Share

EMPAT

Author: Hwali
last update Last Updated: 2023-01-23 18:18:16

Bora hanyalah anak SMA yang mengandalkan kekayaan kedua orang tuanya, meskipun mereka berdua sudah cerai.

Jadi Bora belum memahami kesulitan orang lain.

Ditya menjelaskan kepada Bora. "Apakah kamu tahu tentang undang-undang kesejahteraan hewan?"

"Ya, aku paham."

"Undang-undang itu jarang diterapkan oleh orang Indonesia."

"Kenapa?"

"Karena mereka malas membaca. Mereka mengabaikan dan ada beberapa kasus yang masuk, mereka tidak punya mulut untuk berteriak hak mereka untuk hidup. Manusia hanya menganggapnya sebagai hama."

Bora mengangguk paham. "Dokter, apakah aku bisa mengubah semuanya  jika berusaha keras?"

Ditya tersenyum. "Ya, kamu bisa. Kamu bisa menggunakan aku dan aku juga menggunakan kamu."

Bora menatap tidak percaya Ditya. "Dokter."

"Kamu bisa keluar dari sekolah sekarang dan masuk universitas ini. Aku rasa kamu pasti mampu jika bekerja keras."

"Aku mengulang SMA dan belum lulus, bagaimana bisa-"

"Kamu bisa ikut kelas paket C tapi juga mengejar ujian kelulusan tahun depan. Jika kamu lulus paket C tahun ini, aku akan memasukan kamu ke jurusan hukum di universitas milik kenalanku."

"Dokter, apakah anda kaya raya?" Tanya Bora yang masih tidak paham dengan jalan pikiran Ditya.

"Tidak, aku hanya memanfaatkan koneksi. Kebetulan saja, pemilik hewan yang datang memiliki latar belakang luar biasa."

"Apakah aku bisa mengakalinya?" Tanya Bora.

"Kamu cerdas, Bora. Pasti bisa mengatasi dengan baik."

"Bagaimana jika aku gagal? Apakah dokter akan marah?"

"Tidak, aku yakin kamu tidak akan gagal."

Bora cemberut. "Kenapa dokter bisa seyakin itu?"

"Karena kamu punya cheat yang bisa menguntungkan. Jika kamu menggunakannya dengan baik, kamu bisa mengalahkan semua orang."

Cheat?

Bora masih tidak paham dengan perkataan dokter Ditya.

"Dan aku sarankan kamu tetap tinggal di rumah papa kamu sekarang."

"Aku sudah membuat dia marah, bagaimana caranya aku bisa kembali ke sana?" Tanya Bora. "Aku malas tinggal di sana."

"Kalau begitu, mau bantuan aku?"

"Apa?"

***

"Aku tidak menyangka kamu berteman dengan keponakan salah satu orang terkaya di Indonesia, bagaimana kamu bisa mengenalnya, Bora?" Tanya papa Bora kepada Bora yang duduk di sampingnya.

Ibu tiri yang duduk berhadapan dengan Bora, tidak menyembunyikan permusuhannya sama sekali.

Kakak tiri perempuan Bora juga kesal mendengarnya, lalu mengeluarkan sindiran. "Apakah selama tidak masuk sekolah kamu bermain dengan banyak pria?" Tuduhnya.

Papa Bora tidak suka dengan perkataan itu dan menatap Bora dengan tuntutan.

Bora tidak tahu sehebat apa pria yang mengantarnya pulang dan memberikan alasan seperti yang sudah diajarkan dokter Ditya. "Kami hanya teman sesama grup pecinta hewan."

Papa Bora menghela napas lega.

Kakak tiri perempuan, masih belum puas dengan penjelasan Bora. "Teman grup sesama pecinta hewan? Apakah kamu diam-diam merawat hewan di luar?"

Bora menjawab dengan santai. "Terserah apa yang aku lakukan di luar sana, selama tidak merugikan papa."

Ibu tiri memberikan peringatan ke Bora. "Hanya karena kamu berteman dengan orang penting, bukan berarti bisa bersikap sombong. Kamu sudah mengulang satu tahun SMA hanya karena membolos, jadi aku sarankan supaya kamu tidak bermain-main di rumah."

Bora tidak menjawab.

Papa Bora menegurnya. "Bora, ibu kamu sedang menasehati. Jangan diam saja."

Bora menjawab 'ya' dengan nada muram.

Papa Bora menghela napas lega lalu kembali makan.

Ibu Bora melayani suaminya dengan baik sementara kedua anaknya berceloteh dengan riang.

Saat menikmati makan malam, tiba-tiba Bora melihat sesuatu di atas kepala ibu tirinya.

Bora menyipitkan kedua mata lalu menggosok kedua mata dengan kepalan mata, pasti ada yang salah dengan penglihatannya.

Bora kembali melihat atas ibu tiri dan benda itu masih ada di atas kepala.

Bora bisa melihat gambaran ibu tiri sedang pergi bersenang-senang dengan teman-temannya lalu membuang uang ke sembarang arah.

Bora mengalihkan pandangannya ke dua kakak tiri yang juga ada semacam kotak di atas kepala

Kakak tiri perempuan menindas di sekolah dan menggunakan nama papa Bora tanpa malu, lalu kakak tiri laki-laki seperti bersenang-senang di atas tempat tidur dan muncul wajah wanita.

Kedua mata Bora terbelalak ketika mengenal wanita yang merupakan guru di sekolahnya, lalu setelah selesai bercengkrama di atas tempat tidur, guru itu diberikan uang.

Bora tidak tahu kalau keluarga tirinya sebejat itu.

Bora mengalihkan tatapan ke papa dan lebih terkejut ketika melihat dia sedang keluar bersama orang-orang dewasa lainnya dan berdiskusi masalah uang.

Kapan?

Apakah itu adalah bayangan masa depan?

Atau masa lalu orang lain?

Jantung Bora berdebar keras, menggenggam sendok dan garpu dengan erat, dia memberanikan diri untuk bertanya.

"Papa, apakah seharian ini papa sibuk?"

Papa Bora mengangguk. "Tentu saja, menjadi calon presiden merupakan hal yang paling menyibukkan."

Bora sekali lagi melihat atas kepala papanya. "Oh, begitu. Apakah hari ini papa mendapat sponsor untuk kampanye?"

Papa Bora tertawa. "Tentu saja! Papa mendapat sponsor yang sangat bagus, dari mana kamu tahu tentang hal ini?"

Bora bisa melihat satu koper uang yang diberikan untuk papanya. "Tidak, hanya saja hari ini suasana hati papa sangat bagus."

Papa Bora mengangguk. "Yah, papa berusaha kerja keras untuk keluarga kita, jadi kamu juga harus bisa bekerja keras."

Kakak tiri Bora menimpali dengan nada meremehkan. "Bukankah, tahun ini Bora harus mengulang pelajaran? Jika lawan politik tahu skandal yang dibuat Bora, apakah papa tidak akan malu?"

Kakak tiri laki-laki Bora mengangguk setuju. "Lebih baik kirim Bora ke asrama, dia hanya pengecut yang sakit hati hanya karena seekor anjing."

Ibu tiri memberikan api ke papa Bora. "Sayang, Bora tidak baik untuk kampanye politik kamu. Dia tidak bisa menjadi contoh untuk anak-anak muda Indonesia, kamu tidak bisa membawa dia atau memperkenalkan dia sebagai anak kamu."

"Benar, selangkah lagi papa akan menjadi presiden. Papa tidak mungkin menghancurkan usaha dan kerja keras selama ini bukan?"

"Benar, benar."

Bora menatap mereka berempat satu persatu, seolah musuh. "Aku setuju masuk asrama demi papa."

Ibu dan kedua saudara tiri terkejut begitu mendengar persetujuan Bora. Biasanya dia akan menolak keras atau marah jika tidak sesuai dengan keinginan, namun sekarang dia menjadi anak penurut?

Bora mengangguk. "Aku akan keluar sekolah dan masuk asrama, seperti yang kalian semua ketahui, aku menderita anxiety disorder, kecemasan berlebih. Alih-alih kalian ikut bantu menyembuhkan aku, kalian malah menyebarkan garam untuk aku."

"Bora!" Papa Bora menegur keras putrinya.

Bora mengaduk makanan di atas meja makan lalu menyodorkan piring ke ayahnya. "Papa lihat, aku alergi kerang dan ada kerang di dalamnya."

Ibu tiri Bora menjadi panik. "Astaga, Bora. Ibu baru tahu kamu alergi kerang. Maaf."

"Tidak perlu, ibu juga tidak berniat mengetahuinya." Bora menjawab dengan santai. "Aku akan masuk sekolah yang sekarang untuk melakukan persiapan pindah. Papa tidak perlu khawatir."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SKANDAL PUTRI SAH PRESIDEN   BERN & KUCING KECIL

    "Tuan, bisakah kita bertemu kembali?"Bern berjalan mendekati kucing kecil lalu duduk di belakangnya, mengamati arah pandang kucing kecil ke arah taman yang teduh, tempat bermain para hewan. "Kenapa kamu duduk sendirian di sini?""Aku hanya ingin bertemu dengan tuan, aku merindukan tuan."Bern bisa melihat punggung mungil si kucing kecil yang kesepian. "Aku sudah melihat apa yang kamu lakukan di dunia, bukankah bagi manusia terlihat bodoh? Kamu merindukannya sepanjang hidup dan hanya bertemu beberapa menit lalu bunuh diri.""Tidak masalah, asalkan Tuan bisa hidup bahagia bersama orang yang disayanginya."Bern menggoyangkan ekor. "Ayo, ikut bersama aku."Kucing kecil itu menoleh ke arah Bern dan bertanya. "Apakah kamu, jiwa yang menangis di atas peti mati istri Tuan?"Bern yang hendak berjalan jauh, menghentikan langkahnya lalu balik badan. "Apakah kamu melihat aku?"Kucing kecil itu mengangguk. "Ya.""Bukankah apa yang kita lakukan terlihat bodoh?""Tidak! Itu tidak bodoh!""Kenapa?"

  • SKANDAL PUTRI SAH PRESIDEN   SPESIAL

    Di dunia, kita tinggal dengan berbagai macam karakter manusia dan permasalahannya. Ada yang ingin pintar, ada yang ingin kaya, ada yang ingin memiliki kekuasaan. Ada juga manusia yang ingin mendapatkan semuanya secara instan, tanpa kerja keras. Salah satu contoh adalah Rina. Rina terlalu iri dengan Ratna, saudara tirinya. Ratna yang masih bisa berkumpul dengan keluarga, sempat dikucilkan, namun pada akhirnya menikah dengan pria tampan, kaya dan berkuasa. Rina ingin mengalahkan Ratna, tapi tidak mampu bersaing. Rina bukan tipe pekerja keras seperti Ratna, Rina juga hanya bisa menjalin sosial dengan orang lain, dia bukan pecinta hewan atau pendamping hidup yang cocok untuk para pria. Aku jauh lebih cantik, Aku jauh lebih hebat, Aku jauh lebih dihargai orang lain, Tapi kenapa Ratna lebih beruntung dariku? Hanya itu yang selalu ada di dalam kepalanya. Persaingan terhadap Ratna, dan menjatuhkan diri ke lembah sesat. Tidak peduli memiliki pria yang mencintainya, anak-anak yang pat

  • SKANDAL PUTRI SAH PRESIDEN   SERATUS SEPULUH

    Rina yang syok dikeluarkan secara tidak hormat oleh Fendi, pria yang sudah melakukan sumpah setia kepadanya, balas dendam dengan mendukung Edwin. Tapi tidak disangka, Edwin meninggal terlalu cepat serta meninggalkan banyak bukti yang cukup memberatkan. Para penguasa yang tadinya mendukung mereka, mulai balik badan, memunggungi. Bertindak seolah tidak mengenal Rina dan lainnya, yang suka rela atau tanpa sadar menjadi boneka para penguasa demi kekayaan dan kejayaan. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa barang-barang aku dikeluarkan dari kantor?"Hendro maju dan menantang Rina. "Sudah cukup main-mainnya, kami akan bertindak sesuai prosedur, sekarang tidak ada yang melindungi kamu lagi, Rina."Rina menampar wajah Hendro.Hendro menerimanya tanpa membalas, lalu mengejek Rina. "Ini tamparan terakhir yang aku terima dari kamu- kamu sudah membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada kami, membuat masyarakat menjadi rugi dan juga kami yang harus kena imbas, akibat dari perbuatan kamu!" Geram

  • SKANDAL PUTRI SAH PRESIDEN   SERATUS SEMBILAN

    Setelah Fendi sudah mengingat masa lalu dan kucing kecil itu, dia segera menyuruh seseorang untuk mengambil tubuh kucing kecil dan membakarnya hingga menjadi abu.Mungkin bagi orang lain, apa yang mereka lakukan adalah berlebihan tapi- bagi mereka yang sangat menghargai hubungan masa lalu, sangatlah berarti.Bora bicara ke Fendi dengan nada sedih, sambil melihat dua guci abu kecil yang berdampingan. "Kadang kala manusia memberikan saran agar kita harus move on, melupakan masa lalu dan menjalani hidup dengan baik. Bukankah itu berarti kita harus melupakan jasa makhluk yang sudah menolong kita di masa lalu?"Pantas saja ada yang mengatakan seekor anjing diberikan makan selama satu hari, akan mengingat pemberi makan selamanya tapi manusia yang diberikan makan selama satu tahun, akan melupakan penolongnya."Fendi yang berdiri di samping Bora, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya konsep yang kamu bicarakan tidak salah juga, tapi maksudnya bukan begitu.""Lalu harus bagaimana?"

  • SKANDAL PUTRI SAH PRESIDEN   SERATUS DELAPAN

    Fendi mengubur kucing kecil itu ke tanah halaman rumah sakit hewan milik keponakannya, menepuk pelan gundukan tanah itu dan bicara dengan nada sedih. "Apakah kamu menyesal diciptakan menjadi hewan oleh Tuhan?" Di Indonesia ada berbagai macam kasus kekerasan hewan yang menimbulkan kematian atau cacat, ada manusia yang tidak peduli dengan kehidupan para hewan yang tidak beruntung dan hanya hidup dalam waktu singkat di dunia ini. Jika di dunia ini, manusia selalu mengeluh karena dilahirkan tidak beruntung- apakah hewan juga? Biar bagaimana pun hewan itu adalah kucing kecil yang menyelamatkan dirinya dari kecelakaan.Fendi menatap sedih kuburan kucing kecil itu sambil mendengarkan laporan dari sekretaris."Saya sudah mendapat informasi dari sopir, bahwa mobil yang anda pakai sudah dipotong jalur rem, sehingga saat anda mengebut- tidak bisa menghentikan mobil. Sopir itu melakukannya atas suruhan pak Edwin."Fendi bertanya ke sekretaris. "Bukankah itu perbuatan bodoh? Si sopir pasti juga

  • SKANDAL PUTRI SAH PRESIDEN   MASA LALU FENDI & KUCING KECIL

    "Kucing kecil, kenapa kamu sendirian di sini? Apakah kamu kelaparan?""Hei, kucing kecil. Apakah kamu sudah kenyang sekarang? Jangan mengikuti aku.""Lihat, kucing kecil. Dulunya itu adalah rumahku, sekarang aku sudah tidak bisa tinggal di sana karena istri menceraikan aku dan hidup bahagia bersama anak-anak. Bukankah kita senasib?"Meong.Kucing kecil itu melihat Fendi yang duduk termenung sedih, melihat sebuah foto."Dia adalah istriku."Meong?"Kami menikah, tidak lama aku keluar dari penjara. Ayahnya minta tolong kepadaku untuk menikah dan menjaganya. Aku tidak bisa menolak, padahal masa depan aku sendiri juga buruk."Meong."Aku tidak bisa menjaga masa depanku sendiri, bagaimana caranya aku bisa menjaga masa depan anak orang lain?"Kucing itu hanya duduk mendengarkan keluh kesah Fendi.Fendi yang bertubuh kurus dan berpenampilan acak, tidak terlihat seperti berasal dari keluarga kaya. Saat ini dia hanya pekerja fisik serabutan, dia sudah kehilangan segalanya dan harga diri tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status