Share

SKANDAL PENUH GAIRAH SANG DESAINER
SKANDAL PENUH GAIRAH SANG DESAINER
Author: irma_nur_kumala

SKANDAL - 01

“Holly Sh*t!!” 

Umpatan itu menggema dari arah samping kanannya di mana Ricko, asistennya berada. 

“Kenapa dari banyaknya hari, kita harus bertemu dengan mereka malam ini?” 

Oh percayalah, Lea juga mempertanyakan hal yang sama di dalam kepalanya. 

“Laki-laki itu tidak tahu caranya memilih wanita! Lihat saja paha dan belahan dadanya yang sengaja dipertontonkan. Bangga sekali melihat wanitanya jadi konsumsi publik!”

Lea menggenggam gelas kaca berisi red wine-nya dengan erat. Dari lantai dua club malam, mereka bisa melihat pasangan itu clubbing dengan gerakan erotis di bawah sana. 

“Seharusnya dulu kamu menendang kemaluan laki-laki itu supaya tahu rasa!” geram Ricko yang terlihat lebih emosi dari dirinya meskipun nyatanya, Lea hanya pintar menahan luapan emosi itu hingga membuat dadanya terasa sesak. Rasa perih akibat sakit hati kembali mencuat ke permukaan hingga mengingatkannya pada masa lalu saat dia dicampakkan dengan kerasnya. Ditahannya mati-matian air mata yang mendesak keluar. Seharusnya sudah cukup dia menangisi laki-laki itu di masa lalu.

“Jangan buang-buang tenaga untuk hal itu.” Ricko kaget saat Lea mengambil minuman beralkohol miliknya, meminumnya sampai habis dan meletakkan gelasnya dengan agak kasar di atas meja. “Di dunia ini karma berlaku, right?” 

“Tentu saja,” Ricko nampak khawatir. “Tapi apa kamu nggak apa-apa? Kelihatannya kamu mulai mabuk, Lea.”

 “Aku tidak apa-apa. Sudahlah, aku mau ke toilet.”

Ricko ikut berdiri, “Biar aku temani.”

“Tidak usah. Sebentar lagi Sky datang. Kamu tunggu saja dia di sini. Nanti dia bingung mencari kita kalau kamu tidak menunggunya.”

Tanpa menunggu jawaban Ricko, Lea berbalik pergi ke toilet yang ada di bagian lain club yang malam ini begitu ramai. Berjalan agak sempoyongan, menekan rasa sesak di dadanya yang ingin meledak, berniat melampiaskannya tapi tidak dengan cara bar-bar seperti menjambak  wanita itu sampai helaian rambutnya lepas dan membuat laki-laki itu tersenyum bangga karena diperebutkan. Oh, itu jelas tidak akan pernah dia lakukan jadi dia hanya bisa menahannya.

Lea tidak peduli saat lengannya beberapa kali menabrak orang lain di sepanjang jalan dan hampir jatuh tersandung sesuatu di lantai kalau saja tidak ada lengan seseorang yang menahannya agar tetap berdiri. 

Lea mengangkat kepalanya dan bertemu tatap dengan sepasang mata hitam tajam di wajah cowok muda yang terkesan sombong.

“Are you okey?” tanyanya dengan alis terangkat naik.

“Apa aku terlihat baik-baik saja?” Lea menyentak lengannya agar terlepas. “Thanks.”

Cowok itu menatapnya seksama. “Sepertinya kamu agak mabuk—“

“Tidak usah pedulikan aku. Terima kasih.”

Lea baru saja akan berbalik saat cowok itu menghadang langkahnya membuat mereka kembali berhadapan.

“Kamu mau ke mana, biar aku temani.”

Lea terdiam, memperhatikan penampilan cowok itu secara keseluruhan lalu mendengkus. “Tidak perlu, boy. Aku bisa sendiri. Gunakan modusanmu untuk perempuan lain yang seusiamu.”

Lea mendorong lengan kekar cowok itu ke samping agar tidak menghalangi tapi baru berjalan beberapa langkah, Lea kembali sempoyongan efek dari minuman beralkohol milik Ricko yang tadi diminumnya atas dasar frustasi. Sial, umpatnya dalam hati sembari memegangi kepalanya yang terasa berat.

“Aku tahu, kamu memang membutuhkan bantuan.” Cowok itu kembali lagi.

“Tidak!” Lea berusaha mempertahankan kewarasannya dengan mengusir orang asing yang begitu memaksa ingin membantunya entah dengan niat apa. “Pergi kamu!”

Lea kembali berjalan, meninggalkan cowok itu tapi tubuhnya berubah kaku saat dia melihat mantan tunangannya yang menggandeng pacar seksinya sedang berjalan ke arahnya sembari sesekali berciuman.

“Bajingan!” gumam Lea,penuh amarah.

Lea balik badan, masih menemukan cowok muda itu berdiri di tempatnya mengamatinya saat Lea secara implusif bergerak cepat mendekatinya, melingkarkan kedua lengannya di leher lalu menatapnya sesaat hingga dia bisa melihat keterkejutan di mata hitam cowok itu.

“Mungkin, sekali-sekali, aku boleh bertindak gila seperti ini.”

Tanpa menunggu jawabannya, Lea mencium cowok itu yang nampak kaget pada awalnya tapi sedetik kemudian, cowok itulah yang mengambil alih ciumannya membuat Lea perlahan kehilangan akal sehatnya karena mencium orang asing di dalam club malam itu sungguh beresiko tinggi. Lea yang dibutakan amarah karena mantan tunangannya membuatnya nekat melakukan hal gila.

“Ergghh—”

Lea meleguh, kewalahan mengimbangi ciumannya yang intens dan dalam hingga tidak menyadari jika kedua kakinya sudah melingkar di pinggang cowok itu yang mendesak punggungnya ke dinding dan menciumnya tanpa jeda. Lea tidak pernah merasakan gairah yang menggebu -gebu dalam dirinya seperti saat ini karena selama ini untuk masalah berciuman, Lea sangat berhati-hati.

Cowok asing dalam pelukannya ini terlalu pro hingga Lea tidak bisa mengelak bahkan tidak ada kesempatan sama sekali. Lea hanya bisa menjambak rambutnya sembari meleguh. Ciuman yang panas dan menggairahkan membuat Lea terpana.

Cowok itu melepas ciumannya, Lea langsung merosot pelan jatuh ke lantai dengan napas naik turun. Kaget saat cowok itu ikut bersimpuh di depannya dan menatapnya dalam diam. Tangannya terulur mengusap sudut bibirnya yang mungkin agak bengkak saat ini.

“Maaf.” Lea bengong. “Seharusnya aku tidak boleh tergoda tapi kamu memang sangat menggoda.”

Lea memegangi kepalanya yang berdenyut, tidak bisa berpikir apa-apa hingga dia teringat dengan mantan kekasihnya itu. Dia reflek melihat ke area sekitar dan tidak menemukan wajah familiar yang dikenalnya tadi.

“Mereka sudah pergi.” Lea kaget saat cowok itu menariknya berdiri dengan lembut. “Kembalilah ke teman-temanmu.”

Tanpa terduga, Lea menahan cowok itu dengan menggenggam depan kaosnya dengan erat, tidak bergerak sedikitpun, merasakan air matanya yang mulai meluruh jatuh dan terisak. Cowok itu menutupi dirinya dari pandangan orang-orang membuat Lea malah semakin membenamkan wajahnya di dadanya entah untuk berapa lama sampai dia berhasil menguasai pikirannya. Malu sekaligus canggung karena masih berada dalam dekapan cowok yang berdiri diam di pojokan club menunggunya tenang.

“Aku harus kembali,” ucapnya tanpa menatapnya.

“Apa kau sudah merasa lebih baik?” tanyanya lembut.

Lea mengangkat kepalanya, “Ya.”

Cowok itu mengangguk. Butuh waktu bagi Lea untuk mengatasi rasa malu dan canggungnya meski cowok itu tidak melakukan apapun di depannya, hanya diam menunggunya.

“Maaf untuk yang tadi dan terima kasih. Aku pergi dulu.”

Lea berbalik pergi menuju ke tempatnya bersama Ricko tadi dan memutuskan untuk pulang. Sudah cukup dia hilang kendali seperti ini.

“Tunggu.”

Lea berhenti lalu berbalik. Cowok itu mengulurkan satu botol air mineral dingin yang entah di ambilnya dari mana.Lea hanya diam memandanginya dengan bingung sampai cowok itu mengambil telapak tangannya dan meletakkan botol itu di sana.

“Kamu akan mendapatkan laki-laki yang lebih baik darinya, Azalea.”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status