mertuanya menoleh cepat, matanya menatap tajam kearah Laura yang berbicara sembarangan. Enak saja Laura jika berbicara, mertuanya itu tidak mungkin menjual anaknya. Lagi pula mereka sudah kaya. "Sini ku jual ginjalmu heh!" sentak Sera bersedekap dada, wajahnya berubah kesal karena Laura yang berbicara sembarangan. Sera semakin kesal melihat Laura yang tertawa begitu keras, untung saja mereka berada diujung, jauh dari keramaian. Jadi Sera tak perlu takut malu jika Laura melakukan hal yang membuatnya malu. "Hei tenanglah, Lihatlah Ser mertuamu sangat bangga memamerkan Vara. Ku kira itu cara mereka menunjukan kelebihan Vara kepada konsumen." Sera menjitak Laura kencang sampai membuat gadis itu meringis kesakitan. Jika tidak mengingat Laura ini sahabatnya. Ingin sekali ia melemparkan Laura dari atap paling tinggi gedung hotel ini. Tapi sayang ia tidak bisa. Ia tidak ingin dipenjara jika melakukan itu. Jika dia dipenjara, anak-anaknya pasti akan menangis merindukannya. Enak saja, Laura pikir anaknya sebuah produk yang bisa ditawarkan ck ckk menyebalkan sekali. "Kamu benar-benar ingin kubunuh ya Lau?!!" Bukannya takut Laura malah tertawa, gadis sinting itu tertawa melihat wajah sahabatnya yang berubah seperti psikopat berwajah cantik. Bukannya seram, Sera justru terlihat konyol menurut Laura. ***.****"APA KAU SUDAH GILA!"BRUGHHHH!Akira terdiam ketika sebuah gebrakan meja terdengar, pria itu mendongkakan kepalanya untuk melihat siapa yang telah berani membuat keributan.Rautnya wajahnya tiba-tiba saja menjadi datar ketika ia menyadari siapa orang yang kini telah ada dihadapannya."Kau yang gila! Perempuan waras mana yang berani menerobos masuk kerumah orang asing seperti ini ." Balas Akira sinis.Wanita itu mengangga mendengarnya "orang asing?" Gumamnya wajahnya mengkerut tidak senang."Aku ini tunanganmu, bisa bisanya kau menyebutku orang asing.Akira berdecih, raut wajahnya langsung berubah ketika mendengar itu. Tubuh Akira menegak matanya menatap tajam kearah wanita didepannya."Tunangan?." Ucapan Akira terjeda,"Jangan melucu denganku! Jika bukan karena pria gila itu aku bahkan tidak akan pernah mau menatap wajahmu." Sambung Akira tajam, langkahnya perlahan medekat kearah Sofya membuat wanita itu termundur kebelakang.Benar, wanita didepannya ini adalah tuanangannya. T
"Apa yang sedang kau lihat?"Juno menoleh ketika seseorang tiba tiba menepuk pundaknya, wajahnya terlihat kaget namun dengan cepat kembali normal ketika tau siapa yang telah menepuk pundaknya."Tuan, anda sudah kembali?"Akirq berdecak "aku bertanya, kau malah balik bertanya." Ujar Akira kesal."Wanita gila itu pergi kemana? Mengapa aku tidak melihatnya? Lagipula,Apa si yang sedang kau lihat, bikin penasaran saja." Ujar Akira lagi melangkahkan kakinya untuk berdiri disamping Chakra. Mata pria itu teralih kearah posisi yang sedang dilihat oleh asistennya.Wajahnya perlahan berubah ketika menangkap pemandangan seorang wanita yang dikenalinya tengah bergandengan masuk kedalam sebuah mobil berwarna putih bersama seorang pria yang tidak dapat dilihat wajahnya.Akira langsung mengalihkan tatapannya, pria itu memilih berjalan menjauh meninggalkan Juno yang masih berdiri dibalkon."Wanita itu benar benar tidak tau terimakasih."gerutu Akira yang masih bisa didengar oleh Juno. Juno Akira kesal
Lenguhan pelan terdengar, bola mata itu berlahan terbuka menampilkan sepasang mata coklat terang yang indah. Sera mengerjapkan matanya pelan ketika cahaya masuk kedalam retina matanya.Mata itu pun terbuka, Sera menatap sekitarnya yang terasa asing. Kepalanya berdenyut karena terlalu banyak tertidur, tapi kabar baiknya perutnya sudah tidak sakit lagi seperti sebelumnya."Nona sudah sadar?"Sera mendongkakan kepalanya, dahinya mengernyit merasa tidak mengenali orang yang berdiri didepannnya. Wajahnya putih bersih dengan wajah khas seperti orang asia, sebuah kacamata hitam bertenger cantik diwajahnya."Siapa kau?" Tanya Sera.Pria itu tersenyum "Saya Juno nona, asisten tuan Akira."katanya memperkenalkan diri.Sera mengangguk, matanya kemudian berkeliling mencari sosok Akira yang tidak terlihat batang hidungnya."Tuan sedang ada urusan diluar nona. Karena itu tuan meminta saya agar nona menghabiskan makanan yang telah tuan siapkan." Ujar Juno kembali seolah tau arti tatapan Sera, pria it
"Menginaplah dirumah ini, Seraphina." Sera menatap Akira tak percaya, ia tak mengira bahwa Akira bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya. Mata Sera memincing, menatap Akira curiga "Apa kau gila? Kau pasti memiliki niat burukkan?" Balas Sera menatap Akira dengan tatapan menghakimi. Wanita itu mundur kebelakang, menutupi tubuhnya dengan tas. Menjadikan tasnya itu sebagai tameng, jika-jika Akira berniat melakukan hal buruk padanya. "Apa-apaan tatapanmu itu." Ucap Akira tak terima dengan tatapan waspada Sera. "Sudahlah aku tidak peduli, sana pulang. Biar saja para wartawan itu menangkapmu. Aku tidak peduli." Usir Akira kesal, pria itu kemudian berbalik memilih untuk pergi keruang tamu meninggalkan Sera yang masih berdiam dibelakang pintu. Bibir Sera turun kebawah merasa heran sekaligus geli dengan sikap Akira yang mendadak aneh. Apa ini? Mengapa pria itu yang kesal? Bukannya disini, harusnya Sera yang merasa kesal? Sudahlah biarkan saja pria gila itu. Sera kemudian kemb
"Stt diamlah."Sera mendadak diam, dengan takut ia kemudian menoleh berusaha melihat siapakah orang yang telah membekap mulutnya. suaranya sangat familiar ditelinga Sera. Tapi Sera tidak yakin, suasana yang temaram karena mereka sekarang berada digang yang cukup gelap membuat ia kesulitan mengenali siapa sosok yang tadi menariknya.Ketika Sera berhasil melihat wajah itu, Raut wajahnya berubah. Seketika Sera menjadi geram sekaligus marah ketika tau siapakah gerangan orang itu.Dia adalah Akira, pria yang membuat ia harus kehilangan ketenangan hidupnya serta pelaku yang membuat ia harus dikejar-kejar oleh orang-orang ganas pencari informasi."Kauu!!"Akira membekap mulut Sera dengan kuat karena suaranya itu cukup keras. Ia melirik kearah tempat wartawan tadi berada. Matanya membola ketika segerombolan wartawan itu berada tak jauh dari tempat mereka sekarang. Orang-orang itu menengok kekanan dan kekiri celingukan mencari-cari sosok Sera. Untung saja tempat berdiri mereka cukup remang d
"Kak? Kakak yakin akan turun disini dan mengecek cafe? Apa tidak apa apa?" Tanya Andrew, matanya berkeliling melihat keadaan sekitar yang terlihat ramai. Kemudian Andrew kembali mematap kearah Sera, raut wajahnya terlihat sekali bahwa pria itu tengah khawatir."Aku khawatir, ada yang mengenali kakak? Bagaimana jika ada wartawan yang mengejar kakak? Berita itu sedang besar-besarnya sekarang, aku yakin para wartawan itu tidak akan tinggal diam jika mereka melihat kakak." Sambung Andrew memaparkan kekhawatirannya.Ia takut berita yang beredar sekarang ini berakhir mencelakakan kakak iparnya. Ia jelas tahu betul bagaimana ganasnya wartawan mengejar seseorang ketika ingin mendapatkan berita fenomenal. Belum lagi fans Akira yang dikabarkan sangat tidak waras dan fanatik."Aku harus mengecek keadaan Cafe And, Firo bilang ada sedikit masalah disana." Balas Sera. Firo adalah manajer cafe miliknya, saat dikantor tadi Firo tiba-tiba menelevon dan berkata ada sedikit masalah dengan supplier ya