Bora melihat cermin satu badan di kamar, tangannya menyentuh cermin. Apa yang diberitahu Bern seolah masa depan yang akan terjadi.
'Bolehkah aku merubah masa depan?''Tentu, Bora. Aku adalah kunci supaya kamu bisa merubah masa depan.'"Kunci?"Bora tertawa sedih begitu mengingat penglihatan di dalam mimpinya. 'Aku dan papa melarikan diri dari suatu hal yang tidak diketahui lalu mobil oleng dan tanpa sengaja menabrak orang, warga disekitar mengamuk dan mengeluarkan papa lalu memukulinya. Aku yang berusaha melindungi papa juga terseret dan Bern yang berusaha melindungiku dipukul warga dengan balok kayu. Kami bertiga meninggal di sana.'Dada Bora merasakan kesedihan mendalam. "Aku tidak ingin kehilangan papa tapi aku juga tidak ingin kehilangan Bern."Tok! Tok!"Bora! Kamu sudah bangun?! Sebentar lagi papa berangkat!" teriak kakak tiri Bora yang perempuan.Bora menghapus air mata dan segera keluar dari kamar.Aku harus kuat, Bern sudah memberikan visi untukku. Batin Bora lalu mendadak diam.Tidak lama Bora balik badan dan melihat kakak tirinya.Tidak lama muncul visi di hadapannya.Kakak tiri Bora menuang lem tikus yang banyak di sepanjang pegangan tangga. Hanya itu visi yang ditunjukan.Bora mendapat ide. "Kakak.""Apa?"Bora tersenyum. "Apakah tidak cukup bagi kalian untuk membakar Bern?"Kakak tiri Bora menjadi bingung. "Kamu bicara apa?"Bora menarik tubuh kakak tirinya yang tidak siap, lalu mendorongnya ke pegangan tangga.Kakak tiri Bora menjerit keras.Ibu tiri Bora bergegas naik untuk melihat apa yang terjadi, lalu ikut menjerit histeris ketika melihat putri kesayangannya menempel pada pegangan tangga. "BORA! APA YANG KAMU LAKUKAN?!"Bora menuruni tangga dengan santai dan mengucapkan terima kasih di dalam hati pada Bern. "Anda bisa lihat langsung di CCTV."Ibu tiri Bora memanggil para pelayan untuk membantu putri kesayangannya lepas dari lem.Kakak tiri Bora berteriak marah. "AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN KAMU, BORA!"Bora yang sudah duduk di kursi makan, mengambil roti dengan santai.Papa Bora menurunkan koran dan bertanya. "Apa yang sudah kamu lakukan? Bersikap baiklah terhadap saudara tiri kamu."Bora menjawab dengan santai. "Dia yang memulai, Bora hanya ingin membantu supaya usahanya tidak sia-sia."Ibu tiri Bora menuruni tangga dan membentak Bora. "Apa yang sudah kamu lakukan pada anakku? Jangan hanya mengira papa kamu selalu membela, kamu jadi besar kepala sekarang!"Bora menatap papanya dengan cemberut.Papa Bora berdehem. "Ada apa? Kenapa sepagi ini kamu histeris?"Ibu tiri Bora menunjuk Bora dengan marah. "Anak pemalas ini sudah membuat keisengan di luar batas, dia mendorong putriku hingga menempel di pegangan tangga. Kamu harus menghukum dia!"Bora menghela napas. "Aku tidak punya uang saku untuk membeli lem sebanyak itu, kira-kira aku mendapatkannya dari mana, jika aku memang pelakunya?"Ibu tiri Bora terdiam.Papa Bora menatap istrinya dengan curiga. "Kamu memotong uang saku Bora?"Bora menatap terkejut papanya. "Apakah selama ini aku memiliki uang saku?"Papa Bora melempar koran di atas meja dan membentak istrinya. "KAMU MENYURUH AKU BERSIKAP BAIK TERHADAP ANAK-ANAK KAMU, TAPI KAMU MALAH MEMPERLAKUKAN ANAKKU SEPERTI PENJAHAT?!"Ibu tiri Bora terbata-bata dan berusaha menjelaskan kepada suaminya. "Bukan seperti itu sayang, aku hanya ingin mendidik Bora supaya bisa menjadi anak baik. Kamu jangan salah paham."Bora menertawakan ibu tirinya. "Kalau begitu berikan aku uang sakunya."Papa Bora yang percaya pada istrinya mulai melembut dan membentak Bora. "TIDAK ADA UANG SAKU! SELAMA INI KAMU TIDAK SEKOLAH DAN MENJADI ANAK NAKAL! MAU JADI APA KAMU?"Bora terkejut dengan bentakan papanya, lalu mengambil tas di dekat kaki dan pergi ke luar rumah tanpa mengucapkan apa pun.Ibu tiri Bora menunjuk Bora dan mulai melakukan provokasi. "Lihat, suamiku. Dia bahkan tidak bisa dididik dengan benar, kamu lihat sendiri kan betapa liarnya dia dan aku harus susah payah mendidiknya."Papa Bora menjadi emosi. "Jika kamu tidak bisa mengikuti peraturan di rumah ini, keluar saja! Aku tidak mau anak yang tidak bisa dididik! Lebih baik aku mendidik saudara-saudara tiri kamu!"Bora merasakan sakit hati begitu mendengar ucapan papanya. "Di rumah ini, aku tidak punya apa pun. Oke, jika papa memang ingin mengusir aku. Tapi ingat satu hal, pa. Bora akan menuntut keadilan untuk Bern.""Kamu masih saja membela anjing yang tidak berguna itu!" Bentak papa Bora.Bora menatap marah papanya dengan mata berkaca-kaca. "SETIDAKNYA BERN TIDAK PERNAH MEMUKUL AKU!"Papa Bora tersentak.Bora menatap papanya dengan tangan gemetar lalu balik badan dan melarikan diri."BAGUS! JANGAN PERNAH KEMBALI KE RUMAHKU!" Teriak papa Bora.Alih-alih pergi ke sekolah, Bora memilih pergi ke dokter hewan kesayangannya.Setelah menceritakan semua, Ditya tertawa keras.Bora mengerutkan kening dengan bingung. "Dokter percaya dengan cerita saya?""Kenapa aku tidak percaya dengan cerita kamu?" Tanya Ditya disela tawa."Dokter, Bern datang dan memberikan penglihatan seolah aku-""Bukankah bagus?" Potong Ditya."Apakah dokter juga percaya bahwa Bern memberikan penglihatan masa depan untuk aku?""Aku rasa hanya itu yang bisa diberikan Bern untuk kamu, dia hanya seekor anjing yang mencintai tuannya dan ingin melindungi meskipun sudah meninggal." Ditya tersenyum sedih. "Apakah kamu tidak mencoba anjing lain lagi?"Mengingat anjing, Bora jadi teringat bahwa dirinya diusir oleh sang papa. "Sekarang aku sudah tidak bisa tinggal di sana, aku menjadi tuna wisma.""Bagaimana dengan keluarga dari pihak mama kamu?""Mereka di Jawa, aku juga tidak mau merepotkan mereka. Lagipula jika aku memutuskan kembali ke Jawa- berarti aku harus melupakan pembalasan yang mereka lakukan terhadap Bern."Ditya menarik napas. "Sebenarnya aku menjadi penasaran, mereka sudah berkali-kali menyakiti kamu dan tidak pernah dibalas, tapi begitu masalah Bern muncul, kamu ingin membalasnya. Apakah perasaan kamu tidak begitu penting dari seekor hewan?"Bora mengerutkan kening tidak setuju. "Bern, sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri meskipun dia hanya seekor hewan.""Bern juga menganggap kamu sebagai keluarga. Jika kamu ingin tetap balas dendam, apakah aku bisa menjadi teman kamu?""Ya?""Aku tertarik dengan kasus Bern yang setelah kematian tapi menunjukan sesuatu kepadamu. Aku harap dia juga menunjukan semacam sistem seperti di film atau komik daripada hanya penglihatan kasar."Bora terpana, ternyata dokter hewan di hadapannya terlalu percaya dengan semua ceritanya. "Ternyata dokter benar-benar percaya dengan cerita aku?""Aku juga sedang dalam misi, Bora.""Misi?" Tanya Bora yang tidak begitu paham untuk anak seusianya."Yah, misi untuk meningkatkan sejahtera hewan," ucap Ditya."Tuan, bisakah kita bertemu kembali?"Bern berjalan mendekati kucing kecil lalu duduk di belakangnya, mengamati arah pandang kucing kecil ke arah taman yang teduh, tempat bermain para hewan. "Kenapa kamu duduk sendirian di sini?""Aku hanya ingin bertemu dengan tuan, aku merindukan tuan."Bern bisa melihat punggung mungil si kucing kecil yang kesepian. "Aku sudah melihat apa yang kamu lakukan di dunia, bukankah bagi manusia terlihat bodoh? Kamu merindukannya sepanjang hidup dan hanya bertemu beberapa menit lalu bunuh diri.""Tidak masalah, asalkan Tuan bisa hidup bahagia bersama orang yang disayanginya."Bern menggoyangkan ekor. "Ayo, ikut bersama aku."Kucing kecil itu menoleh ke arah Bern dan bertanya. "Apakah kamu, jiwa yang menangis di atas peti mati istri Tuan?"Bern yang hendak berjalan jauh, menghentikan langkahnya lalu balik badan. "Apakah kamu melihat aku?"Kucing kecil itu mengangguk. "Ya.""Bukankah apa yang kita lakukan terlihat bodoh?""Tidak! Itu tidak bodoh!""Kenapa?"
Di dunia, kita tinggal dengan berbagai macam karakter manusia dan permasalahannya. Ada yang ingin pintar, ada yang ingin kaya, ada yang ingin memiliki kekuasaan. Ada juga manusia yang ingin mendapatkan semuanya secara instan, tanpa kerja keras. Salah satu contoh adalah Rina. Rina terlalu iri dengan Ratna, saudara tirinya. Ratna yang masih bisa berkumpul dengan keluarga, sempat dikucilkan, namun pada akhirnya menikah dengan pria tampan, kaya dan berkuasa. Rina ingin mengalahkan Ratna, tapi tidak mampu bersaing. Rina bukan tipe pekerja keras seperti Ratna, Rina juga hanya bisa menjalin sosial dengan orang lain, dia bukan pecinta hewan atau pendamping hidup yang cocok untuk para pria. Aku jauh lebih cantik, Aku jauh lebih hebat, Aku jauh lebih dihargai orang lain, Tapi kenapa Ratna lebih beruntung dariku? Hanya itu yang selalu ada di dalam kepalanya. Persaingan terhadap Ratna, dan menjatuhkan diri ke lembah sesat. Tidak peduli memiliki pria yang mencintainya, anak-anak yang pat
Rina yang syok dikeluarkan secara tidak hormat oleh Fendi, pria yang sudah melakukan sumpah setia kepadanya, balas dendam dengan mendukung Edwin. Tapi tidak disangka, Edwin meninggal terlalu cepat serta meninggalkan banyak bukti yang cukup memberatkan. Para penguasa yang tadinya mendukung mereka, mulai balik badan, memunggungi. Bertindak seolah tidak mengenal Rina dan lainnya, yang suka rela atau tanpa sadar menjadi boneka para penguasa demi kekayaan dan kejayaan. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa barang-barang aku dikeluarkan dari kantor?"Hendro maju dan menantang Rina. "Sudah cukup main-mainnya, kami akan bertindak sesuai prosedur, sekarang tidak ada yang melindungi kamu lagi, Rina."Rina menampar wajah Hendro.Hendro menerimanya tanpa membalas, lalu mengejek Rina. "Ini tamparan terakhir yang aku terima dari kamu- kamu sudah membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada kami, membuat masyarakat menjadi rugi dan juga kami yang harus kena imbas, akibat dari perbuatan kamu!" Geram
Setelah Fendi sudah mengingat masa lalu dan kucing kecil itu, dia segera menyuruh seseorang untuk mengambil tubuh kucing kecil dan membakarnya hingga menjadi abu.Mungkin bagi orang lain, apa yang mereka lakukan adalah berlebihan tapi- bagi mereka yang sangat menghargai hubungan masa lalu, sangatlah berarti.Bora bicara ke Fendi dengan nada sedih, sambil melihat dua guci abu kecil yang berdampingan. "Kadang kala manusia memberikan saran agar kita harus move on, melupakan masa lalu dan menjalani hidup dengan baik. Bukankah itu berarti kita harus melupakan jasa makhluk yang sudah menolong kita di masa lalu?"Pantas saja ada yang mengatakan seekor anjing diberikan makan selama satu hari, akan mengingat pemberi makan selamanya tapi manusia yang diberikan makan selama satu tahun, akan melupakan penolongnya."Fendi yang berdiri di samping Bora, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya konsep yang kamu bicarakan tidak salah juga, tapi maksudnya bukan begitu.""Lalu harus bagaimana?"
Fendi mengubur kucing kecil itu ke tanah halaman rumah sakit hewan milik keponakannya, menepuk pelan gundukan tanah itu dan bicara dengan nada sedih. "Apakah kamu menyesal diciptakan menjadi hewan oleh Tuhan?" Di Indonesia ada berbagai macam kasus kekerasan hewan yang menimbulkan kematian atau cacat, ada manusia yang tidak peduli dengan kehidupan para hewan yang tidak beruntung dan hanya hidup dalam waktu singkat di dunia ini. Jika di dunia ini, manusia selalu mengeluh karena dilahirkan tidak beruntung- apakah hewan juga? Biar bagaimana pun hewan itu adalah kucing kecil yang menyelamatkan dirinya dari kecelakaan.Fendi menatap sedih kuburan kucing kecil itu sambil mendengarkan laporan dari sekretaris."Saya sudah mendapat informasi dari sopir, bahwa mobil yang anda pakai sudah dipotong jalur rem, sehingga saat anda mengebut- tidak bisa menghentikan mobil. Sopir itu melakukannya atas suruhan pak Edwin."Fendi bertanya ke sekretaris. "Bukankah itu perbuatan bodoh? Si sopir pasti juga
"Kucing kecil, kenapa kamu sendirian di sini? Apakah kamu kelaparan?""Hei, kucing kecil. Apakah kamu sudah kenyang sekarang? Jangan mengikuti aku.""Lihat, kucing kecil. Dulunya itu adalah rumahku, sekarang aku sudah tidak bisa tinggal di sana karena istri menceraikan aku dan hidup bahagia bersama anak-anak. Bukankah kita senasib?"Meong.Kucing kecil itu melihat Fendi yang duduk termenung sedih, melihat sebuah foto."Dia adalah istriku."Meong?"Kami menikah, tidak lama aku keluar dari penjara. Ayahnya minta tolong kepadaku untuk menikah dan menjaganya. Aku tidak bisa menolak, padahal masa depan aku sendiri juga buruk."Meong."Aku tidak bisa menjaga masa depanku sendiri, bagaimana caranya aku bisa menjaga masa depan anak orang lain?"Kucing itu hanya duduk mendengarkan keluh kesah Fendi.Fendi yang bertubuh kurus dan berpenampilan acak, tidak terlihat seperti berasal dari keluarga kaya. Saat ini dia hanya pekerja fisik serabutan, dia sudah kehilangan segalanya dan harga diri tidak