Share

Perseteruan

Penulis: MawarPutih99
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-05 20:26:54

'Besok, atau tidak sama sekali.'

Abimana tersenyum mengingat kalimat tegas bernada ancaman yang dia keluarkan pada Jenala. Pria itu bisa menebak, kalau tak lama lagi perempuan lugu itu pasti akan menghubunginya.

Abimana Dominico Javier, sosok maskulin penuh karisma itu sedang menormalkan deru nafasnya yang memburu. Bulir keringat membasahi tubuh atletisnya, kulit kecoklatan itu terlihat semakin seksi tatkala terkena sinar mentari pagi.

Kegiatan pria itu terhenti ketika ponselnya berbunyi. Abimana mengusap peluhnya menggunakan handuk sport yang dikalungkan pada leher jenjang nan kokok itu. Sudut bibir Abimana tertarik ke atas, setelah melihat siapa yang menelponnya.

"Halo—" 

[Halo Om!]

Abimana menjauhkan ponselnya dari telinga. Pria itu tersenyum samar sebelum berujar pelan. "Jenala…"

[ I-iya Om, emm… jadi begini. Saya, iya.]

Kening Abimana berkerut ketika mendengar jawaban ambigu dari Jenala. Pria itu keluar dari ruang gym-nya, lalu melangkah menuju balkon. Ia bertumpu menggunakan sikunya pada pembatas balkon, seraya menikmati hangatnya sinar mentari pagi yang membelai tubuhnya.

"Berbicara yang jelas Jenala, saya tidak mengerti." 

"Saya menerima tawaran Om, jadi bisa datang ke rumah malam ini? Sekalian kita bicarakan sama Papa dan Mama saya. ]

Abimana tertegun sejenak. Dia menegakkan tubuhnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Maksud kamu, kamu menyetujuinya?"

[Iya, Om. Saya setuju. ]

Abimana menghembuskan nafas lega, bahkan tanpa sadar ia tersenyum lebar mendengar jawaban Janala dari seberang sana. 

"Baik, nanti malam saya ke rumah kamu. Apa ada yang kamu butuhkan? Agar saya belikan."

Bruk!

Suara ponsel terjatuh, disusul oleh ringisan pelan terdengar oleh Abimana. "Jenala, kamu baik-baik saja?" tanya Abimana khawatir, mengingat jika perempuan itu sangat ceroboh.

[ Hehe, santai Om. Saya hanya menabrak genteng. Entahlah, siapa yang menaruh genteng di sini. ] 

Walaupun jawaban itu terdengar tak masuk akal, Abimana hanya mengangguk memaklumi. "Baiklah, soal tawaran saya bagaimana?"

[ Tidak usah repot-repot, Om. Lebih baik kita memikirkan bagaimana reaksi Mama dan Papa saya. ]

"Yang pasti Papa kamu akan memukul saya. Sedangkan Mama kamu cuma melempar panci sambil berteriak murka." 

Terdengar suara rengekan serta gerutuan kesal dari seberang sana, sepertinya perempuan itu sedang dibuat gemas mendengar jawaban Abimana. 

[ Om! Saya serius tau! ]

Abimana memejamkan mata perlahan, seraya menikmati hembusan angin yang membelai wajah tampannya. Pria itu mengangkat sudut bibirnya sambil bergumam serak nan dalam. 

"Saya juga tidak pernah main-main, jika menyangkut kamu."

****

"Ma, aku sudah cantik belum? Apa penampilanku terlihat berlebihan?"

Untuk menyambut calon suaminya, Jenala sengaja berdandan natural malam ini. Meski om tampan itu mengatakan kalau Jenala tidak perlu berdandan, tetap saja Jenala melanjutkan niatnya merias diri. 

Jihan, mamanya, menyentil kening Jenala, membuat perempuan muda itu meringis pelan. 

"Cantik dong, anak siapa dulu nih!"

Jenala terkekeh. Detik berikutnya, gestur perempuan itu berubah kikuk. Ia lalu menatap mamanya serius. "Mama … janji akan menerima pilihan aku nantinya?" tanya Jenala memastikan. Jujur saja, Jenala takut jika orang tuanya shock ketika melihat siapa sosok lelaki yang akan Jenala kenalkan.

Jihan tersenyum menenangkan, wanita itu mengusap surai lembut Jenla seraya bergumam pelan. "Tentu sayang, kebahagiaan kamu yang paling utama."

Sejenak, Jenala bisa bernafas lega. Sebab, jika papanya murka, mamanya mungkin bisa membelanya. Kemudian, mereka berdua bergegas turun. Saat sudah sampai di meja makan, Jenala dikagetkan oleh pakaian formal papanya.

Selama ini papanya sangat jarang memakai pakaian seperti itu, bahkan jika ke kantor dia menggunakan pakaian yang terkesan santai. Namun kali ini, demi menyambut calon menantu … papanya sampai mengubah penampilan, membuat Jenala semakin deg-degan menunggu respons kedua orang tuanya.

"By the way, di mana calon kamu. Kenapa belum datang juga?"

Jenala meringis melihat wajah excited papanya. "Sebentar lagi, Pa."

Baru saja Jenala ingin mengambil duduk, tubuh perempuan itu seketika menegang kala melihat eksistensi Abimana yang melangkah mendekat. Begitu tampan, sampai nyaris menyerupai pangeran dunia khayalan.

"Malam semua." 

"Javier?" Alpha, papanya mengernyit ketika Abimana melempar senyum ke arahnya. "Kamu ada apa ke sini? Bukankah jadwal kita berkumpul besok malam?"

"Ketemu calon."

"Oh," ujar Alpha tak acuh. Bahkan pria itu belum juga tersadar ketika Abimana mengambil duduk di samping Jenala.

"Cantik," bisik Abimana, membuat Jenala membuang pandangan ke arah lain.

Alpha tiba-tiba berdiri, dan menatap Abimana sengit. "Tunggu, calon apa maksud kamu?" Sepertinya dia sudah tersadar atas apa yang terjadi.

Abimana tersenyum singkat, netra hazelnya menatap Jenala penuh binar. Abimana mengusap punggung tangan perempuan itu pelan, lalu mengecupnya penuh kelembutan.

"Tentu saja calon istriku, bukankah begitu … Jenala sayang?"

Sesaat, semua orang yang berada di meja makan itu terdiam. Tak berlangsung lama, sebab selanjutnya peralatan makan di hempaskan ke lantai oleh Alpha.

Prang!

Jenala memegang lengan Abimana kuat, bahkan tanpa sadar tangannya bergetar saking takutnya. Atensinya berfokus pada papa serta mamanya yang masih mematung.

Jenala tidak pernah melihat papanya dengan ekspresi semenyeramkan itu. Sedangkan mamanya hanya menatap kosong ke arahnya.

"Papa!"

Jenala berseru ketika papanya menarik kasar tubuh Abimana, lalu mencengkram kuat kerah pria itu. "Katakan jika ini hanya lelucon, Javier … atau aku tidak segan-segan mematahkan lehermu!" 

Suara Alpha terdengar dingin nan mencekam, membuat siapa-saja merinding mendengarnya.

Abimana memasang raut datar, bahkan pria itu sama sekali tak meringis, mengingat cengkraman Alpha pada lehernya yang begitu kuat. 

"Jawab Javier!"

Abimana menaikkan sebelah alisnya, lalu melemparkan senyuman miring pada Alpha. "Menurutmu, apakah seorang Dominico suka membual?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU   72

    Sudah satu bulan lamanya Jenala tinggal di hotel bersama keluarga kecilnya, dan tepat pada pukul delapan malam. Ketika Anak-anaknya tertidur, perempuan itu melenggang santai menuju lantai dua, tempat restoran hotel ini berada. Jenala sendiri tinggal di lantai lima, bersama keluarga kecilnya.“Bu Jenala.” Jenala menoleh ke belakang, melihat Rena, asisten rumah tangannya yang terlihat membawa paper bag. “Lho, kamu habis dari mana? Saya pikir kamu ada di kamar?”Rena tersenyum tipis. “Iya, Bu. Tapi tadi dihubungi oleh front office, katanya disuruh ambil pesanan Pak Abimana untuk Ibu Jenala.” Rena menyerahkan paper bag berlogo restoran Favorit Jenala. “Terima kasih, ya. Awalnya saya mau ke resto bawah saja.” Rena mengangguk sebagai respon. “Ayo ikut makan, kita bawa ke resto bawah saja bagaimana?” Rena mengangguk kikuk, tak enak juga menolak. “Baik, terserah Ibu saja.” Sementara itu, Abimana yang sedang berada di kantor Jenala dikejutkan oleh kehadiran Miranda serat Marlo. “Kalian ken

  • SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU   71

    Jenala kebingungan ketika sudah membuka mata, ia melihat ke sekeliling ruangan yang ditempati. “Mas?” Panggilnya ketika tak mendapatkan eksistensi Abimana. “Jena, kamu sudah bangun, Sayang?” Abimana keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang menggantung sebatas perutnya. “Bagaimana perasaanmu?” lanjut pria itu sembari mengambil duduk di pinggir kasur tempat Jenala berbaring.“Kita di mana, Mas?” Alih-alih menjawab pertanyaan Abimana, ia justru bertanya balik dengan nada serak.“Di hotelku, Sayang. Besok pagi baru kita berangkat ke Den Haag, soal Avahander dia berada di kamar sebelah bersama Sera serta Rena, dan aku membawa Rena untuk membantu kita nanti. Semua perlengkapan kamu juga sudah aku siapkan, kita tinggal berangkat besok pagi.” Jenala tergugu, masih tak mengerti kalimat panjang yang Abimana utarakan. “Sebentar, Mas. Maksudnya kita ke Den Haag untuk apa? Dan juga Avahander masih kecil, tidak mungkin kita membawanya naik pesawat. Kecuali jika dia sudah satu bulan ke atas.”A

  • SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU   70

    “Brisik! Kamu bisa diam tidak?!” Abimana langsung memeluk Jenala yang terus memberontak. Setelah pulang meeting, ia menemukan Avhander dalam keadaan menangis, sementara Jenala ikut menangis sambil memukul crib baby Avhander. Abimana yang panik langsung menelpon dokter keluarganya, dan perkataan sang dokter membuatnya seperti suami terburuk Jenala mengalami baby blues syndrome, biasanya sang ibu akan menangis secara tiba-tiba, serta memiliki kecemasan berlebihan terhadap sesuatu. Abimana tidak pernah menduga jika Jenala akan mengalami ini semua. Padahal ia sudah sebisa mungkin menjaga perasaan sang istri, tapi ternyata ia gagal. Dan ini sangat menyakitkan untuknya, Abimana telah gagal menjadi suami yang baik bagi Jenala. “Av–avhander ….” Suara lirih Jenala menyentak Abimana. “Iya, Sayang. Avhander sudah tidur. Kamu istirahat, ya? Aku temani.”“Tidak! Mama jahat! Mama hina aku! Padahal aku yang lahirin Avhander! Mama Raquel jahat! Aku mau sama Mama Papaku saja!” Tubuh Jenala bergeta

  • SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU   69

    Jenala tersenyum melihat Abimana yang sama sekali tak melepaskan pelukannya. Padahal ia sudah mengatakan tak apa-apa, dikarenakan bayi mereka juga lahir dalam keadaan sehat, walau sempat terjadi insiden kecil saat di kamar mandi. Sebenarnya Jenala juga merasa kecewa karena tak bisa melahirkan putra pertamanya ke dunia ini secara normal, tetapi apa mau dikata. Ini juga demi keselamatannya. “Hei, sudah. Aku juga sudah baik-baik saja.” Abimana menggeleng, masih teringat jelas saat dia sampai di kamar mandi dan menemukan Jenala yang sudah pingsan dengan darah menggenang. Sungguh, itu adalah hal mengerikan yang mampu membuat kinerja jantungnya berhenti berdetak, walau sesaat. Belum lagi saat dilarikan ke rumah sakit, dan dokter mengatakan jika Jenala harus dioperasi. Tentu Abimana semakin kalut, apalagi setelah melahirkan Jenala tak sadarkan diri selama dua puluh empat jam “Sudah, ya. Aku juga baik-baik saja.” Jenala mengulang kembali kalimatnya, jemari lentiknya mengelus lembut surai

  • SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU   68

    Bulan demi bulan telah dilalui, dan dua minggu lagi Jenala akan bertemu dengan buah hatinya, ada perasaan mendebarkan sekaligus melegakan dalam hatinya. Tantenya yang ada di Amsterdam tak henti-hentinya datang silih berganti, untuk menyemangatinya serta memberikan kata-kata penenang. Pun dengan Abimana, pria itu tak mau meninggalkan Jenala barang sedetik saja. Tapi Jenala mengancamnya jika tidak pergi bekerja dia tak mau menemui Abimana. “Mama, Sera sudah belikan barbie untuk adik bayi. Nanti kalau dia keluar Sera ajak main, boleh?” Jenala terkekeh, tapi tak urung mengiyakan. “Boleh, tapi adik bayi mainnya sama robot-robotan.” “Lho, kenapa, Mama? “Karena dia laki-laki, Sayang. Jadi, mainnya juga disesuaikan.” Sera terlihat manggut-manggut, walau sebenarnya dia juga tidak mengerti. “Mama, pipis.” Jenala mengangguk seraya mengacak gemas rambut, Sera. “Oke, Sayang. Hati-hati, ya? Kalau ada apa-apa panggil, Mama.” Sera tak menjawab, gadis kecil itu sepertinya sedang ingin buru-b

  • SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU   67

    Viktor membaca laporan yang sekretarisnya berikan, sesekali tampak kerutan pada dahi pria itu. “Jason mengajukan kerja sama pada, Javier?”Pria paruh baya itu mengangguk. “Benar, Pak. Tapi statusnya masih digantung oleh Pak Abimana. Sampai sekarang.” Viktor semakin terlihat penasaran, Abimana tak jauh beda ternyata darinya. Tak peduli itu adalah keluarga atau bukan, yang jelas jika tak berkompeten atau tidak memenuhi syarat untuk bekerja sama dengan perusahaannya akan tetap ditolak. Dimitri—selaku ayahnya. Pernah mengatakan jika berbisnis lebih baik hindari dengan keluarga, karena urusan uang adalah hal sensitif. Dan terbukti, sampai sekarang Viktor tak menjalin kerja sama dengan anggota keluarganya. Akan tetapi, tak menutup kemungkinan jika suatu hari nanti Jason anggota keluarganya yang pertama bisa menjalin kerja sama dengan perusahaannya. “Baiklah, laporkan terus jika ada kejanggalan atau hambatan. Dan jangan lupa infokan kepada Rendra untuk selalu memantau orang-orang disekitar

  • SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU   66

    “Mas, berapa hari di Malaysia?” Abimana mengecek ponselnya terlebih dahulu, lalu menatap kembali ke arah Jenala. “Sekitar satu minggu, Sayang. Maaf jika meninggalkanmu selama itu, tapi ini benar-benar tidak bisa diwakilkan.”Jenala mengangguk mengerti, pekerjaan Abimana memang begitu banyak, belum lagi membantu mengurus perusahaan periklanan miliknya. “Aku paham, jangan merasa bersalah seperti itu. Setelah melahirkan aku juga mau kembali ke perusahaan, apakah tidak apa-apa?” Abimana terdiam sejenak, menatap Jenala dalam. “Apa kamu sudah memikirkannya matang-matang? Maksud aku, untuk mengurus anak kita menggunakan jasa baby sitter? Dan kamu siap akan impact ke depannya?”Kening Jenala berkerut, menurutnya tidak ada yang salah. “Memangnya kenapa, Mas? Dan dampak yang Mas maksud seperti apa?”Abimana tersenyum lembut, membaringkan tubuhnya pada sisi sang istri. Tangannya terangkat untuk mengelus perut Jenala yang sudah membesar. “Begini, Sayang. Jika setelah kamu memutuskan untuk kembal

  • SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU   65

    Tak terasa kini usia kehamilan Jenala sudah menginjak lima bulan, perempuan itu tersenyum-senyum sendiri ketika mengetahui jika dirinya mengandung seorang putra. Sebenarnya tak masalah, entah lelaki atau perempuan. Yang terpenting sehat. Namun, ketika melihat reaksi Abimana, Jenala sungguh terharu, pria itu bahkan mengambil cuti karena tak bisa jauh dari istrinya. Abimana selalu menanyakan apa yang dia suka serta tak suka. Belum lagi menjauhkan apapun yang membuatnya tak nyaman. Bukankah prianya begitu manis?“Jena!” Jenala tersentak, bahkan rajutan yang ada di tangannya terjatuh seketika.“Maaf, aku ngagetin, ya?”Jenala menoleh ke arah Miranda, lalu menggeleng singkat. “Tidak, aku tadi sedang fokus saja.” Dia menunduk, mengambil benda yang mempunyai pola rajutan garter stitch itu. Jenala kembali mengalihkan atensinya pada Miranda, sebenarnya agak sedikit aneh ketika Miranda bertamu pagi-pagi seperti ini.“Kamu libur hari ini?” Miranda mengangguk kuat, menaruh di atas meja paper ba

  • SUAMI DADAKANKU SAHABAT AYAHKU   63

    “Mama, apakah adik bayinya seperti Sera?” Jenala terkekeh mendengarnya, dia memang sudah pulang satu minggu yang lalu. Dan memberitahukan kabar bahagia ini pada keluarga besarnya. Mereka semua bahkan sampai terbang ke Belanda untuk melihat keadaannya. Sementara keluarga besar Abimana juga tak kalah heboh, walau ada beberapa yang terlihat tak suka, tapi Jenala tak ambil pusing.“Belum tahu, Sayang. Apakah nanti perempuan atau lelaki. Nanti kita cek setelah empat atau lima bulan, oke?” Sera mengangguk kuat, gadis kecil itu mengelus perut rata Jenala, sesekali terkikik atas tingkahnya sendiri. “Oh, iya. Apakah sepupu Sera yang di Jakarta itu akan ke sini lagi, Mama?” Jenala mengacak rambut Sera gemas, gadis kecilnya ini suka sekali bermain dengan keponakannya. Namun, sayang sekali mereka hanya beberapa hari di Belanda. “Nanti kalau libur panjang pasti mereka ke sini lagi, Sayang.’ Sebenarnya Jenala masih merindukan nenek serta paman dan bibinya. Tetapi tidak mungkin, karena mereka ju

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status