3 tahun yang lalu.“Semoga aja Pak Benua mau berbaik hati sama gue dan menerima gue jadi asisten pribadinya.”Benua mencari sumber suara yang barusan menyebut namanya, hingga dia menemukan wanita itu, Biru sedang terduduk di bangku taman.Sementara Benua berada di taman itu hanya sedang ingin mampir, dulu saat masih kecil, dia pernah ke taman itu bersama mamanya. Tapi sejak kondisi mamanya kacau, dia sudah jarang menghabiskan waktu di luar rumah bersama mamanya.Benua penasaran dengan wanita itu, Biru yang tadi siang baru dia wawancara sebagai salah satu kandidat asisten pribadinya.“Semoga aja, usaha gue sampai memohon sama Pak Benua nggak berakhir sia-sia. Kalau gue gagal mendapatkan pekerjaan lagi, gue harus gimana? Bukan cuman gue aja yang gue pikirin, tapi gue mikirin ketiga adik gue yang masih sekolah.”Biru menangis lagi, takut jika sungguhan gagal mendapat pekerjaan lagi, mengingat setelah lulus kuliah, dia sudah gagal berkali-kali untuk mendapatkan pekerjaan. Biru trauma deng
“Aku udah mencoba bertahan Mas, tapi aku udah nggak kuat lagi sama kelakuan kamu yang seenaknya. Aku mau berpisah dari kamu Mas Benua!” Biru dengan tegas dan lantang mengutarakan keinginannya ingin berpisah dari Benua.Sudah sebulan lebih Biru menahan diri untuk tetap bersabar menghadapi Benua yang berubah tiba-tiba, pria itu menjadi sangat dingin, kasar, parahnya suka mabuk-mabukkan, dan sudah berciuman dengan wanita lain.Biru masih berdiri tegak di dalam ruangan kerja Benua menunggu respons Benua. Hingga pukul 7 malam, Benua tidak juga pulang dari kantor, sedangkan di luar suasana sudah sangat sepi, di lantai lima hanya tersisa Biru dan Benua.Biru sendiri tidak bisa menunggu untuk mengutarakan keinginannya itu nanti saat pulang ke rumah, dia ingin Benua tahu sekarang juga, bahwa dia sungguh ingin berpisah dari pria itu.Sekarang Biru masih menatap Benua yang masih duduk membelakanginya.“Kamu yakin mau berpisah dari aku, Biru?” Benua baru memutar kursi kebesaran yang dia duduki da
“Terima kasih banyak ya Mas Renando udah antar Mas Benua ke rumah,” ucap Biru ke Renando yang mengantar Benua pulang malam ini.Biru tadi pulang terburu-buru dari apartemen Ully ke rumah Benua setelah Renando menghubunginya dan memberitahu keadaan Benua yang mabuk berat.“Sama-sama Mbak Biru,” balas Renando masih lelah setelah memapah Benua menuju kamarnya dan merebahkan pria itu ke atas tempat tidurnya.“Maaf ya Mbak, Kak Benua malah mabuk-mabukkan begitu.” Renando melirik kecewa kakak angkatnya dan menunduk malu di hadapan Biru, malu ke Biru karena kelakuan Benua.Renando sendiri pun kaget saat Benua menghubungi tiba-tiba dan berteriak memintanya untuk segera datang ke kelab malam.Saat Renando datang ke kelab malam itu, dia menemukan Benua sendiri di dalam ruangan VIP, hanya ditemani berbotol-botol minuman di atas meja dan yang berjatuhan di lantai.“Kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang sama aku ya Mbak.” Renando menepuk pelan pundak kanan Biru.Biru mengangguk dan tersenyum han
1 bulan berlalu.Sudah sebulan terakhir ini, Biru tidak melayani Benua, bukan karena Biru tidak ingin, tapi Benua yang sering menolak.Paling menyakitkan, saat mereka berada di Singapura hari itu, Biru sudah bersemangat ingin melayani Benua bahkan sengaja membawa “baju dinas malam” pemberian Benua, tapi yang terjadi Benua menolak, bahkan pria itu memilih pergi ke bar menemui Darla.Malam ini, Biru ingin mencoba lagi, dia harap dengan menggoda Benua dan melayani pria itu, hubungannya dengan Benua akan membaik.Yah walaupun Biru tak paham, di mana letak kesalahannya hingga Benua berubah dingin dan kasar. Namun, meski Benua berkali-kali melukai perasaan Biru, tak sedikit pun Biru membenci Benua.“Mas Benua ....” Biru baru keluar dari kamar mandi, dia memanggil Benua dengan suara manja dan lembutnya.Biru kemudian berjalan dengan lenggokan indah, sengaja untuk menggoda Benua.Benua menatap Biru membuat Biru semakin semangat menggoda Benua, dia berjalan sambil memainkan rambutnya, memutar-
“Mas Benua nggak bosan kan karena aku sering buat nasi goreng untuk sarapan kita?” tanya Biru ke Benua saat menghidangkan nasi goreng yang dia buat untuk sarapan pagi ini.Benua menggeleng lemah merespons Biru lalu menyantap sedikit demi sedikit nasi goreng buatan Biru.Dari samping kanan tempat duduk Benua, Biru memperhatikan pria itu, Benua tampak lemas dan terlihat pria itu sedang memijat pelipisnya berkali-kali.Biru yakin penyebab Benua terlihat tak bersemangat seperti itu karena semalam saat Benua pergi ke kelab malam, Benua baru pulang malam menjelang pagi.Gery, teman Benua yang semalam mengantar Benua yang m4buk berat pulang ke rumah. Melihat Benua semalam membuat Biru kecewa, di rumah sedang ada dirinya, tapi Benua lebih memilih pergi ke kelab malam dan m4buk-m4bukkan.“Mas Benua lagi ada masalah ya? Atau kondisi mama mulai memburuk lagi?” tanya Biru baik-baik menjeda sejenak aktivitas menyantap sarapannya.“Kenapa tiba-tiba tanya begitu?” tanya Benua mendelik tajam ke Biru
Biru mengalihkan pandangannya dari surat-surat masuk yang sedang dia cek, ada office boy yang sedang berjalan mendekat ke ruangan Benua.“Buat siapa itu Mas?” tanya Biru segera berdiri dari tempat duduknya lalu mendekati office boy itu.“Buat tamunya Pak Benua, Bu. Tadi Pak Benua minta tolong ke saya untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk tamunya,” balas office boy itu.“Oh begitu ya. Biar saya saja yang antarkan ke dalam ruangan Pak Benua.” Biru mengambil alih makanan dan minuman yang akan dibawa masuk ke ruangan Benua.“Terima kasih banyak Bu Biru.” Office Boy itu sedikit menunduk ke Biru.“Sama-sama.” Biru merespons, office boy itu kemudian pergi melanjutkan pekerjaannya.Biru terdiam beberapa detik, memperhatikan makanan dan minuman di atas nampan yang dia pegang, Biru berpikir keras siapa tamu yang akan datang, dia tidak tahu apa pun tentang tamu itu. Sedikit mengherankan juga untuk Biru karena biasanya Benua meminta tolong sesuatu lewat dirinya. Biru tidak ingin terlalu me