Bora hanyalah anak SMA yang mengandalkan kekayaan kedua orang tuanya, meskipun mereka berdua sudah cerai.
Jadi Bora belum memahami kesulitan orang lain.Ditya menjelaskan kepada Bora. "Apakah kamu tahu tentang undang-undang kesejahteraan hewan?""Ya, aku paham.""Undang-undang itu jarang diterapkan oleh orang Indonesia.""Kenapa?""Karena mereka malas membaca. Mereka mengabaikan dan ada beberapa kasus yang masuk, mereka tidak punya mulut untuk berteriak hak mereka untuk hidup. Manusia hanya menganggapnya sebagai hama."Bora mengangguk paham. "Dokter, apakah aku bisa mengubah semuanya jika berusaha keras?"Ditya tersenyum. "Ya, kamu bisa. Kamu bisa menggunakan aku dan aku juga menggunakan kamu."Bora menatap tidak percaya Ditya. "Dokter.""Kamu bisa keluar dari sekolah sekarang dan masuk universitas ini. Aku rasa kamu pasti mampu jika bekerja keras.""Aku mengulang SMA dan belum lulus, bagaimana bisa-""Kamu bisa ikut kelas paket C tapi juga mengejar ujian kelulusan tahun depan. Jika kamu lulus paket C tahun ini, aku akan memasukan kamu ke jurusan hukum di universitas milik kenalanku.""Dokter, apakah anda kaya raya?" Tanya Bora yang masih tidak paham dengan jalan pikiran Ditya."Tidak, aku hanya memanfaatkan koneksi. Kebetulan saja, pemilik hewan yang datang memiliki latar belakang luar biasa.""Apakah aku bisa mengakalinya?" Tanya Bora."Kamu cerdas, Bora. Pasti bisa mengatasi dengan baik.""Bagaimana jika aku gagal? Apakah dokter akan marah?""Tidak, aku yakin kamu tidak akan gagal."Bora cemberut. "Kenapa dokter bisa seyakin itu?""Karena kamu punya cheat yang bisa menguntungkan. Jika kamu menggunakannya dengan baik, kamu bisa mengalahkan semua orang."Cheat?Bora masih tidak paham dengan perkataan dokter Ditya."Dan aku sarankan kamu tetap tinggal di rumah papa kamu sekarang.""Aku sudah membuat dia marah, bagaimana caranya aku bisa kembali ke sana?" Tanya Bora. "Aku malas tinggal di sana.""Kalau begitu, mau bantuan aku?""Apa?"***"Aku tidak menyangka kamu berteman dengan keponakan salah satu orang terkaya di Indonesia, bagaimana kamu bisa mengenalnya, Bora?" Tanya papa Bora kepada Bora yang duduk di sampingnya.Ibu tiri yang duduk berhadapan dengan Bora, tidak menyembunyikan permusuhannya sama sekali.Kakak tiri perempuan Bora juga kesal mendengarnya, lalu mengeluarkan sindiran. "Apakah selama tidak masuk sekolah kamu bermain dengan banyak pria?" Tuduhnya.Papa Bora tidak suka dengan perkataan itu dan menatap Bora dengan tuntutan.Bora tidak tahu sehebat apa pria yang mengantarnya pulang dan memberikan alasan seperti yang sudah diajarkan dokter Ditya. "Kami hanya teman sesama grup pecinta hewan."Papa Bora menghela napas lega.Kakak tiri perempuan, masih belum puas dengan penjelasan Bora. "Teman grup sesama pecinta hewan? Apakah kamu diam-diam merawat hewan di luar?"Bora menjawab dengan santai. "Terserah apa yang aku lakukan di luar sana, selama tidak merugikan papa."Ibu tiri memberikan peringatan ke Bora. "Hanya karena kamu berteman dengan orang penting, bukan berarti bisa bersikap sombong. Kamu sudah mengulang satu tahun SMA hanya karena membolos, jadi aku sarankan supaya kamu tidak bermain-main di rumah."Bora tidak menjawab.Papa Bora menegurnya. "Bora, ibu kamu sedang menasehati. Jangan diam saja."Bora menjawab 'ya' dengan nada muram.Papa Bora menghela napas lega lalu kembali makan.Ibu Bora melayani suaminya dengan baik sementara kedua anaknya berceloteh dengan riang.Saat menikmati makan malam, tiba-tiba Bora melihat sesuatu di atas kepala ibu tirinya.Bora menyipitkan kedua mata lalu menggosok kedua mata dengan kepalan mata, pasti ada yang salah dengan penglihatannya.Bora kembali melihat atas ibu tiri dan benda itu masih ada di atas kepala.Bora bisa melihat gambaran ibu tiri sedang pergi bersenang-senang dengan teman-temannya lalu membuang uang ke sembarang arah.Bora mengalihkan pandangannya ke dua kakak tiri yang juga ada semacam kotak di atas kepalaKakak tiri perempuan menindas di sekolah dan menggunakan nama papa Bora tanpa malu, lalu kakak tiri laki-laki seperti bersenang-senang di atas tempat tidur dan muncul wajah wanita.Kedua mata Bora terbelalak ketika mengenal wanita yang merupakan guru di sekolahnya, lalu setelah selesai bercengkrama di atas tempat tidur, guru itu diberikan uang.Bora tidak tahu kalau keluarga tirinya sebejat itu.Bora mengalihkan tatapan ke papa dan lebih terkejut ketika melihat dia sedang keluar bersama orang-orang dewasa lainnya dan berdiskusi masalah uang.Kapan?Apakah itu adalah bayangan masa depan?Atau masa lalu orang lain?Jantung Bora berdebar keras, menggenggam sendok dan garpu dengan erat, dia memberanikan diri untuk bertanya."Papa, apakah seharian ini papa sibuk?"Papa Bora mengangguk. "Tentu saja, menjadi calon presiden merupakan hal yang paling menyibukkan."Bora sekali lagi melihat atas kepala papanya. "Oh, begitu. Apakah hari ini papa mendapat sponsor untuk kampanye?"Papa Bora tertawa. "Tentu saja! Papa mendapat sponsor yang sangat bagus, dari mana kamu tahu tentang hal ini?"Bora bisa melihat satu koper uang yang diberikan untuk papanya. "Tidak, hanya saja hari ini suasana hati papa sangat bagus."Papa Bora mengangguk. "Yah, papa berusaha kerja keras untuk keluarga kita, jadi kamu juga harus bisa bekerja keras."Kakak tiri Bora menimpali dengan nada meremehkan. "Bukankah, tahun ini Bora harus mengulang pelajaran? Jika lawan politik tahu skandal yang dibuat Bora, apakah papa tidak akan malu?"Kakak tiri laki-laki Bora mengangguk setuju. "Lebih baik kirim Bora ke asrama, dia hanya pengecut yang sakit hati hanya karena seekor anjing."Ibu tiri memberikan api ke papa Bora. "Sayang, Bora tidak baik untuk kampanye politik kamu. Dia tidak bisa menjadi contoh untuk anak-anak muda Indonesia, kamu tidak bisa membawa dia atau memperkenalkan dia sebagai anak kamu.""Benar, selangkah lagi papa akan menjadi presiden. Papa tidak mungkin menghancurkan usaha dan kerja keras selama ini bukan?""Benar, benar."Bora menatap mereka berempat satu persatu, seolah musuh. "Aku setuju masuk asrama demi papa."Ibu dan kedua saudara tiri terkejut begitu mendengar persetujuan Bora. Biasanya dia akan menolak keras atau marah jika tidak sesuai dengan keinginan, namun sekarang dia menjadi anak penurut?Bora mengangguk. "Aku akan keluar sekolah dan masuk asrama, seperti yang kalian semua ketahui, aku menderita anxiety disorder, kecemasan berlebih. Alih-alih kalian ikut bantu menyembuhkan aku, kalian malah menyebarkan garam untuk aku.""Bora!" Papa Bora menegur keras putrinya.Bora mengaduk makanan di atas meja makan lalu menyodorkan piring ke ayahnya. "Papa lihat, aku alergi kerang dan ada kerang di dalamnya."Ibu tiri Bora menjadi panik. "Astaga, Bora. Ibu baru tahu kamu alergi kerang. Maaf.""Tidak perlu, ibu juga tidak berniat mengetahuinya." Bora menjawab dengan santai. "Aku akan masuk sekolah yang sekarang untuk melakukan persiapan pindah. Papa tidak perlu khawatir."Bora tersenyum. "Tapi, bukankah sebelum papa maju- kalian berdua harus menikah resmi secara negara?"Ibu Bora berdiri dan berteriak marah. "MEMANGNYA INI SEMUA GARA-GARA SIAPA?!""Bora, masuk ke dalam kamar kamu!" Perintah papa Bora.Bora mengangkat kedua bahu dengan santai lalu masuk ke dalam kamarnya."Kamu bela dia? Kenapa kamu selalu bela dia? Dia selalu menghina aku, hanya karena-""Diam!" Tekan papa Bora.Bora mendengar percakapan itu saat naik tangga dan tidak berani memegang pegangan tangga, dia menaiki tangga dengan hati-hati lalu masuk kamar setelah membuka kunci. Sebelum berangkat sekolah, Bora memang mengunci pintu kamar supaya tidak ada pencuri masuk ke dalam kamarnya. Bora meletakan tas di bawah tempat tidur dan mulai mandi, rasanya melelahkan sekali seharian ini, dan juga keajaiban yang diberikan Bern. Begitu dokter Ditya menyebut tentang sistem, entah kenapa tiba-tiba muncul layar di atas kepala orang-orang lalu menunjukan gambar masa lalu yang mereka lakukan."Besok
Bora bangun pagi setelah berbincang sejenak dengan Bern di dalam mimpi lalu berjanji akan melindungi teman-temannya. Mungkin, cerita yang dialami dirinya sekarang tidak dapat dipercaya, namun alam bekerja secara misterius dan manusia tidak mengetahuinya dengan pasti. Bora menyapa papanya seperti biasa yang membaca koran, semenjak kejadian cairan cat itu, papa Bora menghukum kedua anak tirinya dengan tidak memberikan uang saku selama satu tahun, dan juga melarang mereka mendekati Bora. Ibu tiri duduk sambil mengoles roti untuk sarapan sementara kedua saudara tirinya makan dengan tenang dan wajah cemberut, tidak seperti biasanya.Bora mengintip layar di atas kepala papanya, lalu mengalihkan tatapan dengan wajah merah. Ibu tiri terlihat duduk di bawah dan kepalanya menghadap ke bagian celana papa Bora. Meskipun masih SMA, dia tahu tindakan apa itu. Rupanya ibu tiri merayu sang papa dengan cara begitu.Bora mulai berpikir kembali tentang hubungan kedua orang tua kandungnya. Mama Bora m
Hannah, Lisa dan Nur. Tiga anak perempuan yang bisa dibilang adik kelas Bora namun sekarang menjadi teman sekelas. Dulu Bora sempat mendapat perundungan saat kelas satu SMA, namun berkurang saat membawa Bern dan sekarang, setelah satu tahun tidak masuk sekolah karena syok, adik-adik kelas yang mengetahui kasus itu semakin meremehkan Bora."Hanya karena anak walikota terkenal, kamu bisa berbuat sesuka hati? Hah!" Hannah memeriksa kukunya yang dikikir dengan indah. "Apakah kamu tidak malu datang ke sekolah setelah membuat kejadian heboh yang memalukan?"Bora melihat layar monitor di atas kepala ketiga anak itu, rupanya mereka dulu adalah bawahan kakak tiri perempuannya. Bora mengambil napas perlahan lalu menghembuskannya, tidak mau cari masalah dengan mereka. Dia berjalan melewati mereka bertiga.Ketiga orang yang tahu Bora nekat berjalan melewati, segera menarik Bora ke belakang hingga membuat tas ranselnya putus.Semua orang yang ada di parkiran terkejut dan melihat apa yang terjadi
Bora yang sudah berganti pakaian bersih dan mandi, disuruh makan oleh pemilik rumah. Dua anak pemilik rumah yang masih kecil, menatap Bora dengan kagum. Mereka kenal Bora di media sosial namun tidak menyangka bisa melihat sosok aslinya. "Aku selalu melihat media sosial kakak saat bersama Bern. Sayang sekali Bern meninggal karena sakit."Itu adalah alasan yang dibuat papa Bora ke media sosial, kejadian aslinya hanya diketahui oleh orang terdekat.Bora tersenyum dan makan dengan lahap.Ibu pemilik Husky meletakan air di samping piringnya. "Makan pelan-pelan."Bora mengangguk kecil. "Terima kasih."Ibu pemilik Husky memperkenalkan dirinya. "Nama saya Ratih, yang besar Juno dan yang kecil Justin."Juno dan Justin menyapa Bora bersamaan. "Hallo, kakak."Ratih sudah membaca media sosial Bora. "Saya dulu pengikut media sosial kamu, interaksi dengan Bern sangat bagus terutama saat kamu mendapat serangan panik. Apakah sekarang kamu sudah tidak butuh anjing pendamping lagi?"Bora menghela nap
Bora berhasil mendapat tanda tangan surat kuasa dari sang papa, lalu diberikan ke dokter Ditya.Dokter Ditya menepuk kepala Bora. "Bagus.""Dokter, boleh aku bertanya?""Apa itu?""Kenapa dokter membantu aku sampai sejauh ini? Apakah ada sesuatu yang diinginkan dokter? Atau karena aku adalah anak walikota?"Ditya tersenyum. "Bukankah kita pernah membahas masalah ini?""Itu-"Bora menundukkan kepala, masih penasaran dengan jalan pikiran dokter Ditya yang selalu menolongnya. "Bern yang minta bantuan kepada aku, jadi kamu jangan terlalu memikirkannya." Ditya mengacak rambut Bora. "Kamu sudah selesai membuat makalah?"Bora mengangguk. "Baru garis besar."Ditya mengangguk. "Bagus, tunggu aku di sini. Aku sedang ada operasi."Bora mengangguk lagi lalu duduk di meja kerja Ditya, dia memeriksa garis besar makalah yang akan ditulisnya lalu tidak lama handphone bergetar."Mama?"Nama mama Bora muncul, Bora segera mengangkatnya."Bora?""Mama, aku-""Bora, apakah kamu menjadi anak nakal di sana
'Pergilah ke rumah sakit swasta yang dekat dari sini, bilang kamu ada janji bertemu dengan profesor Hendra dan sebut saja nama kamu Bora.'Bora masih mengingat pesan yang diberikan dokter Donny. Setelah diskusi mengenai makalah yang akan diikutkan lomba, dokter Ditya memberikan sedikit saran dan juga perbaikan, besok hari terakhir dia mengumpulkan makalah. Jam sudah menunjukan lima sore dan sekarang Bora sudah berdiri di depan pintu masuk rumah sakit.Bora menyemangati diri sendiri dan masuk ke dalam. "Selamat sore, apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang perawat di lobby."Saya ada janji dengan profesor Hendra."Perawat itu menatap curiga Bora. "Janji untuk?"Bora tahu tatapan curiga perawat tersebut. "Bora, bilang saja saya Bora."Perawat itu mendadak teringat sesuatu. "Ah, kamu kan..."Perawat itu tidak melanjutkan kalimatnya dan bergegas menghubungi seseorang.Bora mendengar percakapan orang-orang di sekitarnya."Bukankah dia anak walikota?""Ah, benar. Anak bermasalah i
Bora pulang ke rumah dengan perasaan lelah, hari ini dia benar-benar sibuk. Ibu tiri sudah menunggu di ruang tamu dengan amarah luar biasa. "BORA!"Bora tidak menghentikan langkahnya dan tetap naik ke atas tangga, jika dulu dirinya ketakutan dan menurut ke ibu tiri, sekarang dia tidak peduli lagi.Ibu tiri mengikuti Bora dari belakang dan berteriak di bawah tangga. "TURUN, BORA!"Bora menghentikan langkah di tengah tangga lalu balik badan. "Ada apa?""Kamu- bagaimana bisa kamu membuat skandal mengerikan seperti itu?""Bisa beritahu aku, skandal apa yang sudah aku buat?" Tanya Bora.Ibu tiri terkejut lalu kedua mata menyipit curiga. "Semenjak kamu berupaya bunuh diri, sepertinya semua sifat kamu berubah total. Apakah aku harus bawakan kamu untuk ruqiah?"Bora tertawa sinis. "Tidak ada yang berubah.""Bohong! Kamu berubah seolah bukan Bora pengecut yang kami kenal.""Apakah Ibu suka dengan aku y
"Tapi kamu bisa pulih dengan cepat, mengingat ada kepentingan yang harus kamu lakukan." Hendra mengembalikan catatan kesehatan Bora dan mengusir perawat itu. "Apa yang harus saya lakukan?"Setelah perawat menutup pintu, Hendra menunduk dan menatap Bora. "Bukankah kamu punya cheat yang sangat menguntungkan?""Cheat?""Semacam kekuatan atau berkah yang diberikan oleh Bern."Bora menatap lurus Hendra. "Selain itu? Tidak ada lagi alternatif lain?""Apakah cheat yang diberikan tidak berguna?"Bora mengalihkan tatapan. "Dibilang berguna sih iya, tapi tidak terlalu berguna untuk melihat kondisi kesehatan. Karena itu-"Hendra angkat tangan untuk menghentikan cerita Bora. "Oke, cukup. Lebih baik kamu simpan sendiri cheat tidak berguna itu."Bora cemberut."Karena tidak terlalu berguna, yang bisa saya lakukan hanya memberikan resep obat dan juga- kamu harus selalu mengunjungi saya.""Baik.""Tidak ada berita mengenai kamu jatuh dari tangga