Home / Romansa / SUAMIKU KETUA GENG MOTOR / 006|| Bertemu Sagara Di Kantin

Share

006|| Bertemu Sagara Di Kantin

Author: Diva
last update Last Updated: 2024-10-02 10:10:34

Bab 6

"Emang ada yang mau sama cewek sakit jiwa kaya lo?" tanya Sagara sarkastik.

Viana mengepalkan tangannya kuat. Dia menatap tajam Sagara yang tersenyum mengejek padanya.

"Buktinya gue sama dia udah pacaran 1 tahun." Viana mengibaskan rambutnya angkuh di depan Sagara.

"Kayanya tuh cowok sakit jiwa juga!" Sagara tidak berhenti untuk mengejek Viana.

"Jaga mulut lo, ya!" sungut Viana kesal.

Sagara tidak mempedulikan kekesalan Viana.

"Bukan lo aja yang gak mau berita perjodohan ini tersebar, tapi gue juga," kata Sagara membuat Viana tersenyum sumringah.

Viana tersenyum sinis. "Bagus! Gue jadi gak perlu capek-capek ngasih peringatan sama lo buat tutup mulut!"

Viana melipatkan tangan di depan dada. Tatapan Viana memandang Sagara dengan sinis.

"Gue mau tegasin sama lo! Anggap aja kita gak pernah kenal dan gak ada hubungan apapun! Gue harap lo ngerti!" Setelah mengatakan itu Viana berbalik pergi dari rooftop.

***

"Viana, kamu mau makan apa?" tanya Ravin yang kini berdiri di depan Viana.

"Samain aja sama kamu," jawab Viana sambil memainkan sebuah rubik di tangannya.

Ravin mengangguk, lalu langsung menuju salah satu stand makanan.

Ravin Aditamaー18 tahun, siswa yang aktif disalah satu organisasi sekolah. Dia kekasih Viana, sikap keduanya sangat bertolak belakang. Ravin merupakan murid berprestasi dan tidak pernah melanggar peraturan sekolah.

Meskipun memiliki sikap yang bertolak belakang, keduanya sudah menjalin hubungan kurang lebih selama 2 tahun. Ravin tidak pernah mempermasalahkan keburukan Viana. Hal itulah yang membuat Viana merasa nyaman.

"Aku pesenin kamu soto. Gak papa, kan?" tanya Ravin yang kembali duduk di hadapan Viana.

Viana mengangguk pelan, "iya."

"Di kelas kamu ada murid baru, ya?" tanya Ravin seketika membuat Viana kikuk.

Viana hanya mengangguk saja.

"Rambutnya berantakan, ya? Seragamnya juga, kan?" Ravin penyuka kerapihan dan kedisplinan. "Keliatan banget kalo dia berandalan."

Bahkan, Ravin sudah menilai kepribadian buruk Sagara. Anehnya, keburukan Viana tidak pernah dipermasalahkan. Ravin hanya menasehatinya saja tidak terlalu ikut campur.

"Mukanya juga berantakan!" sahut Viana sambil tertawa dengan tangan yang menutupi mulut.

Ravin ikut tertawa, dia menyentil dahi Viana pelan.

"Kamu mah ada-ada aja, sih!"

Keduanya mulai menikmati soto masing-masing dengan tenang. Suasana kantin utama selalu ramai. Viana duduk terpisah dengan ketiga sahabatnya.

Suara ricuh dari pengunjung kantin menarik atensi Viana. Dia mengangkat wajahnya menatap pintu masuk kantin. Terdapat segerombolan murid laki-laki dengan seragam urakan. Salah satunya Sagara. Panjang umur sekali baru saja dibicarakan, Sagara muncul.

"Itu kan murid barunya?" Ravin melempar pertanyaan setelah menenggak es teh miliknya.

"Iya," jawab Viana singkat.

Viana mencoba terlihat biasa saja di depan Ravin. Namun, semuanya sulit apalagi ketika Sagara melewati meja mereka. Sagara sengaja sekali melirik Viana secara terang-terangan. Membuat Viana menyumpah serapahi Sagara detik itu juga.

"Cuma murid berandal kaya dia, kok bisa, ya buat satu sekolah heboh," gumam Ravin memperhatikan Sagara.

Viana tertawa sepertinya Ravin tidak menyukai Sagara seperti dirinya.

"Mata mereka kayanya buta, deh sampe gak bisa lihat kalo murid baru itu spek preman pasar!"

Ravin ikut tertawa. Keduanya tidak menyadari jika Sagara mendengar pembicaraan mereka. Karena, jaraknya yang cukup dekat.

"Semoga mereka cepet dapet kesadaran, ya!" Ravin merasa senang ternyata Viana tidak menyukai sosok murid baru itu.

"Ravin, kamu udah selesai makan, kan?" tanya Viana buru-buru menenggak jus jeruk miliknya.

"Iya, kenapa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Ravin penuh perhatian.

Viana menggeleng dengan kikuk. Viana hanya tidak ingin satu ruangan dengan Sagara. Dia juga memikirkan bagaimana nasib ke depannya nanti di sekolah.

Meksipun Sagara tidak ingin mengungkapkan hubungan mereka, tetapi tetap saja Viana tidak bisa mempercayainya. Viana bahkan tidak berani membayangkannya. Karena bagaimana pun, dia tidak ingin hubungannya dengan Ravin berakhir.

"Aku gak butuh apa-apa. Aku cuma mau ke perpustakaan aja, kok." Beruntung Viana dengan cepat mencari alasan yang tepat. "Kamu mau, kan nemenin aku belajar di perpustakaan?"

Ravin terkekeh pelan. Ini yang membuat dia menyukai Viana. Meskipun Viana suka menindas seseorang, dia tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang pelajar.

"Ayo, kita ke perpustakaan." Ravin berdiri seraya mengulurkan tangannya pada Viana.

Viana menerimanya dengan baik. Saat ingin keluar dari kantin teriakan Sagara menghentikan langkah mereka.

"Viana Rajendra!" panggil Sagara.

Viana berdecak kesal. Dia bergumam pelan, "Sial! Ngapain preman pasar itu manggil gue?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tanzanite Haflmoon
waduh pasti Sagara ya ada di perpustakaan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   189 || Ending

    Langit mulai berubah warna ketika mobil Sagara berhenti di tepi pantai yang sepi. Ombak bergulung tenang, menyapu pasir seperti napas panjang yang dilepaskan bumi. Matahari belum benar-benar tenggelam, menyisakan semburat oranye di ufuk barat. Viana turun perlahan dari mobil, mengangkat sedikit kebaya putihnya agar tak terkena pasir. High heels-nya ia lepas, diganti dengan langkah ragu-ragu yang menciptakan jejak di pasir basah. “Aku enggak nyangka kamu beneran bawa aku ke sini,” katanya lirih, menoleh ke belakang saat Sagara ikut menyusul dengan tangan dimasukkan ke saku celananya. Cowok itu hanya mengangkat bahu, senyum kecil di ujung bibirnya. Jas abu-abu yang ia kenakan masih rapi, meski dasinya sudah longgar. “Katanya kamu pengen sesuatu yang nggak rame. Cuma berdua,” jawab Sagara, lalu menoleh ke laut. “Ya ini, pantai paling ujung di Swinden. Sepi, tenang, enggak ada orang.” "Dulu kita pernah ke sini, sepulang sekolah. Ya, cuma buat hibur kamu yang lagi sedih setelah tau per

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   188 || Foto Bersama

    Viana mengangkat wajahnya pada cahaya matahari siang yang begitu terik. Angin membawa sisa harum bunga dari bangku kosong tadi, mengaduk-aduk dadanya—tapi kini tak lagi perih. Lebih ke hangat. Seperti pelukan seseorang yang lama ditunggu, lalu akhirnya datang, bukan untuk menenangkan, tapi untuk menyertai.“Viana, Sayang!” panggil sebuah suara dari kejauhan.Arthur.Pria itu melambai ke arahnya, berdiri tak jauh dari Alesha yang sedang mengelus perutnya yang membuncit. Senyum Alesha terlihat lembut, wajahnya bersinar karena cahaya matahari.Dengan langkah perlahan, Viana mendekat ke arah ayah dan ibu tirinya. Satu tahun lalu, bahkan satu bulan lalu, rasanya tak mungkin ia akan berdiri di sini, dengan hati yang ringan. Tapi waktu dan luka membentuk ruang baru di dalam dirinya—ruang yang tak diisi oleh dendam, tapi oleh pengertian.“Ayo, kita foto, Sayang!” ajak Arthur pelan.Viana mengangguk. “Ayo, Pa.”Alesha berjalan lebih dekat, tampak canggung. Ia menatap Viana sejenak, lalu berkat

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   187 || Mengenang Satya

    Usai upacara, langit berubah keemasan. Mentari menggantung lebih rendah, menyelimuti halaman SMA Galaksi dalam cahaya hangat yang temaram.Orang-orang mulai menyebar. Ada yang sibuk berfoto, ada yang tertawa—bahkan menangis bahagia. Balon-balon putih dan emas dilepas ke langit, perlahan menjauh dari jangkauan. Tapi di satu sudut, waktu seakan berhenti.Viana berdiri di bawah pohon trembesi, mendongak menatap balon-balon yang menjauh. Di tangannya tergenggam erat selembar surat kelulusan, tapi hatinya terasa berat. Ada sesuatu yang belum selesai.Sagara berjalan menghampiri, diam-diam berdiri di sisinya. Tak ada kata. Hanya tatapan panjang ke langit, ke arah balon yang makin tinggi—satu di antaranya tersangkut di dahan pohon. Menggantung. Tak ikut terbang.“Kayak Satya ya,” gumam Viana, lirih.Sagara mengangguk pelan. “Dia nggak pernah benar-benar pergi.”Viana menunduk. “Aku masih ingat suara teriakannya waktu hari itu pas dia nyuruh aku pergi. Masih terngiang. Kadang muncul waktu aku

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   186 || Hari Kelulusan

    Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, begitupun bulan berganti bulan. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, hari kelulusan telah tiba.Langit pagi membentang biru lembut di atas gedung megah SMA Galaksi, sekolah swasta elite yang hari ini penuh dengan wajah-wajah berseri dan mata-mata yang sembab karena haru. Deretan mobil mewah terparkir rapi di pelataran, menandai kedatangan para orang tua yang bangga dan siap menyaksikan momen penting anak-anak mereka.Di antara kerumunan yang berdiri di bawah naungan pohon trembesi tua, Viana berdiri dengan anggun mengenakan kebaya putih gading yang membalut tubuhnya dengan pas, memperlihatkan siluet sederhana tapi elegan. Rambutnya disanggul rapi, dihiasi jepit mutiara kecil yang berkilau saat cahaya matahari menyapunya. Wajahnya yang biasanya kuat kini tampak tenang, dengan senyum kecil yang menggantung di sudut bibir.Sagara berdiri tak jauh darinya, mengenakan jas hitam yang dipadukan dengan dasi warna burgundy. Tatapannya sesekali mel

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   185 || Memulai Kembali

    Mobil melaju perlahan meninggalkan rumah itu. Di kaca belakang, cahaya lampu rumah masih terlihat, begitu pula dua bayangan orang dewasa yang berdiri terpaku di depan garasi, diterpa angin malam yang dingin dan bisu."Papa nolak buat ceraikan Tante Alesha." Viana tertawa pelan, penuh luka. "Nggak ada cara lain selain nerima keberadaan Tante Alesha dalam hidup aku."Viana menoleh pada Sagara yang mulai menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah. Saat ini tujuan mereka apartemen. Apartemen yang kata Sagara, menjadi tempat tinggal mereka setelah menikah. "Aku senang kamu dengerin nasihat aku buat maafin mereka. Mereka orang tua kamu sekarang, meskipun kamu masih nggak bisa nganggep Tante Alesha sebagai Mama kamu. Tapi ingat kasih sayang yang selalu Tante Alesha curahkan ke kamu, Viana!" Sagara menggenggam tangan Viana dengan lembut, dan hangat. Tangan yang sudah lama tidak dia genggam, bahkan terasa sangat jauh dari jangkauannya. Viana tersenyum lebar. "Makasih ya, Sagara. Kam

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   184 || Damai

    "Viana!"Suara itu memecah keheningan malam yang bergantung di antara lampu-lampu taman rumah besar bergaya Eropa. Viana baru saja membuka pintu mobil ketika suara Arthur menggema, membuat langkahnya terhenti. Tangannya masih menggenggam handle pintu, tapi tubuhnya membeku di tempat. Matanya memejam sesaat, mencoba menahan semua rasa yang mengendap sejak tadi.Arthur mendekat. Kemeja putihnya tampak kusut, dasi tergantung longgar di leher. Wajahnya lelah, tapi matanya penuh ketegangan. Di belakangnya, Alesha berdiri beberapa langkah, memeluk tas kerja ke dadanya, sementara Sagara berdiri di sisi mobil, menyandarkan punggung ke pintu dengan lengan terlipat."Viana, dengar dulu Papa minta maaf."Suara Arthur serak. Bukan karena dingin, tapi karena sesuatu yang sudah lama menyesak. Matanya memohon. Bukan seperti tatapan seorang ayah yang memarahi anaknya. Tapi seperti seseorang yang akhirnya menyadari betapa besar kesalahan yang telah ia lakukan, dan seberapa besar luka yang telah dibiar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status