Share

BAB 19

Perawat memanggil nama Ari untuk segera memasuki ruangan dokter.

“Permisi, dok,” ucapku.

“Iya, Bu. Silahkan masuk,” ucap dokter tersebut.

“Lho ….”

Kami sama-sama terkejut.

“Mas Zaki!”

“Mbak Mawar!”

Kami bersamaan saling menyebut nama, lalu kami pun tertawa kecil.

“Oh nama anak Mbak Mawar, Ari. Sakit apa, Mbak?” tanya Mas Zaki.

“Ari demam, Mas … eh … dok,” ucapku salah tingkah.

“Tidak apa-apa, Mbak. Panggil saja mas! Sudah terbiasa … hehe,” ucap Mas Zaki sambil tertawa kecil.

“Duh … jadi ga enak, Mas … dok,” ucapku grogi.

“Daripada panggil mas dok, malah aneh kedengarannya,” Senyum Mas Zaki mengembang lebar.

“Hm … iya, Mas,” ucapku tersenyum.

“Ari dibaringkan dulu, Mbak! Saya akan memeriksanya, ya,” ujar Mas Zaki.

“Iya, Mas.”

“Panasnya sudah berapa hari, Mbak?” tanya Mas Zaki.

“Baru pagi ini, Mas,” jawabku.

“Menyusunya gimana? Lancar atau tidak mau menyusu?”

“Tadi pagi masih lancar menyusunya, Mas.”

“Ada muntah? Diare?”

“Tidak ada.”

“Ini perutnya kembung. Nanti saya beri obat dulu, ya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status