Share

SOFA

24

“Sudah, jangan dimasukkan hati. Jangan menjadi lemah karena ucapan orang, padahal kita tidak merasa sama sekali.”

Aku mengerjap dan mengalihkan pandangan dari kerlip bintang dan bulan sabit di balik jendela kamar.

Ya, seharusnya memang aku tidak memsukkan perkataan Tante Esther ke dalam hati. Toh, aku tidak merasa seperti yang ia tuduhkan. Tapi, kok masih tidak bisa melupakan.

“Bersyukur anakku tidak jadi menikahimu,” ucap wanita itu ketika melihatku sendiri selepas acara makan keluarga itu.

Om Samudra bicara dengan ibu dan kakaknya entah di mana.

“Ternyata kamu kelihatannya saja polos, padahal busuk.”

Tentu saja aku terperangah dengan kelanjutan ucapan wanita setengah bule yang hampir menjadi ibu mertuaku. Apa maksud ucapannya?

“A-pa maksud, Tante?” Aku bertanya gagap.

“Aku tahu kenapa anakku melakukan itu kemarin padamu, itu pasti karena kamu yang menggatal. Kamu masih merayu anakku, kan, di belakang suamimu dan menantuku?”

“Astagfirullah.” Aku menggumam istigfar seraya menelan l
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Fatma Ika
bukan istri Sholehah ini Tari
goodnovel comment avatar
Syifa Marwa
salfok dg sofa berlekuk² thor. terbayang bentuknya kyk gmn. ...
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Kok aku jadi traveling sama paha Samudra yang berbulu ya...kak author tanggung jawab nieh hahahahahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status