Home / Pendekar / SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API / 79. SERBUK PENGHILANG AKAL

Share

79. SERBUK PENGHILANG AKAL

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2024-10-18 22:10:49

Du Fei mendekat, berpura-pura menyapa dengan ramah, "Wah, bukankah ini Tuan Lin Mo yang terkenal dengan jurus Tinju Selatan? Sungguh kehormatan bisa bertemu calon ketua Bu Tong Pai di sini!"

Lin Mo, yang sudah setengah mabuk, tersenyum lebar. "Hah! Kau mengenalku, anak muda? Tentu saja, siapa yang tidak mengenal Lin Mo yang hebat!"

Du Fei mengangguk sopan, tangannya dengan cekatan menukar sloki arak Lin Mo dengan yang baru. "Tentu saja, Tuan. Bagaimana kalau kita bersulang untuk kehebatan Anda?"

Lin Mo terkekeh mabuk, matanya menyipit saat berusaha memperhatikan wajah pemuda di hadapannya dengan lebih jelas. Ia menyandarkan lengannya pada bahu Du Fei, “Mengapa sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya?”

Du Fei tersenyum dan menjawab cepat, “Kalau Anda pelanggan rumah bordil ini, sudah pasti pernah bertemu denganku,”

Lin Mo manggut-manggut sambil menyeringai lebar, “ah ya-ya kau benar, aku sering sekali kemari mengunjungi nona-nona cantik di sini.”

Tanpa curiga, Lin Mo meneguk arak ya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin misterius
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   80. TOPENG HANTU

    "Ti-tidak, aku tidak butuh pelayanan apa pun!" seru Du Fei mulai panik. Ia berusaha menelan ludah, tenggorokannya terasa kering, "A-aku harus pergi sekarang!"Du Fei mencoba untuk kabur, akan tetapi para wanita itu menghalangi jalannya. Mereka semakin mendekat, aroma wewangian mereka membuat kepala Du Fei pusing."Ayolah, Pemuda tampan," bisik wanita lain di telinganya. "Kau pasti lelah setelah menjahili si Kera Sakti itu, biarkan kami memijatmu."Suasana di Wisma Bunga Peony semakin riuh. Du Fei yang terpojok di sudut ruangan, merasakan jantungnya berdegup kencang saat mereka menggodanya habis-habisan. Keringat dingin membasahi dahi, trauma masa lalu membuatnya lumpuh ketakutan."Ayolah, Tampan," seorang gadis berbisik di telinganya. "Kami bisa membuatmu melupakan semua masalahmu."Tepat saat Du Fei merasa akan pingsan, sebuah suara tegas mengurai kerumunan."Cukup, Anak-Anak! Biarkan tamu kita bernapas!"Para gadis serentak menoleh. Di ambang pintu berdiri Ching-Ching, sang pemilik

    Last Updated : 2024-10-19
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   81. DENDAM HANTU XUN HUAN

    "Lalu aku harus bagaimana?" tanya Ketua Ma, menggosok-gosok keningnya dengan tangan yang berkeringat. Suaranya terdengar putus asa, "Jangan khawatir, Paman!” ujar Du Fei santai, “Aku akan membantumu ... kelicikan harus dibalas dengan kelicikan!" Ia mengedipkan mata dengan jenaka, kilatan nakal terpancar dari matanya yang tajam.Mendengar ini, Ketua Ma merasa sedikit lega. Ia menatap Du Fei dengan pandangan penuh rasa terima kasih bercampur penyesalan. "Kalau saja tak ada dirimu, mungkin aku sudah lama mati. Maafkan bila dulu Paman tak pernah melindungimu hingga kau hanya jadi bulan-bulanan di perguruan kita."Du Fei terdiam sejenak, kenangan masa lalu berkelebat di benaknya. Ia teringat hari-hari sulit ketika ia pertama kali tiba di Bu Tong Pai, seorang anak yatim piatu yang tak memiliki apa-apa selain tekad untuk bertahan hidup. Ejekan, pukulan, dan perlakuan buruk dari murid-murid lain, terutama Lin Mo, masih terasa menyakitkan seperti baru terjadi kemarin."Ah sudahlah, Paman Ma.

    Last Updated : 2024-10-21
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   82. DENDAM HANTU XUN HUAN 2

    Sesaat setelah semua penghuni perguruan tertidur lelap, sesosok bayangan hitam, dengan langkah mengendap-endap, menyusup ke dalam ruang kerja Ketua Ma. Sosok itu tak lain adalah Lin Mo, ia mendekati kotak kas dengan mata bersinar tamak. “He-he-he, si Tua Bodoh Ma lupa mengunci kotak kas. Sebaiknya kuambil saja semua uangnya, dan kubuat seolah-olah Anak Iblis itu yang melakukannya,” Lin Mo menyeringai sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya.Ketika tangan Lin Mo menyentuh tutup kotak yang terbuat dari logam itu, suhu ruangan tiba-tiba menurun drastis. Bulu kuduk murid tertua Bu Tong Pai itu berdiri dengan sendirinya, ia seperti merasakan ada kehadiran sosok lain di ruangan yang memiliki pencahayaan minim itu. "Lin Mo …," sayup-sayup ia mendengar suara yang sangat akrab di telinga,memanggilnya.“Ketua Xun?” Lin Mo meneguk ludah, kepanikan mulai menyerbu hingga kakinya sulit untuk digerakkan. Sekuat tenaga Lin Mo memerangi rasa panik, membalikkan badan perlahan, akan tetapi ia

    Last Updated : 2024-10-22
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   83. MENOLONG GADIS KECIL

    Mentari siang sedang memantulkan kilau keemasan di permukaan sungai ketika Du Fei melompati bebatuan menuju tepi air untuk membasuh muka dan minum. Angin sejuk membelai wajahnya, dan mempermainkan rambutnya yang sebagian dibiarkan tergerai mencapai bahu.Du Fei melepas topeng wajah dan meletakkannya di atas bebatuan yang cukup tinggi sebelum mencuci muka. Setelah selesai, Du Fei duduk di atas batu besar, melepas lelah sambil menikmati pemandangan hijau di sekitarnya.Bibirnya membentuk senyuman puas mengingat serbuk Bayangan Dosa yang ia taburkan di sumur semalam, berhasil membuat Lin Mo berhalusinasi dan mengakui semua kejahatannya, mulai dari memfitnah Du Fei sampai mencuri uang kas perguruan sekian lama hanya untuk bersenang-senang. Kini murid Bu Tong Pai itu diusir dengan tidak hormat, untuk sementara Bu Tong Pai dalam kondisi aman. Paling tidak sampai Tetua Lin kembali.Ketika mengedarkan pandangan ke sekeliling sungai, matanya menangkap sosok mungil di atas batu di tepi sungai.

    Last Updated : 2024-10-22
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   84. MURID YANG BANDEL

    Debu berwarna keemasan menari-nari di dalam sebuah kuil tua yang sunyi. Sinar matahari menembus celah-celah atap genteng, jatuh di atas meja altar usang, menerangi sosok tua yang sedang tertidur dalam posisi miring dengan kepala bertumpu pada tangan kanannyaDa Ye, ketua Partai Pengemis, Kai Pang, mendengkur dengan kerasnya hingga menggema di ruangan kosong, sesekali diselingi igauan tentang ayam goreng dan arak. Jubah lusuh abu-abu penuh tambalan yang ia kenakan, bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya yang teratur.Sekelebat bayangan hitam melintas di ambang pintu. Du Fei, mengintip dari balik pilar kayu yang lapuk. Pemuda itu menyeringai jahil di balik topeng, memperlihatkan deretan gigi putih bersih yang tertata rapi, saat melihat gurunya yang tertidur pulas. Dengan gerakan sehalus kucing, pemuda itu mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya, ramuan gatal-gatal yang ia pelajari dari Chang Su."Maaf, Guru," bisiknya geli seraya meneteskan cairan itu ke ujung tongkat Penggeb

    Last Updated : 2024-10-23
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   85. MEMILIH JALAN HIDUP

    Du Fei duduk bersila di atap kuil, memandang bulan yang bersinar terang. Topeng hitam keemasan tergeletak di sampingnya, memperlihatkan sisik-sisik naga di pipinya yang mengkilap tertimpa cahaya bulan."Mengapa tidak tidur?" Terdengar suara Chang Su menegur dari bawah. "Tidak biasanya kau melepas topengmu, Du Fei!"Du Fei tersenyum tipis. "Aku sedang berpikir, Guru. Tentang pilihan yang kalian berikan tadi pagi."Chang Su melompat dengan ringan ke atas atap, duduk di samping muridnya. "Apakah sekarang kau sudah memutuskan?""Aku merasa ... kedua pilihan itu sama-sama menarik," Du Fei menghela nafas. "Menjadi pejabat dan memberantas korupsi dari dalam, atau mencari Pedang Naga Api dan menjadi pendekar sejati.""Kau tahu," Chang Su menyalakan pipa tembakau di tangannya, "kadang pilihan tidak selalu tentang apa yang paling menarik, tapi tentang apa yang paling sesuai dengan jalan hidupmu."Du Fei mengusap sisik di pipinya. "Dulu, Guru pernah mengatakan sisik ini mungkin pertanda. Apa mak

    Last Updated : 2024-10-23
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   86. MISTERI KEMATIAN MURID HOA MEI

    "Dasar anak itu," gerutu Da Ye, masih menggaruk punggungnya. "Sampai detik terakhir pun masih sempat menjahili kita."Chang Su terkekeh di tengah rasa gatalnya. "Setidaknya kita tahu dia pergi dengan hati senang."“Kau selalu saja membela bocah tengik itu!” omel Da Ye lagi, “ayo cepat ambilkan obat penawarnya!”Kedua pria tua itu bergegas menuju ke pondok sambil bergantian menggaruk punggung dan lengan rekannya. Sementara itu Du Fei memulai perjalanannya ke Gunung Huolong dengan penuh semangat.Tiba-tiba ia meraba sesuatu dari dalam kantung lengan bajunya, manisan berbentuk boneka wanita. Ia pun teringat akan janjinya pada gadis kecil, Yao Chen.“Sebaiknya aku mampir dulu ke Hoa Mei untuk menyerahkan manisan boneka ini pada ibu Yao Chen sebelum pergi ke Gunung Huolong,” pikir Du Fei. Kaki-kaki pemuda bertopeng itu melangkah ringan di jalan setapak saat berbelok menuju Gunung Ermei.Senja baru turun ketika Du Fei memasuki kedai teh di kaki Gunung Ermei. Kedai sederhana itu hanya memilik

    Last Updated : 2024-10-24
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   87. KEMBALI DIJEBAK

    Rembulan mengintip malu-malu dari balik awan ketika Du Fei menyelinap masuk ke dalam biara Hoa Mei. Langkahnya seringan kapas, tak menimbulkan suara sedikitpun di lantai kayu yang sudah tua.Pemuda itu telah mengantongi informasi keberadaan Xiao Lin saat mencuri dengar percakapan dua murid Hoa Mei yang kebetulan membicarakan tentang ibunda Yao Chen itu.Di tengah aula yang remang-remang, seorang wanita berjubah abu-abu berlutut menghadap altar, tubuhnya bergerak seirama dengan doa yang dibacakan. Du Fei tersenyum lega di balik topengnya, akhirnya ia menemukan Xiao Lin.Dengan hati-hati, ia menghampiri biksuni yang tengah berlutut membelakanginya dengan hati-hati."Nona Xiao," Du Fei mengulurkan tangan menyentuh pundak wanita itu, namun kata-katanya terputus oleh kilatan dingin pedang yang melesat ke arah lehernya.Du Fei memiringkan tubuh, menghindar dalam sepersekian detik. Ujung pedang hanya berhasil merobek lengan jubahnya. Matanya membelalak kaget, di hadapannya yang berdiri dengan

    Last Updated : 2024-10-25

Latest chapter

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   256. MIMPI BURUK

    Udara dingin menampar wajah Du Fei saat ia tersentak bangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi kening dan punggungnya, napasnya terengah-engah seolah baru saja berlari berkilo-kilometer. Di depan matanya masih terbayang fragmen-fragmen mimpi buruk yang baru saja menghantuinya.*Naga hitam raksasa terbang di atas istana yang terbakar. Jeritan-jeritan memilukan. Darah mengucur seperti sungai di halaman istana. Du Fei berdiri di tengah kekacauan, memegang pedang yang meleleh di tangannya, tak berdaya menghadapi kehancuran total.*"Hanya mimpi," bisiknya pada diri sendiri, mengusap keringat di dahinya. "Hanya mimpi buruk."Namun, perasaan cemas tidak bisa dihilangkan begitu saja. Tiga malam berturut-turut ia bermimpi serupa—semua tentang kehancuran kerajaan, tentang kematian dan pengkhianatan.Du Fei beranjak dari pembaringannya yang sederhana, menatap keluar jendela kamar kecilnya di Benteng Bumi. Langit masih gelap, penuh bintang. Hamparan padang pasir membentang luas di kejauhan,

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   255. TERLAMBAT UNTUK MERUBAH RENCANA

    Di singgasana, di kursi yang biasa ditempati raja Yu Ping, Qi Lung duduk dengan sikap angkuh. Mengenakan jubah kebesaran berwarna biru tua dengan sulaman naga emas, ia tampak seperti raja muda yang baru dinobatkan.Di hadapannya, beberapa menteri dan pejabat tinggi berlutut dalam barisan rapi, wajah-wajah mereka menunduk dengan campuran rasa takut dan bingung. Sudah tiga hari Raja Yu Ping tidak muncul di aula penghadapan, dan Qi Lung dengan mudah mengambil alih tanpa perlawanan berarti."Laporan dari perbatasan utara, Yang Mulia," Mentri Wei membacakan gulungan yang dibukanya. "Hasil panen tahun ini diperkirakan akan meningkat dua puluh persen dari tahun lalu. Gudang-gudang beras kita akan penuh hingga musim dingin."Qi Lung mengangguk puas. "Kabar baik. Pastikan pasokan beras didistribusikan dengan baik ke seluruh wilayah.""Dan mengenai perjanjian dagang dengan Kerajaan Ming di timur," lanjut Mentri Wei, membuka gulungan lain. "Mereka mengajukan proposal untuk menurunkan pajak perda

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   254. KETAKUTAN QI LUNG

    Di istana, Raja Yu Ping terbaring gelisah di pembaringannya. Mimpi-mimpi buruk terus menghantui tidurnya—bayangan wajah-wajah yang menderita, jeritan-jeritan yang tak terdengar, dan sosok naga hitam yang mengintai dari kegelapan."Zhen Yi…," sang Raja mengigau, keringat dingin membasahi dahi. "Di mana... kau?"Xiao Lan, yang duduk di samping tempat tidur, mengelap keringat raja dengan kain lembap. Ekspresinya kosong, matanya hampa seolah jiwanya tidak hadir di sana.Pintu kamar terbuka perlahan, dan Qi Lung melangkah masuk. Ia mengenakan jubah tidur mewah berwarna biru tua dengan sulaman emas, tapi wajahnya tampak segar seolah belum akan tidur dalam waktu dekat."Bagaimana kondisinya?" tanya Qi Lung lirih, mendekati tempat tidur ayahnya."Masih sama," jawab Xiao Lan datar. "Racunnya bekerja seperti yang direncanakan. Ia terus bermimpi buruk, membuatnya tidak bisa beristirahat dengan tenang."Qi Lung mengangguk puas, "Sempurna. Sekarang di mana Yun Hao? Aku tidak melihatnya sejak sore

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   253. MENEMUI LIAN XI

    Hujan rintik-rintik membasahi jalanan kotaraja saat Yun Hao memacu kudanya menyusuri lorong-lorong sempit yang menjauh dari istana. Matahari nyaris terbenam sepenuhnya, menyisakan semburat oranye keunguan di langit barat. Ia mengenakan jubah hitam sederhana dengan tudung menutupi kepalanya—bukan pakaian yang biasa dikenakan seorang pangeran, tetapi sempurna untuk seseorang yang ingin bergerak tanpa menarik perhatian.Di belakangnya, istana megah dengan atap-atap merahnya berdiri angkuh, semakin mengecil seiring jarak yang ia tempuh. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Yun Hao merasa istana bukan lagi rumahnya—bukan lagi tempat yang aman. Sejak Qi Lung mengambil alih kekuasaan, dinding-dinding istana seolah menyimpan mata-mata di setiap sudutnya.Yun Hao membimbing kudanya memasuki wilayah kota yang lebih tua, di mana bangunan-bangunan kayu berjejer rapat dan papan-papan nama toko bergoyang tertiup angin malam. Jalanan semakin sepi, hanya beberapa pedagang yang sedang membereskan dag

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   252. Kekecewaan Yun Hao

    Matahari sudah mulai terbenam saat kereta tahanan berhenti di sebuah pos jaga di perbatasan antara wilayah hijau dan gurun pasir. Para pengawal menurunkan Zhen Yi, yang kakinya terasa kaku setelah seharian duduk di kereta yang sempit."Kita akan bermalam di sini," kata komandan pengawal. "Besok pagi-pagi sekali kita akan melanjutkan perjalanan ke Istana Pasir."Zhen Yi mengangguk. Ia tidak melihat gunanya melawan atau mencoba melarikan diri. Enam pengawal bersenjata lengkap mengawalnya, dan tidak ada tempat untuk bersembunyi di padang pasir yang terbentang luas di hadapannya.Komandan pengawal, seorang pria setengah baya, menatap Zhen Yi dengan ekspresi antara iba dan "Anda akan ditempatkan di kamar belakang, Pangeran," katanya, suaranya terdengar sedikit lebih lunak. "Tidak terlalu nyaman, tapi setidaknya lebih baik daripada sel tahanan.""Terima kasih," jawab Zhen Yi tulus. "Bolehkah tanganku dilepaskan? Sudah hampir sehari penuh terikat, dan aku tidak merasa nyaman."Komandan tamp

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   251. SAUDARA YANG TELAH BERUBAH

    Kereta tahanan bergerak lambat meninggalkan gerbang kota, roda kayunya berderit membelah jalanan berbatu. Di dalam kereta, Zhen Yi duduk bersandar pada dinding kayu yang kasar, tangannya masih terikat di belakang punggung.Melalui celah kecil di jeruji jendela, ia melihat kotaraja yang semakin mengecil di kejauhan—istana megah dengan atap-atap merah dan dinding putih yang selama ini menjadi rumahnya. Semua kenangan, semua kehidupannya, kini hanya tinggal titik kecil di cakrawala. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk."Kenapa, Qi Lung?" bisiknya pada diri sendiri. "Apa salahku padamu?"Kereta berguncang keras saat melewati lubang di jalan, membuat Zhen Yi terlempar ke depan. Pengawal yang duduk di ujung kereta menatapnya tanpa ekspresi, seolah membawa seorang pangeran ke pembuangan adalah tugas biasa."Bisakah tanganku dilepaskan?" tanya Zhen Yi dengan suara tenang. "Aku tidak akan kabur."Pengawal itu mendengus. "Maaf, Pangeran. Perintah langsung dari Pa

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   250 HUKUMAN PENGASINGAN

    Di antara para pejabat, beberapa mulai berbisik-bisik. Beberapa menunjukkan ekspresi ragu, sementara yang lain tampak terkejut dan kecewa."Siapa yang menjebakmu, Pangeran Zhen Yi?" tanya Menteri Wei dengan sikap hati-hati. "Dan untuk tujuan apa?"Sebelum Zhen Yi bisa menjawab, terdengar keributan di luar aula. Suara teriakan dan hentakan langkah kaki saling bersahutan."Aku ingin masuk! Lepaskan aku!" Suara Yun Hao terdengar dari balik pintu. "Aku berhak menghadiri pengadilan saudaraku!""Lanjutkan sidang!" perintah Qi Lung dengan tenang. "Pengawal, pastikan tidak ada gangguan dari luar!"Suara keributan terus berlanjut beberapa saat sebelum akhirnya mereda—tanda bahwa Yun Hao telah berhasil disingkirkan dari area tersebut."Kau tidak bisa melakukan ini, Qi Lung," kata Zhen Yi, matanya menatap lurus ke arah saudaranya. "Ayah akan mengetahui kebenaran. Semua orang juga akan tahu bahwa aku tidak bersalah."Qi Lung tersenyum tipis. "Ayahanda sedang sakit parah, Adikku. Dan sulit dipasti

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   249. PENGADILAN UNTUK ZHEN YI

    Qi Lung berdiri di depan cermin besar yang terbuat dari perunggu mengkilap. Jari-jarinya yang panjang merapikan jubah kebesaran kaisar berwarna emas dengan bordiran naga hitam—jubah yang seharusnya hanya dikenakan oleh Raja Yu Ping. Ia menarik napas dalam-dalam, menikmati sensasi kain sutra berkualitas tertinggi yang menyentuh kulitnya, serta beban mahkota raja yang terasa pas di kepalanya."Apakah semuanya sudah siap?" tanya Qi Lung tanpa menoleh ke belakang, tatapannya masih terpaku pada refleksi dirinya di cermin.Kasim kepala membungkuk dalam-dalam. "Sudah, Yang Mulia. Aula Keadilan Langit telah disiapkan sesuai perintah. Para menteri dan pejabat tinggi telah dikumpulkan.""Dan tahanan kita?""Pangeran Zhen Yi sedang dibawa ke aula. Ia masih... belum sepenuhnya sadar, Yang Mulia."Senyum tipis tersungging di bibir Qi Lung. "Sempurna." Ia berbalik, merapikan sedikit lagi jubahnya. "Dan pastikan tidak ada yang menginterupsi sidang hari ini. Terutama Pangeran Yun Hao.""Hamba menger

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   248. SINGA YANG TAK BERDAYA

    Kabut tipis melayang di atas taman istana, menyelimuti paviliun-paviliun dan kolam teratai dalam kehampaan pagi yang sunyi. Tidak ada kicauan burung, tidak ada bisikan angin—seolah seluruh istana menahan napas, menunggu dalam kecemasan. Para dayang dan kasim berjalan hampir tanpa suara di sepanjang koridor yang mengarah ke paviliun tempat Raja Yu Ping terbaring sakit.Di dalam kamar utama yang luas, hawa dingin menyelinap melalui celah-celah jendela meskipun beberapa tungku pemanas telah dinyalakan. Tirai-tirai sutra merah keemasan menutupi jendela, membuat ruangan temaram meski matahari sudah merangkak naik di langit pagi. Di atas pembaringan megah berlapis sutra, Raja Yu Ping terbaring lemah. Wajahnya yang biasanya tegas dan berwibawa kini pucat, dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang tertutup. Napasnya berat dan tidak teratur, kadang tersengal seolah setiap tarikan udara membutuhkan usaha besar. Keringat dingin membasahi dahinya meskipun udara di ruangan terasa sejuk.Di sam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status