Share

Kenyataannya

Ting! Tong!

 

Aaron membunyikan bel. Raisa sedikit heran, kenapa suaminya itu harus membunyikan bel di rumahnya sendiri? Rasa heran Raisa akhirnya terjawab saat pintu itu akhirnya terbuka.

 

Seorang wanita membuka pintu dengan memakai baju tidur seksi. Baju tidur merah maroon berenda di bagian dada itu mencetak dalaman yang juga berwarna merah maroon menyala, sebab dari pinggirannya saja sudah terlihat lapisan merah itu. Wajah wanita itu terlihat syok saat melihat Aaron datang membawa Raisa.

 

"Mas Aaron, dia.... siapa?" tanya gadis itu dengan ragu.

 

"Dia maid baru di rumah ini," jawab Aaron dengan nada merendahkan Raisa.

 

Bagaikan petir di tengah gelapnya malam, dada Raisa seketika bergemuruh. Padahal dirinya baru pulang dari rumah sakit, dan masih dilanda musibah kemalangan, tapi setibanya di rumah suaminya malah hal demikian yang ia dapatkan.

 

"Maksud Mas apa? Bukankah aku ini istrimu, Mas?" tanya Raisa masih tak percaya akan perkataan Aaron barusan. Apakah saat ini sedang April mop?

 

"I--istri?" Gea membelalak tak percaya saat Raisa mempertanyakan pembenaran dari laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya sejak dua minggu yang lalu.

 

Sementara laki-laki itu diam saja melihat sepupu mantan tunangannya terkejut. Ia malas untuk memberi tahu mereka, dan nampaknya Aaron lebih memilih untuk tetap melanjutkan tujuannya langsung ke masuk ke kamar. Membiarkan Raisa menangis terkejut dalam diam dan Gea yang kini entah sibuk memikirkan apa dalam pikirannya. Nampaknya Aaron benar-benar tak mau tau.

 

'Sialan! Kenapa tidak ada yang memberi tahuku jika Mas Aaron sudah menikah?!?! Brengsek!! Dia milikku. Tidak ada yang boleh menikah dengannya selain aku. Tapi kenapa aku bisa sampai keteledoran seperti ini!?!?! Brengsek!!!!'

 

Di kamarnya, Aaron baru saja selesai membuka kancing kemejanya. Ia berniat mandi dan berendam dalam air hangat untuk menghilangkan rasa lelahnya. Pikirannya sangat kacau dari hari dimana ijab qobul pernikahannya akan berlangsung.

 

Pikiran Aaron kembali lagi mengingat kekecewaan yang ia dapatkan setelah begitu mendamba menunggu hari pernikahannya.

 

"Maaf, Tuan. Sepertinya ada satu hal fakta yang harus saya sampaikan kepada Tuan," lapor Bimo, tangan kanan Aaron.

 

"Katakan," Aaron masih sibuk membenarkan kain songket di pinggangnya, sepertinya ikatannya agak longgar.

 

"Saya mendapatkan informasi bahwa sebenarnya putri Mr. Abraham yang datang kemarin malam bukanlah Raina yang tuan maksud saat kita ke Jerman dulu. Melainkan dia adalah adik dari Isabella Raina Putri Abraham yaitu Isabella Raisa Putri Abraham. Nona Raina yang tuan maksud sekarang tengah mengadakan pesta bersama teman-temannya, sedangkan adiknya yang bernama Raisa kini sedang bersiap-siap untuk pernikahan ini." Lapor Bimo tanpa ada hal sedikitpun yang ia tutup-tutupi.

 

"Jadi, maksudmu yang akan menikah denganku bukanlah Raina? Tapi melainkan adiknya yang bernama Raisa?"

 

"Benar, Tuan. Raina dan Raisa berjarak usia satu tahun, tetapi wajah mereka jika tidak dilihat secara teliti akan terlihat seperti sepasang anak kembar."

 

Aaron benar-benar kecewa atas kebenaran yang ia ketahui ini. Ia benar-benar kecewa. Ia pikir dirinya akan menikah dengan pujaan hatinya, tapi ternyata dirinya seakan dipermainkan oleh pihak keluarga Abraham.

 

"Apa Tuan ingin membatalkan saja pernikahan ini?" Bimo memberikan usulan. Bukannya ia tak memikirkan malu yang akan diterima oleh keluarga besar tuannya, Bimo hanya merasa peduli jika tuannya pasti sangat amat kecewa saat ini.

 

"Tidak perlu. Mereka yang ingin bermain-main licik menipu keluargaku, akan aku nikmati semua permainan busuk mereka."

 

Dan benar saja, Aaron akhirnya tetap menikah dengan Raisa, memasang wajah yang seakan amat bahagia didepan seluruh keluarga besar dan para tamu undangan, serta media yang saat itu tengah meliput secara langsung prosesi pernikahannya. Benar-benar seperti laki-laki yang sangat bahagia atas pernikahan tipuan dari pihak keluarga Abraham.

 

Kembali lagi ke waktu sekarang. Tubuh Aaron terasa sangat amat lelah setelah menjemput Raisa pulang dari rumah sakit. Sebab sebelumnya ia harus melakukan dinas keluar kota. 

 

Ya. Aaron memilih langsung menyibukkan diri tenggelam dalam pekerjaan sehari setelah acara pernikahannya selesai. Apalagi saat itu Raisa langsung pingsan saat mendengar kabar duka. Menyebabkan Aaron harus pulang pergi ke Jakarta-Jerman.

 

Belum sempat membuka kancing baju dua buah dari yang terakhir, Gea masuk ke kamar Aaron tanpa mengetuk pintu. Dada bidang dan perut berotot laki-laki itu terekspos bebas di depan Gea.

 

"Ada apa?" tanya Aaron. Laki-laki itu kemudian duduk di tepi ranjang.

 

"Mas... beneran sudah menikah dengan wanita itu?"

 

"Hmm," jawab Aaron singkat. Ia tidak ingin membahas Raisa, tetapi wanita itu justru makin banyak bertanya.

 

"Kenapa, Mas Aaron, tidak memberi tahuku sebelumnya?"

 

"Aku tidak berniat menikah dengannya. Dia hanyalah wanita penebus janji. Dulu bunda memiliki janji akan menjodohkan aku dengan anak sahabatnya. Aku terpaksa menikah dengannya," jawab Aaron.

 

'Heh, ternyata hanya gadis pembayar janji. Mas Aaron bilang, dia terpaksa. Artinya, aku masih memiliki kesempatan untuk mendapatkannya.'

 

Gea tersenyum mendengar jawaban mantan tunangan sepupunya itu. Ia sudah memiliki perasaan kepada Aaron, sejak laki-laki itu sudah mengikat janji pertunangan dengan sepupunya, Liberache. Gea sudah berusaha mendekati laki-laki itu sampai sejauh ini.

 

"Oh, begitu. Kalau begitu, Gea permisi. Maaf sudah mengganggumu, Mas."

 

"Hmm,"

 

Aaron merebahkan tubuhnya dengan kaki yang menjuntai ke lantai. Ia sangat lelah dan ingin mandi. Namun, setelah Gea pergi, niat mandinya pun diurungkan.

 

Ia tertidur dengan posisi seperti itu. Satu lengannya digunakan untuk menutupi wajahnya, sedangkan dadanya terbuka dengan kemejanya yang tidak dikancingkan lagi. Setengah jam kemudian, Raisa masuk ke kamar itu.

 

Laki-laki yang belum terlalu begitu pulas dalam tidurnya itu kembali terbangun. Ia membelalak saat melihat Raisa berada di kamarnya. Gadis itu terlihat sedang mencari baju ganti, dan jangan lupakan dengan matanya yang sembab. Seperti orang yang habis menangis.

 

"Siapa yang mengizinkan, kamu, untuk masuk ke kamarku?!!?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status