Beranda / Rumah Tangga / STATUS WA SUAMIKU / Kejutan yang Menyakitkan!

Share

STATUS WA SUAMIKU
STATUS WA SUAMIKU
Penulis: Cahaya Senja

Kejutan yang Menyakitkan!

Penulis: Cahaya Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-13 19:33:14

#STATUS_WA

"Ciieee, yang sekarang lagi hamil. Mukanya makin bersinar aja nih, bumil yang satu ini."

"Iya dong, biasanya kalo lagi hamil auranya terlihat berbeda. Uhuy, nggak nyangka sebentar lagi kita bakalan dapat keponakan dong nih ya."

"Iya nih, nggak sabar banget ngelihat ponakan kita."

"Jangan lupa kalo cewek pakai nama aku depannya. Soalnya nama aku paling bagus sejagat raya."

"Kalo cowok, em pakai nama pacar aku deh. Soalnya cakep juga."

"Lah, kok pacarmu. Nama ayahnya dong, kan yang bikin ayahnya bukan pacarmu. Dasar aneh!"

Mereka lalu tertawa secara bersamaan, membuat aku yang baru datang mengernyitkan dahi seperti orang yang b*doh.

Jujur saja, saat ini aku sedikit heran sekaligus bingung dengan arah pembicaraan mereka. Mengapa mereka berbicara saat aku baru saja sampai di kafe yang sudah mereka janjikan.

Hari ini Nandini, sahabatku mengajak untuk aku datang ke alamat yang sudah diberikannya.

Ia bilang untuk saling bersilaturahmi kembali, sekaligus melepas rindu yang ada saat ini.

Aku yang memang sudah merindukan teman-temanku, lalu mengiyakan ucapan mereka. Setelahnya bergegas untuk berangkat, tak sabar menjumpai teman-teman lamaku.

Namun sayang, sambutan yang mereka membuatku heran bahkan terkejut tak tau harus berperilaku bagaimana. Mereka tiba-tiba saja menyambutku dengan tawa dan gosip tentang orang hamil. Seakan-akan disini aku sedang membawa kebahagiaan untuk mereka yang berada di sini. Tatapan mereka pun seperti sedang menginterogasi aku yang baru saja duduk di kursi yang telah disiapkan mereka.

"Kira-kira kamu maunya cewek apa cowo, Ra?" tanya Nandini padaku.

Deg!

Kaget, tentu saja! Aku tak mengerti hal ini. Kuangkat kedua alisku, seolah-olah memberikan isyarat padanya, tentang apa yang sedang ia bahas saat ini.

"Apanya?" tanyaku balik karena tak ada mendapat respon baik dari Nandini. Ia malah semakin berbicara dan membahas hal yang benar-benar tak kumengerti.

Namaku Aralita. Saat ini usiaku 27 tahun, pekerjaanku sebagai pengelola butik. Lepas dari itu aku juga sebagai ibu rumah tangga.

Suamiku bernama Jaka Wijaya, jarak antara usiaku dan suami tak terlalu jauh.

Namun, kami memiliki cinta dan kasih yang sangat besar.

Untuk baby, aku masih belum mempunyai anak. Namun aku berharap secepatnya untuk memilikinya.

"Ck! Nggak usah pakai hilang ingatan deh," ucap Nandini dengan wajah yang kesal. Namun juga seperti sedang menahan senyumnya.

"Ah, Nandini kayak nggak tau aja. Dia itu kayaknya mau bikin kejutan buat kita semua, tapi malah keduluan sama kamu yang ngasih tau kita," tutur Cantika, lalu diikuti tawa yang lainnya.

"Hilang ingatan gimana? Aku emang nggak ngerti arah pembicaraan kalian, sumpah!" tegasku lagi sambil mengangkat kedua bahu. Nandini mendelik.

"Hah?!" Mereka berteriak bersamaan, aku langsung menutup telinga. Apa-apaan sih lebay banget, pikirku.

"Berisik ah," ucapku pada mereka. Melihat tatapan mereka. Aku mengangkat sebelah alisku.

"Kenapa, ada yang salah sama ucapanku?" tanyaku pada mereka semua yang saat ini menatapku dengan tatapan yang bisa diartikan.

"Seriusan nih, kamu sama sekali nggak tau dengan apa yang sedang kami bahas sekarang?" tanya Nandini padaku.

"Nggak lah, orang nggak dikasih tau." Aku menjawab seraya menyeruput minumanku.

"Ara, kamu gila ya! Kan seharusnya kamu sedang berbahagia saat ini, kamu lagi hamil 'kan sekarang?" tanya Ina padaku.

"Siapa yang hamil? Aku masih belum hamil, mungkin Tuhan belum menitipkan makhluk kecil dalam rahimku. Saat ini aku tidak sedang berbadan dua," kataku sambil menatap serius pada mereka semua.

"Seriusan?" tanya Nandini dan Cantika secara bersamaan.

"Demi cintaku padamu, aku serius!"

Puk!

Lenganku dipukul pelan oleh Nandini. Ia menatapku seperti ingin melahapku.

"Status laki lu di Wa tuh kaya lagi bahagia banget tau nggak." Nandini berbicara dengan cepat, tapi masih bisa kucerna.

"Bahagia kenapa?" Aku bertanya kepadanya. Rasa penasaran tiba-tiba menghampiriku. Bahagia bagaimana maksudnya.

"Nih kamu lihat sendiri," ucapnya lalu menyerahkan ponselnya padaku. Kuraih ponsel yang diberikan Nandini padaku, sebelum melihatnya aku memutar bola mata malas.

Niatnya ingin bertukar rindu, malah dihebohkan dengan berita hoax yang diberikan Nandini.

Diponsel tersebut terdapat 4 gambar yang di screenshot. Gambar itu pun hanya berupa sebuah tulisan.

"Aku bahagia bersamamu."

"Terimakasih untuk malaikat kecil yang sudah kau hadirkan."

"Semoga jagoanku dan ibunya sehat selalu."

"Anakmu, anakku juga."

Aku melihat pemilik status itu dan ternyata pemiliknya adalah Mas Jaka! Suamiku, imam dalam rumah tanggaku. Apa maksud dari status Mas Jaka.

Anak siapa? Padahal jelas-jelas aku sedang tidak hamil, lalu anak siapa yang saat ini ia maksudkan. Kenapa aku tidak tau tentang ini semua.

Nafasku memburu, sesak rasanya rongga dadaku kini. Sebisa mungkin aku menahan agar tak menangis.

Nandini sepertinya mengerti dengan keadaan yang saat ini berubah menjadi tegang, begitupun temanku yang lainnya.

Mereka menguatkan aku, aku hanya diam menatap layar ponsel di depanku. Aku belum bisa memastikan apakah ini benar-benar Mas Jaka atau bukan. Namun dari profilnya iya, itu adalah fotonya.

Lalu, mengapa statusnya tak ada masuk di tempatku, apakah aku memang sengaja diprivasi olehnya atau ... argh! Perasaanku semakin tak karuan memikirkan itu semua.

"Boleh aku meminta hasil tangkapan layarmu ini," ucapku lirih. Rasanya untuk sekadar bersuara pun sangat susah. Rasa sesak di dada mendera begitu saja.

Entahlah, sedih yang mendalam itu yang kurasakan. Aku dan Mas Jaka sudah menikah 3 tahun lebih, aku ingin melakukan program ibu hamil. Namun dilarang oleh Mas Jaka, dia bilang ditunda dulu. Karena ia masih ingin menikmati masa-masa indah bersamaku, dan merasakan seperti layaknya orang yang sedang berpacaran.

Setelah kupikir-pikir, mungkin apa yang dikatakan Mas Jaka ada benarnya. Lagipula, jika sudah mempunyai anak mungkin kami akan lebih sedikit untuk meluangkan waktu sekedar untuk bergurau.

Lagian umur pernikahan kami juga masih belum terlalu lama. Jadi tak apa jika ditunda-tunda. Aku memaksa ingin memiliki anak, tetapi dia selalu beralasan seperti itu. Mau tak mau, aku harus memendam keinginan yang selama ini kuimpikan.

Terus maksud statusnya ini apa? Kenapa ada bawa-bawa nama jagoan. Apakah dia memiliki perempuan lain di luaran sana. Jika iya, begitu tega dan jahatnya Mas Jaka padaku. Pikiranku saat ini benar-benar tak bisa diajak untuk berkompromi.

"Okee, aku kirim ya." Nandini lalu mengirim foto itu ke ponselku. Lamunanku buyar, berganti dengan rasa gelisah yang sulit untuk dikendalikan. Teman-teman yang lainnya mencoba memberikan nasehat-nasehat mereka.

Aku hanya mengangguk mengiyakan, walau sebenarnya perkataan mereka hanya masuk telinga kanan, kemudian keluar di telinga kiri. Sama sekali tak dapat kucerna dengan baik.

Aku lalu pamit untuk pulang ke rumah setelah mendapatkan apa yang aku mau.

Kupacu mobil hadiah pernikahan dari Mas Jaka dengan kecepatan sedang. Sedih campur kecewa itu yang kurasakan sekarang.

****

Sesampainya di rumah, aku langsung membuka tas besar. Kumasukkan baju-baju ke dalamnya. Tak lupa segala alat keperluan yang harus dibawa.

Kunci rumah ku gantung di paku dekat pintu. Aku membereskan baju dengan air mata yang berderai. Sekuat apapun aku, jika menyangkut masalah hati pasti akan menangis juga.

Kebetulan di luar sedang hujan, aku tak perduli. Biarlah, aku akan tetap membereskan baju-baju ini.

Saat sedang asik membereskan tiba-tiba masuk pesan dari Nandini.

Dan itu adalah video Jaka sedang bergandengan tangan dengan perempuan hamil. Sepertinya mereka pergi ke dokter kandungan. Ah, Nandini benar-benar sahabatku yang sigap.

[Aku baru saja melihat status Jaka yang ini. Dia mempostingnya tiga belas menit yang lalu, Ra,] tulis Nandini yang hanya kubaca saja. Ternyata benar Mas Jaka sudah bermain api di belakangku.

Tak kubalas pesan yang dikirimkan Nandini. Aku masih membereskan baju. Saat sudah selesai aku berjalan lunglai menuju pintu.

Kubuka pintu perlahan, kulempar tas yang berisi pakaian itu. Lalu kututup pintu rumah dengan kasar, dan menguncinya rapat-rapat.

"Selamat tinggal, Mas. Biar aku yang mengalah. Pergilah bersama selingkuhanmu. Semua kesalahanmu akan kumaafkan, tapi tidak dengan perselingkuhan." Aku berucap sambil menepuk-nepuk dada yang sesak.

Untung saja sebelum ini terjadi aku sudah sigap. Rumah, mobil, dan toko butik sudah beralih menjadi namaku. Dan tentu saja, surat itu sudah kusimpan dengan aman.

"Selamat menikmati kehidupan barumu, Mas." Aku tersenyum, lalu menghapus air mataku dengan kasar.

Next?

Bantu vote cerita saya yaa. Terima kasih semuanya, kalian sehat selalu. Jangan lupa untuk follow juga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
FLO HEART STONE SENJA
okey cerita bagus sy suka karya"kk......
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
bagus jangan bodoh untuk meratap lama kalau dia pulang jangan bukain pintu pura-pura tidur
goodnovel comment avatar
Fathiyah Assegaf
memang diduakan sangat sekali bagi wanita dan tdk bs di maafkan lebih baik bercerai karena masih byk lelaki yang baik di luar sana
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • STATUS WA SUAMIKU   End!

    ***"Ini anak kita, Ara," jawab Jaka yang berbicara sendiri dengan dinding rumah sakit jiwa.Setelah hampir 8 bulan lamanya, Jaka divonis memiliki kelainan. Dia sekarang seperti orang gila yang berbicara sendiri."Aku di samping, anak kita di tengah, kamu di samping aku. Hihi," ucap Jaka yang masih tertawa dan berbicara sendiri. Kadang Jaka juga seperti orang yang sedih, menangis, lalu marah."Apa tidak ada cara yang lebih praktis agar anak saya segera sembuh?" tanya Sang Papa yang merasa hampir putus apa melihat Putra satu-satunya sekarang berada di rumah sakit jiwa. "Untuk saat ini masih diusahakan, Pa. Kami masih membantu dia untuk sedikit demi sedikit menjadi lebih baik lagi, hanya saja Pak Jaka sekarang sulit sekali diajak berkomunikasi. Kadang jika wajtunya tidur, kami ada pemeriksaan Pak Jaka masih saja bermain-main dengan bayangannya seolah-olah itu adalah ia dan kekasihnya.""Sebenarnya kami merasa berat untuk menyampaikan ini, Pak. Sepertinya Pak Jaka ini depresi berat karen

  • STATUS WA SUAMIKU   Raga tanpa Jiwa

    Sesampainya di rumah setelah mengucapkan salam, Reza langsung berlalu pergi tanpa menghiraukan orang tuanya yang menatap penuh dengan keheranan karena tak biasanya putra mereka bersikap seperti itu.Pandangan mereka kini beralih pada Ara yang juga masuk ke dalam rumah terlihat sangat lesu, tak seceria saat berangkat tadi."Abangmu kenapa?" tanya sang Ibu saat Ara baru saja mendudukkan diri di sofa."Patah hati, Bu. Ditinggal nikah sama Nandini," ujar Ara pelan. Mereka berdua lalu terdiam dan saling menatap dalam."Sudahlah, biarkan dulu abangmu sendiri menenangkan dirinya. Mungkin dia hanya terkejut karena wanita idamannya sebentar lagi menjadi milik orang lain." Faisal mencoba memberikan ketenangan karena melihat raut wajah khawatir dari dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya."Ara takut Abang melakukan hal yang nekat," ujarnya sambil memainkan jari."Seperti apa?""Hah?""Maksudmu seperti apa hal nekat itu, Nak?" tanya Faisal lagi sambil menatap dalam sang putri."Bunuh diri

  • STATUS WA SUAMIKU   Perjodohan yang Menyakitkan!

    Sepanjang jalan Nandini hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan suara. Air matanya hanya dibiarkan jatuh begitu saja membasahi pipi."Apa yang kau tangisi?" tanya Gibran dingin, tak suka melihat tingkah Nandini yang menurutnya begitu berlebihan."Cengeng!" ejeknya lagi. Nandini hanya diam tak menjawab sepatah kata pun dari Gibran yang menyebalkan."Percuma saja kau menangis, tak akan bisa mengubah segalanya. Seminggu lagi pernikahan kita, persiapkan dirimu untuk itu semua." Gibran berbicara tanpa menoleh sedikit pun pada Nandini."Bisa kita hentikan semuanya. Kamu dan aku tidak saling mencintai, bahkan kita memiliki pasangan masing-masing. Ayo kita sepakat untuk menolak perjodohan yang menyakitkan ini, Gibran," ucap Nandini memohon pada Gibran agar ia mengubah keputusan untuk menikah dengannya."Aku tidak mau!" tegas Gibran."Kenapa, bukankah kita tak saling mencintai. Bukankah kamu sudah bilang, semua ini dilakukan hanya untuk mengembangkan perusahan dan memberi peruntungan bagi orang

  • STATUS WA SUAMIKU   Tentang Cinta Kita?

    Tentang cinta kitaSaat sedang duduk bersantai di kafe, mata Nandini tak sengaja menatap seseorang yang sudah ditunggunya dari tadi. Tiba-tiba perasaan sesak mendera dirinya saat tak sengaja menatap sosok lelaki yang pernah memberikan warna dalam kehidupannya.“Kamu terlihat lebih bahagia saat tidak bersama denganku,” kata Nandini dengan senyum yang samar. Dari jauh Ara melambaikan tangannya pada sosok sahabat yang selama ini sudah ditunggu olehnya.Nandini balas melambaikan tangannya pada Ara. Lalu, tak berapa lama Ara dan Reza sekarang berada di depan Nandini. “Hey, apa kabar?” tanya Ara langsung memeluk Nandini dengan penuh rasa rindu.“Aku baik, bagaimana denganmu, Ara?” tanya Nandini balik. Ia menatap Ara dari atas hingga bawah. Begitu takjub dengan penampilan Ara yang sekarang.“Kamu semakin cantik dengan penampilanmu yang sekarang.” Nandini memegang lengan Ara.“Ma Syaa Allah, alhamdulillah aku baik, Nan. Terima kasih atas pujiannya, aku langsung meleyot dengar pujian yang kamu

  • STATUS WA SUAMIKU   Penyakit yang Mematikan!

    Ina menangis tersedu menatap wajah Yose yang memucat. Ia memegang tangan sang anak, berharap dapat menyalurkan energi hangat padanya."Kenapa semua ini bisa menimpamu, Nak. Astaghfirullah, perbuatan apa yang sudah kamu lakukan, sampai-sampai Allah SWT memberikan hukuman yang begitu berat untukmu," ujar Ina mencium punggung tangan Yose berkali-kali.Ia benar-benar terkejut mengetahui bahwa sang anak tidak akan bisa kembali seperti semula lagi. Bahkan bisa juga karena salah satu masalah ini Yose akan mengalami frustasi hingga membuatnya gila.Ina tidak tahu bagaimana pergaulan Yose selama di kota. Bahkan, Ina pun tak tahu bahwa Yose menjadi simpanan om-om besar dan juga orang ke tiga dalam rumah tangga orang lain.Di kampung, Ina tak pernah berhenti mendoakan yang terbaik untuk putrinya. Berdoa agar Allah SWT menjaga putrinya di mana pun ia berada.Namun sayang, seribu kali sayang. Ia harus menelan saliva pahit saat mengetahui bahwa kehidupan Yose jauh berbanding terbalik dengan apa yan

  • STATUS WA SUAMIKU   Antara Hidup dan Mati

    "Dek, are you ok?" tanya Eza saat melihat Ara yang daritadi hanya menundukkan kepalanya."Ara baik-baik aja, kok. Ya sudah, kalo gitu Ara mau istirahat di kamar saja, capek!" ucap Ara berniat segera berlalu pergi dari ruang tengah ini."Dek, sebentar duduk dulu. Ada yang ingin Abang bicarakan padamu," ucap Eza sambil menatap manik mata milik Ara.Ara lalu memilih untuk duduk kembali ke sofa dan menatap abangnya dengan raut wajah yang tak dapat diartikan."Kenapa, Bang?" tanya Ara sedikit penasaran."Bagaimana dengan rencanamu yang ingin pergi ke London, apakah jadi?" tanya Eza pada Ara yang terlihat bingung memikirkan sesuatu."Sepertinya enggak jadi, Bang. Lagipula Ara kan udah dapat kerjaan, Nandini yang merekomendasikan tempat kerja itu pada Ara. Jadi, mungkin sekarang akan fokus pada pekerjaan itu saja," ucap Ara setelah menimbang-nimbang untuk memutuskan."Baiklah. Apapun keputusanmu, Abang setuju saja. Selagi itu dalam hal baik dan positif, oh ya satu lagi. Kamu tidak perlu terl

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status