Beranda / Young Adult / SUAMIKU KETUA GENG MOTOR / 145 || Cinta Segitiga?

Share

145 || Cinta Segitiga?

Penulis: Diva
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 00:04:22

Aroma tumisan bawang putih dan telur menguar memenuhi dapur kecil apartemen pagi itu. Cahaya matahari mengintip malu-malu dari celah tirai, menciptakan bayangan hangat di atas meja makan. Viana berdiri di depan kompor dengan celemek motif polkadot, mulutnya komat-kamit sambil mencicipi kuah sayur dengan sendok kayu.

"Masih asin nggak ya?" gumamnya. Dia mencelupkan jari ke dalam kuah, mencicip sedikit, lalu mengangguk pelan. "Lumayan. Nggak separah minggu lalu."

Di balik meja makan, Sagara duduk diam, menatap ke arah punggung Viana yang mondar-mandir dari dapur ke kulkas. Biasanya, pagi-pagi begini penuh dengan suara protes karena masakan Viana sering keasinan atau terlalu matang. Tapi pagi ini rasanya semua terasa berbeda.

"Gar, kamu kenapa diem aja?" Viana menoleh, membawakan dua piring nasi dan lauk sederhana ke meja. "Nggak suka makananku hari ini?"

Sagara menggeleng cepat. "Bukan gitu."

"Terus apa? Kamu keliatan kayak habis ketemu mantan."

Viana duduk di hadapannya, alisnya bertau
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   149 || Pelarian Viana

    "Lo ngancam kita?" Denzel tertawa remeh menatap Satya yang berdiri menjulang di depannya. Dia melirik kedua sahabatnya, memberi kode yang diangguki langsung oleh mereka. Ketiganya mendekat pada Satya. Mengepung sosok lelaki yang kini mengepalkan kedua tangannya penuh emosi. Satya menatap satu per satu wajah mereka. Dia tahu, kalah jumlah. Tapi dia juga tahu, menyerah bukan pilihan. Satu orang melompat lebih dulu—si gagang besi. Satya bergeser ke kanan, menghindar. Besi itu menghantam dinding dengan suara dentuman keras. Debu beterbangan di sekitarnya. Satya tak tinggal diam, dia membalas serangan sang lawan dengan menendang perutnya cukup kuat. Cowok itu mundur, terbatuk. Sambil memegangi perutnya yang terasa nyeri. Sedangkan kan Danzel dan satu cowok lainnya bergerak mendekat bersamaan. Satu tangan mencengkeram seragam Satya, menariknya ke belakang. Yang lain mengayunkan pisau—berusaha menusuk dari samping. Satya berbalik cepat. Sikutnya menghantam rahang si penarik se

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   148 || Gudang Belakang Sekolah

    “Bu, teman kami masih di bawah! Dia ke toilet!” Rachell berseru sambil menunjuk ke arah lorong.Guru itu menggeleng cepat. “Enggak bisa, ini darurat. Sekolah diserang. Kami akan cari sisanya, sekarang kalian harus ikut!”“Bentar, Kak Viana masih di sana!” Alin nyaris menangis.“Satya sedang menyisir area itu. Kami sudah kirim beberapa OSIS ke arah belakang gedung. Cepat ke rooftop. Itu tempat paling aman sekarang!”Ledakan kecil terdengar dari arah lapangan parkir. Disusul suara kaca pecah. Alarm mobil meraung tak karuan.Seyra mencengkeram pergelangan tangan Alin dan Rachell. "Gue nggak suka ini. Kita ikut dulu. Viana pasti ditemuin Satya."Rachell menoleh sekali lagi ke arah lorong toilet yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya suara langkah kaki, teriakan, dan kegaduhan yang semakin dekat dari segala penjuru.Mereka bertiga dibawa naik ke lantai tiga. Koridor itu sesak oleh murid dan guru. Semua menuju tempat yang sama yaitu rooftop.Di belakang, suara motor semakin dekat.

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   147 || Panik

    “Yay! Akhirnya ujian selesai!”Alin berseru sambil menggoyang-goyangkan kedua tangannya ke atas. Mata gadis kelas sepuluh itu berbinar penuh lega.Rachell tertawa kecil, menyandarkan tubuh di bangku taman kecil dekat kantin SMA Galaksi. “Rasanya kayak lepas dari jerat.”“Setidaknya seminggu ke depan bisa tidur tenang tanpa mimpi buruk soal ujian,” sahut Seyra, membenarkan ikat rambutnya yang sedikit berantakan.Viana duduk di sisi bangku, hoodie putihnya masih melekat erat di tubuh. Ia menyandarkan kepala ke sandaran bangku, wajahnya terlihat tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa hari. “Syukur banget kita bisa ngelewatin ini semua bareng.”Alin mengangguk cepat. “Makasih, Kak Viana, Kak Rachell, dan Kak Seyra. Udah nemenin aku selama minggu-minggu ini.”Viana tersenyum kecil. “Lo juga hebat, Lin. Bisa tahanin semuanya.”Obrolan mereka ringan. Tak ada beban. Tak ada tekanan. Hanya sisa-sisa lelah dari ujian yang perlahan menguap jadi rasa lega.“Gue ke toilet dulu ya,” ujar Viana

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   146 || Aaprtemen

    Lampu gantung di ruang tengah hanya menyala setengah redup. Di luar jendela, angin malam Swinden berembus pelan, membawa suara jalanan yang makin sepi. Viana duduk di pojokan sofa, berselimut hoodie abu yang terlalu besar, kedua lutut ditarik ke dada. Matanya menatap layar ponsel yang menyala di panggilan masuk kelima.Papa (5 panggilan tak terjawab)Tampilan itu berkedip sekali lagi. Lalu mati.Viana menghela napas dalam-dalam. Tubuhnya bergetar kecil, bukan karena dingin, tapi karena emosi yang tak kunjung reda sejak siang. Dia menggigit bibir bawahnya—keras, hampir berdarah. Tapi rasa sesaknya tetap di dada, bukan di bibir.“Aku benci banget ... tapi kenapa susah banget buat nge-blok nomornya?” gumamnya lirih, lebih ke diri sendiri.Sagara yang sejak tadi duduk bersila di lantai, bersandar pada tepi sofa, hanya menoleh pelan. Dia melihat Viana, melihat jari-jarinya yang menggenggam ponsel terlalu erat, dan rahangnya yang mengeras.Panggilan masuk lagi. Papa.Tanpa bicara, Sagara me

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   145 || Cinta Segitiga?

    Aroma tumisan bawang putih dan telur menguar memenuhi dapur kecil apartemen pagi itu. Cahaya matahari mengintip malu-malu dari celah tirai, menciptakan bayangan hangat di atas meja makan. Viana berdiri di depan kompor dengan celemek motif polkadot, mulutnya komat-kamit sambil mencicipi kuah sayur dengan sendok kayu."Masih asin nggak ya?" gumamnya. Dia mencelupkan jari ke dalam kuah, mencicip sedikit, lalu mengangguk pelan. "Lumayan. Nggak separah minggu lalu."Di balik meja makan, Sagara duduk diam, menatap ke arah punggung Viana yang mondar-mandir dari dapur ke kulkas. Biasanya, pagi-pagi begini penuh dengan suara protes karena masakan Viana sering keasinan atau terlalu matang. Tapi pagi ini rasanya semua terasa berbeda."Gar, kamu kenapa diem aja?" Viana menoleh, membawakan dua piring nasi dan lauk sederhana ke meja. "Nggak suka makananku hari ini?"Sagara menggeleng cepat. "Bukan gitu.""Terus apa? Kamu keliatan kayak habis ketemu mantan."Viana duduk di hadapannya, alisnya bertau

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   144 || Perasaan Sagara

    Langit malam Swinden menggantung kelam di balik jendela apartemen lantai sembilan itu. Jam digital di atas nakas berkedip pelan menunjukkan pukul 02.31. Sagara masih terjaga, matanya menatap kosong ke langit-langit kamarnya yang remang.Kepalanya penuh. Terlalu penuh, sampai napas pun terasa berat.Dia duduk di tepian ranjang, rambutnya berantakan, kaos hitamnya kusut, dan kedua siku bertumpu pada lutut. Tangannya mengusap wajah pelan."Kenapa sih ... malah kepikiran terus?"Gumaman itu lepas, nyaris tak bersuara. Tapi dadanya makin sesak. Bukan karena beban hidup, bukan karena masalah geng, bukan karena ujian sekolah. Tapi karena satu nama yaitu Viana Rajendra.Cewek keras kepala, jutek, galak, yang dulu selalu berhasil membuat darahnya naik cuma karena tatapan matanya. Tapi sekarang, cewek itu yang paling sering muncul di kepalanya.Mulai dari tatapan mata Viana yang menyimpan trauma, sampai cara gadis itu menahan tangis di kafe tadi. Semuanya membekas dalam ingatannya tak bisa hila

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status