Home / Romansa / SUAMIKU KETUA GENG MOTOR / 001 || Viana Rajendra Si Penindas

Share

SUAMIKU KETUA GENG MOTOR
SUAMIKU KETUA GENG MOTOR
Author: Diva

001 || Viana Rajendra Si Penindas

Author: Diva
last update Last Updated: 2024-10-02 10:04:48

Bab 1 Viana Si Gadis Penindas

"Kalo jalan pake mata, sialan! Lihat gara-gara kecerobohan lo baju gue kotor!" bentak Viana Rajendra— berusia 17 tahun siswi kelas XII I.

Siswi paling berkuasa di SMA Galaksi yang memiliki sebuah geng untuk menindas murid lemah.

"Maaf, Kak. Aku engga sengaja!" Siswi yang beberapa saat yang lalu menabrak Viana, sehingga jus mangga yang berada di tangannya tumpah mengenai seragam Viana.

"Gak sengaja lo bilang?" Viana terkekeh sinis membuat keadaan kantin SMA Galaksi semakin ricuh.

SMA Galaksi merupakan sekolah swasta yang terkenal di Kota Swinden. SMA Galaksi berisi murid-murid yang berasal dari keluarga terpandang termasuk Viana dan keempat temannya yang suka menindas orang.

"Viana, kayanya tuh cewek emang sengaja cari perkara sama lo!" teriak salah satu siswa dengan sengaja.

"Kasih paham, Vi, biar dia gak bikin ulah lagi!" teriak siswa lainnya.

Beberapa siswa dan siswi yang berada dipihak Viana dengan gencar memanas-manasi keadaan. Sebagian lagi memilih untuk diam tidak ikut campur. Dan mereka berhasil emosi Viana tersulut detik itu juga.

Viana membaca tanda pengenal pada seragam gadis itu. Alin Nazila, Viana akan mengingat nama itu. Waktu menunjukan pukul 09.30 pagi kota Swinden. Waktu istirahat bagi para murid SMA Galaksi, namun Viana selalu menggunakannya untuk merundung murid lain.

"Angkat kepala lo kalo ada orang ngomong!" sentak Viana lagi membuat tubuh Alin bergetar ketakutan.

Geram dengan Alin yang masih setia menunduk. Viana menarik rambut Alin sehingga wajah gadis itu terangkat. Viana berdecih melihat air mata yang membasahi kedua pipi Alin.

"Gue belum apa-apain lo aja udah nangis!"

Viana mengulurkan tangan pada Rachel, salah satu temannya. Rachel yang mengerti menyerahkan satu gelas jus strawberry yang diterima baik oleh Viana. Dia dengan sengaja menyiramkan jus tersebut pada kepala Alin sebagai pembalasan.

"Maaf, gue sengaja!" Viana tertawa diikuti oleh ketiga temannya.

"Kasian banget Vi, seharusnya lo gak gitu kali," celetuk Kanara yang kini berdiri di samping Viana.

"Yah, gue cuma bales kelakuan dia, kok. Emang salah?" Viana melepaskan jambakannya pada rambut Alin dengan kasar, membuat gadis itu terhuyung sedikit ke belakang.

"Gak salah, sih, cuma kurang aja pembalasan Lo," sahut Seyra sambil tertawa.

Viana ikut tertawa. Dia menarik dagu Alin dan mencengkeramnya dengan kuat. Tidak peduli dengan ringisan Alin saat kuku panjang Viana menancap pada dagunya.

"Alin Nazila, itu nama lo, kan?" Manik abu-abu milik Viana menyorot Alin tajam.

"Le–pasin, kak, sakit...," ringis Alin menahan perih pada dagunya.

"Dengerin gue baik-baik! Karena lo udah cari gara-gara sama gue berarti lo udah siap sama konsekuensinya!" Seringai jahat terbit pada bibir ranum Viana.

Wajah cantiknya terlihat menyeramkan di mata Alin yang kini dipenuhi air mata.

"Selamat menikmati kehidupan neraka di SMA Galaksi!" Viana melepaskan cengkeramannya lalu mendorong tubuh kecil Alin dengan kuat.

Alin terjatuh di lantai kantin. Tidak ada yang berani menolong Alin dari Viana dan ketiga temannya. Siapa yang ingin mencari masalah dengan gadis penindas seperti Viana? Tidak ada semua murid ingin hidup tenang di SMA Galaksi.

"Gitu doang jatuh! Dasar lemah lo!" Viana mencemooh Alin.

Tidak sampai disitu saja tangan Viana bersiap untuk menampar Alin. Namun, terhentin karena sebuah teriakan sopran.

"Viana!"

Viana dan ketiga temannya menoleh. Menemukan Bu Ajeng selaku guru BK di SMA Galaksi berjalan ke arahnya dengan wajah marah. Guru muda itu terkenal galak di sekolah hanya Viana yang berani mencari gara-gara pada Bu Ajeng.

Kanara, Rachel, dan Seyra melirik takut pada Bu Ajeng. Sedangkan Viana justru tersenyum dengan wajah tak berdosa.

"Ada apa, Bu?" tanyanya membuat Bu Ajeng naik pitam.

"Kamu nanya ada apa sama saya, Viana?" geram Bu Ajeng menahan segala bentuk emosi dalam dirinya.

Kelakuan Viana yang suka sekali menindas orang membuat dirinya kualahan.Tiap hari selalu ada murid yang melapor tentang aksi Viana yang sedang merundung murid lain.

"Ibu, ngapain di sini? Mau makan siang di kantin murid?" Viana melupakan kekesalannya pada Alin.Gadis itu justru semakin memancing kemarahan Bu Ajeng.

"Viana, udah deh, kita lagi dalam masalah besar," bisik Rachel menyuruh Viana berhenti.

Viana mana peduli, dia semakin senang memancing kemarahan Bu Ajeng. Dengan begitu keinginannya tercapai.

"Sudah berapa kali saya kasih peringatan sama kalian! Terutama kamu Viana!" Tunjuk Bu Ajeng dengan pelototan geram.

Viana berdecih dengan tatapan sinis.

"Saya hanya memberi pelajaran pada mereka yang sudah mengganggu saya!" balas Viana, terdengar santai.

"Berhenti menindas orang! Kelakuan buruk kamu ini merugikan orang lain!" bentak Bu Ajeng dengan nada tinggi.

Viana hanya menganggap ucapan Bu Ajeng angin lalu. Dengan kesal, Bu Ajeng menghembuskan napas kasar lalu menyuruh kelimanya untuk ikut ke ruang BK.

"Kalian berempat ikut saya ke ruang BK!"

Rachel, Kanara, dan juga Seyra yang sejak tadi menunduk. Menarik Viana untuk mengikuti Bu Ajeng yang sudah keluar dari kantin lebih dahulu. Viana melangkah dengan angkuh keluar dari kantin diikuti tatapan kagum dari para siswa yang sejak tadi memperhatikannya.

Sesampainya di ruang BK, Viana dan 3 sahabatnya diberikan 4 surat panggilan orang tua. Disaat ketiga sahabatnya gelisah, Viana justru tersenyum senang. Viana tersenyum penuh harap bahwa Arthur Rajendra— Ayah kandungnya akan datang ke sekolah memenuhi surat panggilan ini.

"Saya harap orang tua kalian datang untuk memenuhi surat panggilan ini!" Saking lelahnya, Bu Ajeng tidak ingin berbicara panjang lebar menasehati Viana dan ketiga sahabatnya ini.

Viana merupakan gadis pembully di SMA Galaksi. Dia merupakan putri tunggal keluarga Rajendra, keluarga kelas atas sehingga dia selalu berlaku seenaknya. Dia cantik, pintar, tapi sayangnya dia angkuh dan suka menindas murid lain.

***

Sayangnya harapan Viana tidak terjadi. Besoknya Viana melihat Elvano Rhisandi— asisten Arthur, datang ke sekolahnya. Viana begitu marah dan kecewa. Dia segera menghubungungi Arthur.

Suara Arthur terdengar saat panggilan telpon tersambung.

"Jangan ganggu Papa, Viana! Jika ada yang ingin dibicarakan nanti malam saja, Papa akan pulang!"

Viana menelan kembali perkataannya. Dia mendadak senang saat Arthur mengatakan ingin pulang. Belum sempat dirinya membalas perkataan Arthur, panggilan itu sudah berakhir.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Kikan Selviani Putri
yaampuunn Vianaaaaa, kamu masih 17 tahun kok udah bar-bar.. ...
goodnovel comment avatar
Agus
bagus banget..
goodnovel comment avatar
Tanzanite Haflmoon
aku paham kenapa dia begitu, ternyata dia kurang kasih sayang papanya... yg tdnya aku sempat gedek jadi gak.... lanjut Thor makin menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   189 || Ending

    Langit mulai berubah warna ketika mobil Sagara berhenti di tepi pantai yang sepi. Ombak bergulung tenang, menyapu pasir seperti napas panjang yang dilepaskan bumi. Matahari belum benar-benar tenggelam, menyisakan semburat oranye di ufuk barat. Viana turun perlahan dari mobil, mengangkat sedikit kebaya putihnya agar tak terkena pasir. High heels-nya ia lepas, diganti dengan langkah ragu-ragu yang menciptakan jejak di pasir basah. “Aku enggak nyangka kamu beneran bawa aku ke sini,” katanya lirih, menoleh ke belakang saat Sagara ikut menyusul dengan tangan dimasukkan ke saku celananya. Cowok itu hanya mengangkat bahu, senyum kecil di ujung bibirnya. Jas abu-abu yang ia kenakan masih rapi, meski dasinya sudah longgar. “Katanya kamu pengen sesuatu yang nggak rame. Cuma berdua,” jawab Sagara, lalu menoleh ke laut. “Ya ini, pantai paling ujung di Swinden. Sepi, tenang, enggak ada orang.” "Dulu kita pernah ke sini, sepulang sekolah. Ya, cuma buat hibur kamu yang lagi sedih setelah tau per

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   188 || Foto Bersama

    Viana mengangkat wajahnya pada cahaya matahari siang yang begitu terik. Angin membawa sisa harum bunga dari bangku kosong tadi, mengaduk-aduk dadanya—tapi kini tak lagi perih. Lebih ke hangat. Seperti pelukan seseorang yang lama ditunggu, lalu akhirnya datang, bukan untuk menenangkan, tapi untuk menyertai.“Viana, Sayang!” panggil sebuah suara dari kejauhan.Arthur.Pria itu melambai ke arahnya, berdiri tak jauh dari Alesha yang sedang mengelus perutnya yang membuncit. Senyum Alesha terlihat lembut, wajahnya bersinar karena cahaya matahari.Dengan langkah perlahan, Viana mendekat ke arah ayah dan ibu tirinya. Satu tahun lalu, bahkan satu bulan lalu, rasanya tak mungkin ia akan berdiri di sini, dengan hati yang ringan. Tapi waktu dan luka membentuk ruang baru di dalam dirinya—ruang yang tak diisi oleh dendam, tapi oleh pengertian.“Ayo, kita foto, Sayang!” ajak Arthur pelan.Viana mengangguk. “Ayo, Pa.”Alesha berjalan lebih dekat, tampak canggung. Ia menatap Viana sejenak, lalu berkat

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   187 || Mengenang Satya

    Usai upacara, langit berubah keemasan. Mentari menggantung lebih rendah, menyelimuti halaman SMA Galaksi dalam cahaya hangat yang temaram.Orang-orang mulai menyebar. Ada yang sibuk berfoto, ada yang tertawa—bahkan menangis bahagia. Balon-balon putih dan emas dilepas ke langit, perlahan menjauh dari jangkauan. Tapi di satu sudut, waktu seakan berhenti.Viana berdiri di bawah pohon trembesi, mendongak menatap balon-balon yang menjauh. Di tangannya tergenggam erat selembar surat kelulusan, tapi hatinya terasa berat. Ada sesuatu yang belum selesai.Sagara berjalan menghampiri, diam-diam berdiri di sisinya. Tak ada kata. Hanya tatapan panjang ke langit, ke arah balon yang makin tinggi—satu di antaranya tersangkut di dahan pohon. Menggantung. Tak ikut terbang.“Kayak Satya ya,” gumam Viana, lirih.Sagara mengangguk pelan. “Dia nggak pernah benar-benar pergi.”Viana menunduk. “Aku masih ingat suara teriakannya waktu hari itu pas dia nyuruh aku pergi. Masih terngiang. Kadang muncul waktu aku

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   186 || Hari Kelulusan

    Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, begitupun bulan berganti bulan. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, hari kelulusan telah tiba.Langit pagi membentang biru lembut di atas gedung megah SMA Galaksi, sekolah swasta elite yang hari ini penuh dengan wajah-wajah berseri dan mata-mata yang sembab karena haru. Deretan mobil mewah terparkir rapi di pelataran, menandai kedatangan para orang tua yang bangga dan siap menyaksikan momen penting anak-anak mereka.Di antara kerumunan yang berdiri di bawah naungan pohon trembesi tua, Viana berdiri dengan anggun mengenakan kebaya putih gading yang membalut tubuhnya dengan pas, memperlihatkan siluet sederhana tapi elegan. Rambutnya disanggul rapi, dihiasi jepit mutiara kecil yang berkilau saat cahaya matahari menyapunya. Wajahnya yang biasanya kuat kini tampak tenang, dengan senyum kecil yang menggantung di sudut bibir.Sagara berdiri tak jauh darinya, mengenakan jas hitam yang dipadukan dengan dasi warna burgundy. Tatapannya sesekali mel

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   185 || Memulai Kembali

    Mobil melaju perlahan meninggalkan rumah itu. Di kaca belakang, cahaya lampu rumah masih terlihat, begitu pula dua bayangan orang dewasa yang berdiri terpaku di depan garasi, diterpa angin malam yang dingin dan bisu."Papa nolak buat ceraikan Tante Alesha." Viana tertawa pelan, penuh luka. "Nggak ada cara lain selain nerima keberadaan Tante Alesha dalam hidup aku."Viana menoleh pada Sagara yang mulai menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah. Saat ini tujuan mereka apartemen. Apartemen yang kata Sagara, menjadi tempat tinggal mereka setelah menikah. "Aku senang kamu dengerin nasihat aku buat maafin mereka. Mereka orang tua kamu sekarang, meskipun kamu masih nggak bisa nganggep Tante Alesha sebagai Mama kamu. Tapi ingat kasih sayang yang selalu Tante Alesha curahkan ke kamu, Viana!" Sagara menggenggam tangan Viana dengan lembut, dan hangat. Tangan yang sudah lama tidak dia genggam, bahkan terasa sangat jauh dari jangkauannya. Viana tersenyum lebar. "Makasih ya, Sagara. Kam

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   184 || Damai

    "Viana!"Suara itu memecah keheningan malam yang bergantung di antara lampu-lampu taman rumah besar bergaya Eropa. Viana baru saja membuka pintu mobil ketika suara Arthur menggema, membuat langkahnya terhenti. Tangannya masih menggenggam handle pintu, tapi tubuhnya membeku di tempat. Matanya memejam sesaat, mencoba menahan semua rasa yang mengendap sejak tadi.Arthur mendekat. Kemeja putihnya tampak kusut, dasi tergantung longgar di leher. Wajahnya lelah, tapi matanya penuh ketegangan. Di belakangnya, Alesha berdiri beberapa langkah, memeluk tas kerja ke dadanya, sementara Sagara berdiri di sisi mobil, menyandarkan punggung ke pintu dengan lengan terlipat."Viana, dengar dulu Papa minta maaf."Suara Arthur serak. Bukan karena dingin, tapi karena sesuatu yang sudah lama menyesak. Matanya memohon. Bukan seperti tatapan seorang ayah yang memarahi anaknya. Tapi seperti seseorang yang akhirnya menyadari betapa besar kesalahan yang telah ia lakukan, dan seberapa besar luka yang telah dibiar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status