Home / Romansa / SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA / BAB 7 : Ratapan Hati (Part 7)

Share

BAB 7 : Ratapan Hati (Part 7)

Author: Hamfa Merman
last update Last Updated: 2025-11-24 22:38:13

“Tuan Jurgan Kragar? Malam-malam begini, mengapa beliau menghubungi saya? Mungkinkah karena urusan besok di perusahaan cabang bersama Tuan Muda Donfa Kragar?” gumam Pak Buwir seolah mencoba menebak-nebak kemungkinan tersembunyi mengapa dirinya dihubungi oleh ayahnya Donfa Kragar secara langsung.

Tak ingin terus menebak-nebak tanpa dasar alasan yang jelas, Pak Buwir segera menjawab panggilan masuk tersebut. “Halo, Tuan! Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”

Pak Buwir tampak berhati-hati dalam kata-katanya. Di sisi lain, Jurgan Kragar tengah berada di dalam ruang kerja, tepat di kediaman utama milik Keluarga Kragar. Ekspresi wajahnya yang sudah keriput begitu sulit ditebak, tapi jelas sekali kalau sorot matanya begitu dingin rasanya.

“Hmph! Bocah nakal itu ada di mana sekarang? Dari tadi saya coba hubungi, malah tidak dijawab-jawab dan bahkan sengaja dimatikan! Sudah bosan hidup kah, bocah tidak tahu diuntung itu, hah?!” teriak Jurgan Kragar begitu nyaring terdengar meski sebatas panggilan masuk saja sudah mampu membuat Pak Buwir merinding ketakutan.

Meski begitu, pengalaman kerjanya yang sudah lebih dari 15 tahun tentu saja bukan omong kosong belaka. Pak Buwir dengan cepat meredakan emosional yang terkejut sebelumnya dalam waktu yang singkat. Dalam satu tarikan napas, Pak Buwir kembali tersadar dan dengan tenang siap untuk merespon.

“Bocah nakal yang dimaksud pastinya Tuan Muda Donfa. Haruskah aku mengatakannya beliau mabuk-mabukan atau tidak ya? Sebaiknya tidak, karena kalau ketahuan, bisa celaka juga aku!” pikir Pak Buwir mencoba memikirkan jawaban dan memilah informasi yang tepat untuk disampaikan.

“Hmm? Mengapa diam saja, hah? Cepat jawab pertanyaan saya sekarang juga!” sentak Jurgan Kragar sekali lagi yang mengejutkan Pak Buwir.

“Te–tentu, Tuan! Tuan Muda Donfa seharian bekerja keras dengan baik mempersiapkan kunjungan ke perusahaan cabang esok hari. Saat ini, beliau kelelahan karena kerja seharian sehingga sudah tertidur pulas di dalam kamarnya. Apa mungkin Tuan ingin saya menyampaikan beberapa pesan khusus kepada Tuan Muda Donfa? Kalau iya, saya pasti akan mengingat baik-baik pesan dari Tuan dan esok hari pasti akan langsung saya sampaikan!”

Pak Buwir dengan gugup dan perlahan-lahan menjawab dengan tenang. Meski begitu, hatinya seolah tercampur aduk bahkan pengalaman kerja selama belasan tahun seolah sirna di tengah situasi yang menekankan kehati-hatian tersebut. Jurgan Kragar tampak terdiam sejenak ketika mendengar jawabannya Pak Buwir.

“Kelelahan kerja seharian? Omong kosong macam apa yang kau lontarkan kepadaku, hah?! Bocah nakal yang tidak tahu diuntung, mana mungkin kerja keras seharian tanpa bisa dihubungi olehku seharian penuh?! Sejak dua hari yang lalu, terus saja mustahil dihubungi. Jangan coba-coba membodohi saya, Pak Buwir!” tegas Jurgan Kragar langsung naik pitam dan marah sejadi-jadinya.

“Hiii…! Ga–gawat, ini masalah serius! Sialan, aku harus menjawab apa?!” batin Pak Buwir mengutuk dalam hatinya karena dibuat bingung dengan responnya Jurgan Kragar.

“Sa–saya tidak berani mencoba membodohi Tuan Jurgan. Tuan Muda Donfa memang sudah tertidur pulas saat ini di dalam kamarnya sendiri. Ha–haruskah saya membangunkannya agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan Tuan?” Pak Buwir mencoba memberikan solusi alternatif dan mengalihkan semua masalahnya ke arah Donfa Kragar secara langsung.

Lagi pula, ini sudah bukan masalah pekerjaan lagi, melainkan sudah mengarah kepada masalah keluarga pribadi antara ayah dan anak. Tentunya, Pak Buwir tidak ingin karirnya hancur karena terlalu ikut campur ke dalam urusan pribadi para atasannya. Dengan pemikiran begitu yang melekat dalam otaknya, Pak Buwir dengan bijaksana sana merencanakan agar kedua atasannya tersebut bisa saling berdebat secara langsung.

Jurgan Kragar di dalam ruangan pribadinya terdiam dalam selama beberapa saat yang setiap detiknya terasa begitu menegangkan bahkan menyiksa jiwanya Pak Buwir. Setelah terdiam cukup lama, Jurgan Kragar akhirnya berkata, “Hmph! Lupakan saja, biarkan bocah nakal itu istirahat terlebih dahulu! Kamu awasi dia saat kunjungan kerja ke perusahaan cabang esok hari!”

Pak Buwir yang keringatan meski berada di dalam ruangan bersuhu dingin akhirnya membalas, “Te–tentu, Tuan! Saya akan membantu Tuan Muda Donfa sebaik mungkin. Kunjungan kerja dan pengawasan di perusahaan cabang sudah diinformasikan jauh-jauh hari kepada para pemimpin perusahaan cabang. Saya rasa, seharusnya tidak akan ada masalah yang serius.”

Jurgan Kragar kembali terdiam sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di atas meja. Suaranya cukup terdengar jelas hingga memasuki ke telinganya Pak Buwir. Meski begitu, beliau tetap memilih diam dan menunggu Jurgan Kragar mengatakan apa pun yang diinginkan oleh atasannya tersebut.

“Hmph! Baguslah kalau begitu! Oh iya, ingatkan juga bocah nakal itu masalah pernikahan yang sudah direncanakan sebelumnya! Hal ini juga sangat penting demi menjadi pewaris Keluarga Kragar yang sempurna. Katakan saja, kalau bocah nakal itu terus saja berdalih dan tidak mengindahkan perintahku, maka jangan harap mendapatkan kesempatan menjadi pewaris Keluarga Kragar yang sah!” tegas Jurgan Kragar tampak menekankan masalah tersebut.

Pak Buwir yang mendengarnya merasa seperti tersambar petir karena terkejut sekali di dalam hatinya sehingga dengan tergagap dia langsung bertanya, “Per–pernikahan? Apakah Tuan Muda Donfa benar-benar sudah memiliki jodoh yang dicintainya?”

Pertanyaan tersebut seharusnya terbesit di dalam hati, tapi sudah terlanjur keceplosan di lisannya. Alhasil, Pak Buwir yang terlambat menyadari hanya bisa langsung terdiam dan menutup mulutnya rapat-rapat. Ingin sekali rasanya Pak Buwir menampar mulutnya sendiri karena memutuskan bertanya-tanya sesuatu yang seharusnya tidak perlu diketahui olehnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 7 : Ratapan Hati (Part 7)

    “Tuan Jurgan Kragar? Malam-malam begini, mengapa beliau menghubungi saya? Mungkinkah karena urusan besok di perusahaan cabang bersama Tuan Muda Donfa Kragar?” gumam Pak Buwir seolah mencoba menebak-nebak kemungkinan tersembunyi mengapa dirinya dihubungi oleh ayahnya Donfa Kragar secara langsung.Tak ingin terus menebak-nebak tanpa dasar alasan yang jelas, Pak Buwir segera menjawab panggilan masuk tersebut. “Halo, Tuan! Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”Pak Buwir tampak berhati-hati dalam kata-katanya. Di sisi lain, Jurgan Kragar tengah berada di dalam ruang kerja, tepat di kediaman utama milik Keluarga Kragar. Ekspresi wajahnya yang sudah keriput begitu sulit ditebak, tapi jelas sekali kalau sorot matanya begitu dingin rasanya.“Hmph! Bocah nakal itu ada di mana sekarang? Dari tadi saya coba hubungi, malah tidak dijawab-jawab dan bahkan sengaja dimatikan! Sudah bosan hidup kah, bocah tidak tahu diuntung itu, hah?!” teriak Jurgan Kragar begitu nyaring terdengar meski sebatas panggilan m

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 6 : Ratapan Hati (Part 6)

    Meski berisik dengan suara-suara lagu yang diputar, keheningan di antara orang-orang di dalamnya terasa sangat jelas apabila diamati. Semuanya berfokus kepada Donfa Kragar seolah menyiratkan kalau Donfa Kragar memilih untuk diam, maka semuanya akan diam di detik itu juga.Untungnya, tidak lama kemudian ada seorang pelayan yang mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam. Ternyata, pelayan tersebut mengantarkan sejumlah botol yang jelas isinya adalah minuman keras yang memabukkan. Kedua temannya seolah menemukan angin segar untuk memulai pembicaraannya sekali lagi.“Hehe, akhirnya yang dinantikan tiba juga. Minum lagi, ayo minum lagi semuanya! Puaskan dirimu dan lepaskan beban yang mengusik pikiran kita semua!” seru salah satu temannya Donfa Kragar.Mendengar itu, Donfa Kragar melirik sejenak sebelum berkata, “Baiklah, ayo minum saja sepuasnya! Tak lama lagi, aku harus segera pulang juga!”“Haha, wokeh!” sahut semua orang bersamaan.Mereka bersemangat dalam hati masing-masing sampai menegak

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 5 : Ratapan Hati (Part 5)

    Karnias Saputri melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam lebih lima belas menit. Dalam keheningan, Karnias Saputri bergumam pelan, “Jam sembilan malam ya? Masih ada cukup waktu untuk menyelesaikan sisa pekerjaanku ini. Semangat Karnias, kerja keras pastinya tidak akan mengkhianati hasil akhirnya!”Sambil menepuk pipinya sendiri, bola matanya Karnias Saputri langsung terbuka lebar-lebar sebagai tanda dirinya yang tidak kenal lelah. Karnias Saputri termasuk beruntung karena bisa mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan cabang milik Keluarga Kragar. Penerimaan karyawannya tidak mematok ijazah kuliah sehingga Karnias Saputri yang masih SMA bisa ikut melamar.Tentunya, Karnias Saputri tidak melamar dengan tangan kosong apalagi tanpa persiapan sedikit pun. Bisa dibilang kalau Karnias Saputri termasuk orang yang cerdas. Meski tidak terlalu memukau secara akademik, setidaknya dia tekun dan teliti sehingga pekerjaannya sangat enak dilihat mata.Karnias Saputri

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 4 : Ratapan Hati (Part 4)

    “Bu Karnias, maaf ya! Suamimu akan saya manjakan hari ini! Mungkin lain kali bakal jadi giliran Anda! Mu–mungkin juga tidak, ah…!” ucap Bu Linda dengan suara lembut sebelum terputus ketika merasakan sengatan listrik dari salah satu puncak gunung kembar miliknya yang dihisap dengan ganasnya oleh makhluk buas bernama Donfa Kragar.Karnias Saputri melotot ketika mendengarnya sekaligus geram ketika melihat pemandangan suaminya sendiri begitu ganas meremas dan menghisap tubuh sensitif yang besar sekaligus kenyal miliknya Bu Linda, tepat di depan matanya. Perasaan marah, benci, dan dendam yang sulit terlukiskan terasa bercampur aduk menjadi satu dalam momen bejat semacam itu.Pengalaman hidup yang mustahil dilupakan oleh Karnias Saputri, tak peduli apa yang terjadi ke depannya. Entah berapa lama rasa mengganjal di dalam hatinya akan terus ada. Selama terus didiamkan dan tidak ada sesuatu yang dapat melunturkannya, perasaan rumit akan terus menerus mendiami isi hatinya hingga membuatnya kehi

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 3 : Ratapan Hati (Part 3)

    “Donfa Kragar, mencintai pria laknat sepertimu benar-benar kesalahan terbesar dalam hidupku! Aku pasti akan mengingat rasa sakit ini seumur hidupku! Kau tunggu saja balasan dariku, pasti berkali-kali lebih dahsyat dari penyiksaanmu selama ini!” pikir Karnias Saputri dalam hatinya yang benar-benar membenci dan mulai menyimpan dendam.Donfa Kragar tidak tahu isi hatinya Karnias Saputri, lebih tepatnya memang tidak mau tahu sama sekali. Alhasil, Donfa Kragar semakin ganas terus memukuli istrinya sendiri tersebut tepat di hadapan selingkuhannya. Sebuah kelakuan bejat yang sungguh sulit digambarkan hanya beberapa kata saja. “Gawat! Donfa ini benar-benar sudah terlalu berlebihan! Aku harus menghentikannya sekarang juga!” pikir Bu Linda yang sudah tak tega melihat Karnias Saputri terus menerus digampar selayaknya samsak tinju oleh Donfa Kragar tanpa memberikan sedikit pun perlawanan.“Cukup, Pak Donfa! Jangan terlalu keras memukulinya! Nanti kalau dia pingsan, bakal sulit mengurusnya! Lagi

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 2 : Ratapan Hati (Part 2)

    Karnias Saputri segera menunjukkan jari telunjuknya sambil melangkah maju ke arahnya Bu Linda. Raut wajahnya yang cantik benar-benar memudar dengan amarahnya yang memuncak hingga membuatnya mendidih karena tak tahu harus berbuat apalagi demi melampiaskan amarahnya yang mengganjal di dalam hatinya tersebut.“Kau…! Masih beraninya kau tersenyum mengejek kepadaku, hah?! Dasar rubah berbisa, kau pantas mati seribu kali!” teriak Karnias Saputri dengan nada tinggi ketika mengutuk Bu Linda dalam amarahnya.Donfa Kragar menyipitkan matanya ketika mendengar bentakan istrinya tersebut. “Lancang sekali mulutmu, hah?! Cepat minta maaf yang tulus kepada, Bu Linda! Jangan coba-coba berani beranjak pergi dari tempat ini sebelum kau melakukannya tepat di depan hadapanku dan Bu Linda! Minta maaf sekarang juga!”Karnias Saputri yang sudah kehilangan akal seolah kembali tersadar dari amarahnya. Tatapan matanya seolah tidak percaya ketika mendengar suaminya berkata-kata tidak tahu malu dan mustahil masuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status