แชร์

Main Halus Solusinya!

ผู้เขียน: Cahaya Senja
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-09-13 19:49:16

"Selamat menikmati kehidupan barumu, Mas." Aku tersenyum, lalu menghapus air mataku dengan kasar.

Walaupun begitu, tetap saja terasa sesak nafasku ini. Entah mengapa rasanya aku tak percaya, bisa-bisanya Mas Jaka berselingkuh dengan wanita lain lalu menanam benih ke rahim wanita itu. Sedangkan padaku yang jelas-jelas pasangan halalnya, ia malah melarangku untuk segera memiliki seorang anak.

Apa ini?

Apa yang dia inginkan sebenarnya. Mengapa Mas Jaka menyiksaku dengan begitu menyakitkan, tak pernahkah ia memahami sedikit saja bagaimana perasaanku saat memohon padanya agar secepatnya memiliki momongan.

Aku berdiri lalu masuk ke kamar, kupatut diriku di cermin. Aku masih terlihat cantik, tak ada kerutan di wajahku. Masih sama seperti dahulu saat Mas Jaka meminang di hadapan orang tuaku.

Bahkan dia dulu bersumpah akan setia bersamaku. Lalu, apa yang saat ini kulihat, dia sedang menggandeng perempuan lain dan perempuan itu sedang hamil. Apakah dia ingin bermain-main dengan sebuah pernikahan.

Aku tersenyum getir, bagaimana mungkin suami yang selama ini kubanggakan malah membuatku terluka begitu dalam. Dia yang tak ingin memiliki anak, lalu kenapa sekarang aku harus mendengar berita yang tak enak.

Aku menghela napas, menariknya dalam-dalam dan mengembuskannya dengan kasar. Berkali-kali kulakukan cara itu, hanya untuk membuat nafasku kembali normal.

Namun, usahaku rupanya hanya sia-sia, karena sesak itu sama sekali tak kunjung sirna.

Ting!

Bunyi notifikasi W******p masuk ke ponselku. Kutatap nanar layar ponsel itu.

Nandini:

[Apa kau baik-baik saja]

Kubaca dengan saksama pesan yang baru saja dikirimkan Nandini. Lalu mengetikan kalimat.

'Aku baik-baik saja,' balasku. Singkat saja, karena tak ada lagi kata yang bisa menggambarkan bagaimana kekecewaan yang saat ini sedang kurasakan.

Ragaku mungkin sekarang memang terlihat sedang baik-baik saja, tapi jiwaku. Ah, entahlah harus berapa kali kujelaskan, bahwa disini aku benar-benar sangat terluka.

Apa-apaan ini, mengapa aku terlihat seperti orang linglung! Untuk apa aku menangisi hal yang tak berguna. Hal yang bisa saja membuatku menjadi jatuh sejatuh-jatuhnya.

Aku tak ingin Mas Jaka menari di atas tangisanku. Aku pastikan dia akan menyesal karena telah melakukan ini semua padaku yang jelas-jelas sangat mencintainya.

Jika aku terus menangis dan sampai memohon padanya, yang ada dia akan semakin leluasa untuk memperlihatkan penghianatannya. Itu tak akan terjadi, dan sampai kapanpun tak akan kubiarkan itu terjadi!

Bohong! Bohong jika aku tak cinta padanya, jelas-jelas disini rasa cintaku lebih besar dari kecewa.

Namun sekarang, bukan saatnya mengedepankan perasaan tapi harus menggunakan akal pikiran.

Aku bergegas kembali ke depan, lalu mengambil tas yang berisi pakaian Mas Jaka. Kututup kembali pintu, kukunci rapat-rapat. Lalu membereskan kembali pakaiannya ke dalam lemari.

Aku tak boleh terlalu gegabah, bukti-bukti harus terkumpul dengan kuat. Aku masih muda, harus bisa mengendalikan suasana. Lagipula, aku tak ingin terbuang sia-sia menjadi seorang janda.

Seandainya dia meninggalkanku, aku akan pergi sebagai wanita terhormat yang tak akan mengharap belas kasihan yang akan ia berikan serta dari tatapan julid orang-orang nantinya.

Jika aku membiarkannya pergi hari ini, berarti aku memberikannya lampu hijau, dan tentu saja dia akan bahagia untuk itu.

Oh, tentu tidak semudah itu! Jika dia benar-benar berselingkuh, sekali lagi kutekankan maka aku akan membuatnyamenyesal, sangat menyesal!

Sungguh lelah badan ini, baru tadi pagi aku merasakan kecupan hangat di dahiku dan sekarang harus merasakan perih karena penghianatan yang sudah ia berikan secara diam-diam.

Kutatap layar ponsel yang menyala, masih jelas disana fotoku dan dia berfose ria. Seakan-akan tidak ada masalah yang terjadi. Dibalik wajah tampannya, tak disangka banyak pengkhianatan yang ia berikan.

Kami terlihat bahagia disitu, tak ada raut mencurigakan di wajahnya. Kami berdua benar-benar terlihat bahagia, meski dihati ini aku ingin sekali memiliki buah hati darinya. Namun setelah mendapatkan fakta mengejutkan ini. Aku mencoba untuk memupuskan rasa inindengan perlahan. Tak ingin lagi berharap terlalu berlebihan.

Kulihat jam di tangan sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Seharusnya Mas Jaka sudah pulang jam begini.

Entah aku yang bodoh, sehingga dia dapat membohongiku. Kenapa aku tak curiga, bahwa empat bulan terakhir ini semenjak ia pulang dari luar kota banyak sekali perubahannya.

Yang harusnya pulang lebih awal, sekarang selalu terlambat pulang dengan alasan lembur.

Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Aku bertanya pada diriku sendiri.

Ah, pantas saja dia terlihat begitu aman. Akunya yang begitu ceroboh tak mengerti perubahan pada dirinya.

Drrt... Drrt...

Ponselku bergetar. Nama Nandini tertera disana, kutekan layar hijau. Ternyata dia mengajak untuk video call.

[Hai]

Aku menyapanya lebih dulu. Setelah berpikir cukup lama untuk mengangkat telepon darinya.

[Kau bilang kau baik-baik saja. Lalu itu apa? Mengapa matamu bengkak begitu]

Nandini berbicara begitu cepat. Memanglah temanku yang satu ini sangat perhatian. Susah senang dia selalu ada untukku.

[Tadi aku lagi bersih-bersih kamar, terus kena debu jadinya kukucek-kucek mataku.]

Aku mempraktikkan bagaimana saat mataku terkena debu. Andini terlihat tertawa sebentar lalu menatapku dengan tajam.

[Aku tau dirimu! Kita sudah lama berteman, jangan membohongiku, Ara!]

Nandini berteriak dari dalam ponsel, saat jauh beginipun suaranya terdengar seperti dekat.

Sungguh memekakkan telinga!

[Apaan sih. Aku baik-baik aja kali, nggak usah lebay gitu.]

Aku mengejeknya, dia terlihat kesal di ujung sana.

[Apa yang akan kau lakukan, untuk membuat buaya itu menyesal.]

Tanya Nandini langsung to the point.

[Entahlah, aku masih tak tau.] jawabku. Memang benar, aku masih tak tau harus bersikap seperti apa setelah mengetahui semua itu.

[Apa ada yang harus kulakukan?] tanyanya padaku. Pertanyaan yang menarik perhatianku.

[Tolong kumpulkan bukti sebanyak-banyaknya agar tak mempersulitku untuk mengurus surat perceraian.] jawabku dengan lantang dan raut wajah yang serius.

Mataku rasanya memanas, kuangkat keatas agar Nandini tak melihat aku hampir saja menangis.

[Jangan lemah! Dia bisa bermain secara halus, kita juga harus bisa bermain lebih halus darinya. Menangis tak akan bisa menyelesaikan masalahmu.] Nandini berucap dengan suara yang dingin, aku tau mungkin dia kesal melihatku yang terlihat lemah.

[Jangan juga gegabah, kita harus cerdas. Apapun akan kulakukan untuk membantumu, kau sudah kuanggap sebagai saudara perempuanku sendiri. Susah senang kita bersama.]

Nandini menatap mataku lekat, entah kenapa air mata jatuh begitu saja. Sungguh sangat sempurna rasanya memiliki sahabat rasa saudara sepertinya.

[Terimakasih. Tapi aku mohon kamu jangan memberitahu kepada Ayah dan Ibu terlebih dahulu, aku takut rencana kita akan gagal.]

Nandini terlihat menganggukkan kepalanya. Aku tersenyum padanya. Namun terlihat raut wajah khawatir di wajah cantik Nandini.

[Kenapa?]

Aku bertanya padanya.

[Bagaimana dengan mertua perempuanmu? Bukankah dia sangat menyayangimu. Jika kalian berpisah, apa tidak akan mempengaruhi kesehatannya.]

Deg!

Aku lupa! Ada mertua yang begitu sayang padaku. Lalu bagaimana jika aku berpisah dengan Mas Jaka.

Arggghh! Apa yang harus kulakukan. Jika benar dia selingkuh aku tak segan-segan meminta untuk berpisah. Tapi bagaimana dengan mertua perempuanku, apa tidak akan memengaruhi kesehatannya.

[Aku tidak tau, nanti akan kupikirkan. Sudah dulu ya, aku ingin istirahat. Selamat malam Nandini.]

Aku berucap lalu memutus sambungan telepon secara sepihak.

Sudahlah saat ini aku lelah memikirkan masalah ini, belum lagi rencana kedepannya bagaimana.

Ting!

Baru saja aku ingin merebahkan tubuhku ada pesan yang masuk ke ponselku. Dan pengirimnya adalah Mas Jaka.

[Tidurlah, Dek. Mas akan pulang malam lagi, hari ini pekerjaan Mas menumpuk. I love you sayang, have a nice dream]

Begitulah isi pesannya, waktu dulu aku sangat senang dikiriminya pesan begini. Tapi entah kenapa sekarang rasanya sangat hambar.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana malam ini Mas Jaka memadu kasih bersama selingkuhannya. Sedangkan aku disini terlena dalam bahtera rumah tangga.

Next?

Bantu vote yaa, terima kasih semuanya. ❤️❤️🥰🥰🥰🥰

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (3)
goodnovel comment avatar
Camel Lia
di ikutin lah jakanya mulai sekrng. pantau terus kalau pas pulang kantor
goodnovel comment avatar
Mi Cha
usia 27 sampai 35th itu msh masa jaya2nya seorang wanita.. lagi mekar2nya terlihat sexy dan cantik aura nya
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
biar dia tanggungjawab ke orangtuanya mau sakit sama sama sakit ngapain kamu pikir
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • STATUS WA SUAMIKU   End!

    ***"Ini anak kita, Ara," jawab Jaka yang berbicara sendiri dengan dinding rumah sakit jiwa.Setelah hampir 8 bulan lamanya, Jaka divonis memiliki kelainan. Dia sekarang seperti orang gila yang berbicara sendiri."Aku di samping, anak kita di tengah, kamu di samping aku. Hihi," ucap Jaka yang masih tertawa dan berbicara sendiri. Kadang Jaka juga seperti orang yang sedih, menangis, lalu marah."Apa tidak ada cara yang lebih praktis agar anak saya segera sembuh?" tanya Sang Papa yang merasa hampir putus apa melihat Putra satu-satunya sekarang berada di rumah sakit jiwa. "Untuk saat ini masih diusahakan, Pa. Kami masih membantu dia untuk sedikit demi sedikit menjadi lebih baik lagi, hanya saja Pak Jaka sekarang sulit sekali diajak berkomunikasi. Kadang jika wajtunya tidur, kami ada pemeriksaan Pak Jaka masih saja bermain-main dengan bayangannya seolah-olah itu adalah ia dan kekasihnya.""Sebenarnya kami merasa berat untuk menyampaikan ini, Pak. Sepertinya Pak Jaka ini depresi berat karen

  • STATUS WA SUAMIKU   Raga tanpa Jiwa

    Sesampainya di rumah setelah mengucapkan salam, Reza langsung berlalu pergi tanpa menghiraukan orang tuanya yang menatap penuh dengan keheranan karena tak biasanya putra mereka bersikap seperti itu.Pandangan mereka kini beralih pada Ara yang juga masuk ke dalam rumah terlihat sangat lesu, tak seceria saat berangkat tadi."Abangmu kenapa?" tanya sang Ibu saat Ara baru saja mendudukkan diri di sofa."Patah hati, Bu. Ditinggal nikah sama Nandini," ujar Ara pelan. Mereka berdua lalu terdiam dan saling menatap dalam."Sudahlah, biarkan dulu abangmu sendiri menenangkan dirinya. Mungkin dia hanya terkejut karena wanita idamannya sebentar lagi menjadi milik orang lain." Faisal mencoba memberikan ketenangan karena melihat raut wajah khawatir dari dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya."Ara takut Abang melakukan hal yang nekat," ujarnya sambil memainkan jari."Seperti apa?""Hah?""Maksudmu seperti apa hal nekat itu, Nak?" tanya Faisal lagi sambil menatap dalam sang putri."Bunuh diri

  • STATUS WA SUAMIKU   Perjodohan yang Menyakitkan!

    Sepanjang jalan Nandini hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan suara. Air matanya hanya dibiarkan jatuh begitu saja membasahi pipi."Apa yang kau tangisi?" tanya Gibran dingin, tak suka melihat tingkah Nandini yang menurutnya begitu berlebihan."Cengeng!" ejeknya lagi. Nandini hanya diam tak menjawab sepatah kata pun dari Gibran yang menyebalkan."Percuma saja kau menangis, tak akan bisa mengubah segalanya. Seminggu lagi pernikahan kita, persiapkan dirimu untuk itu semua." Gibran berbicara tanpa menoleh sedikit pun pada Nandini."Bisa kita hentikan semuanya. Kamu dan aku tidak saling mencintai, bahkan kita memiliki pasangan masing-masing. Ayo kita sepakat untuk menolak perjodohan yang menyakitkan ini, Gibran," ucap Nandini memohon pada Gibran agar ia mengubah keputusan untuk menikah dengannya."Aku tidak mau!" tegas Gibran."Kenapa, bukankah kita tak saling mencintai. Bukankah kamu sudah bilang, semua ini dilakukan hanya untuk mengembangkan perusahan dan memberi peruntungan bagi orang

  • STATUS WA SUAMIKU   Tentang Cinta Kita?

    Tentang cinta kitaSaat sedang duduk bersantai di kafe, mata Nandini tak sengaja menatap seseorang yang sudah ditunggunya dari tadi. Tiba-tiba perasaan sesak mendera dirinya saat tak sengaja menatap sosok lelaki yang pernah memberikan warna dalam kehidupannya.“Kamu terlihat lebih bahagia saat tidak bersama denganku,” kata Nandini dengan senyum yang samar. Dari jauh Ara melambaikan tangannya pada sosok sahabat yang selama ini sudah ditunggu olehnya.Nandini balas melambaikan tangannya pada Ara. Lalu, tak berapa lama Ara dan Reza sekarang berada di depan Nandini. “Hey, apa kabar?” tanya Ara langsung memeluk Nandini dengan penuh rasa rindu.“Aku baik, bagaimana denganmu, Ara?” tanya Nandini balik. Ia menatap Ara dari atas hingga bawah. Begitu takjub dengan penampilan Ara yang sekarang.“Kamu semakin cantik dengan penampilanmu yang sekarang.” Nandini memegang lengan Ara.“Ma Syaa Allah, alhamdulillah aku baik, Nan. Terima kasih atas pujiannya, aku langsung meleyot dengar pujian yang kamu

  • STATUS WA SUAMIKU   Penyakit yang Mematikan!

    Ina menangis tersedu menatap wajah Yose yang memucat. Ia memegang tangan sang anak, berharap dapat menyalurkan energi hangat padanya."Kenapa semua ini bisa menimpamu, Nak. Astaghfirullah, perbuatan apa yang sudah kamu lakukan, sampai-sampai Allah SWT memberikan hukuman yang begitu berat untukmu," ujar Ina mencium punggung tangan Yose berkali-kali.Ia benar-benar terkejut mengetahui bahwa sang anak tidak akan bisa kembali seperti semula lagi. Bahkan bisa juga karena salah satu masalah ini Yose akan mengalami frustasi hingga membuatnya gila.Ina tidak tahu bagaimana pergaulan Yose selama di kota. Bahkan, Ina pun tak tahu bahwa Yose menjadi simpanan om-om besar dan juga orang ke tiga dalam rumah tangga orang lain.Di kampung, Ina tak pernah berhenti mendoakan yang terbaik untuk putrinya. Berdoa agar Allah SWT menjaga putrinya di mana pun ia berada.Namun sayang, seribu kali sayang. Ia harus menelan saliva pahit saat mengetahui bahwa kehidupan Yose jauh berbanding terbalik dengan apa yan

  • STATUS WA SUAMIKU   Antara Hidup dan Mati

    "Dek, are you ok?" tanya Eza saat melihat Ara yang daritadi hanya menundukkan kepalanya."Ara baik-baik aja, kok. Ya sudah, kalo gitu Ara mau istirahat di kamar saja, capek!" ucap Ara berniat segera berlalu pergi dari ruang tengah ini."Dek, sebentar duduk dulu. Ada yang ingin Abang bicarakan padamu," ucap Eza sambil menatap manik mata milik Ara.Ara lalu memilih untuk duduk kembali ke sofa dan menatap abangnya dengan raut wajah yang tak dapat diartikan."Kenapa, Bang?" tanya Ara sedikit penasaran."Bagaimana dengan rencanamu yang ingin pergi ke London, apakah jadi?" tanya Eza pada Ara yang terlihat bingung memikirkan sesuatu."Sepertinya enggak jadi, Bang. Lagipula Ara kan udah dapat kerjaan, Nandini yang merekomendasikan tempat kerja itu pada Ara. Jadi, mungkin sekarang akan fokus pada pekerjaan itu saja," ucap Ara setelah menimbang-nimbang untuk memutuskan."Baiklah. Apapun keputusanmu, Abang setuju saja. Selagi itu dalam hal baik dan positif, oh ya satu lagi. Kamu tidak perlu terl

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status