Beranda / Romansa / SUAMIKU KETUA GENG MOTOR / 144 || Perasaan Sagara

Share

144 || Perasaan Sagara

Penulis: Diva
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-04 18:51:45

Langit malam Swinden menggantung kelam di balik jendela apartemen lantai sembilan itu. Jam digital di atas nakas berkedip pelan menunjukkan pukul 02.31. Sagara masih terjaga, matanya menatap kosong ke langit-langit kamarnya yang remang.

Kepalanya penuh. Terlalu penuh, sampai napas pun terasa berat.

Dia duduk di tepian ranjang, rambutnya berantakan, kaos hitamnya kusut, dan kedua siku bertumpu pada lutut. Tangannya mengusap wajah pelan.

"Kenapa sih ... malah kepikiran terus?"

Gumaman itu lepas, nyaris tak bersuara. Tapi dadanya makin sesak. Bukan karena beban hidup, bukan karena masalah geng, bukan karena ujian sekolah. Tapi karena satu nama yaitu Viana Rajendra.

Cewek keras kepala, jutek, galak, yang dulu selalu berhasil membuat darahnya naik cuma karena tatapan matanya. Tapi sekarang, cewek itu yang paling sering muncul di kepalanya.

Mulai dari tatapan mata Viana yang menyimpan trauma, sampai cara gadis itu menahan tangis di kafe tadi. Semuanya membekas dalam ingatannya tak bisa hila
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   173 || Kebingungan Viana

    Angin dari AC menyebar perlahan di setiap sudut kamar luas bergaya modern klasik itu. Lampu tidur di sudut ruangan memancarkan cahaya temaram keemasan, menciptakan bayangan-bayangan samar di dinding putih marmer. Viana duduk di tepi ranjangnya, memeluk lutut. Selimut tipis melorot di kaki, sementara mata gadis itu menatap kosong ke arah jendela yang sudah tertutup tirai otomatis.Dia seharusnya tidur. Tapi pikirannya terlalu gaduh. Sagara Giantara. Kenapa nama itu masih berputar-putar di benaknya?Kejadian siang tadi saat jam istirahat kembali berputar dalam kepalanya. Tatapan Sagara saat dia bentak habis-habisan di depan siswa lain. Viana merasa dirinya terlalu kejam? Atau memang pantas?Dia memejamkan mata, mengingat kembali obrolan bersama Alesha dan Arthur saat dirinya pertama kali dirinya pulang dari rumah sakit. Kalimat yang selalu mereka ulang setiap harinya. “Sagara itu bajingan. Jangan pernah percaya dia, Viana.”Tapi saat tadi di makam Satya sore tadi. Kanara, Seyra, dan ju

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   172 || Makam Satya

    Langit sore menaungi makam yang baru beberapa hari lalu dipenuhi pelayat. Kini hanya sunyi, ditemani empat gadis berseragam SMA Galaksi duduk di atas rumput yang masih lembap. Batu nisan hitam di hadapannya bertuliskan: Satya Diandra— 2006–2025.Rachell, Seyra, Kanara, dan Viana tak mengucapkan sepatah kata pun. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Viana berdiri di hadapan makam, memeluk tubuhnya sendiri seolah angin sore terlalu menusuk meski matahari belum tenggelam."Dulu dia suka banget makan es krim di belakang sekolah, takut ketauan sama kita kalo dia suka es krim," gumam Rachell pelan, tersenyum kecil. Suaranya nyaris tertelan angin."Dan selalu nyuruh kita buat belajar tiap Senin pagi di perpus... padahal dia sendiri yang telat," tambah Kanara. Suaranya serak, tapi ia mencoba tertawa.Seyra hanya mengangguk. Matanya sembab, namun tak ada air mata tersisa. Viana hanya membisu sejak tadi, menatap batu nisan bertuliskan nama lengkap Satya dengan nanar. "Gue nggak bi

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   171 || Semakin Hancur

    Sudah tujuh hari sejak Viana kembali ke sekolah, dan dalam tujuh hari itu pula, kehidupan Sagara berubah menjadi semacam penjara tak terlihat. Setiap detik menjadi beban. Setiap langkah terasa berat. Setiap tatapan Viana—yang dulunya hangat dan penuh cinta—kini berubah tajam, seperti belati yang menghunus tanpa ampun.Hari ini pun sama. Di lorong lantai dua yang menghubungkan kelas IPA ke kantin, Viana berjalan bersama Kanara, Rachell, dan Seyra. Rambutnya dikuncir tinggi, langkahnya mantap seperti biasa, tapi ada aura dingin yang menyelimutinya. Matanya menajam seketika ketika sosok berseragam SMA Galaksi berblazer hitam itu muncul di hadapan mereka.Sagara.Dia berdiri mematung beberapa meter di depan, tepat di sisi meja panel distribusi listrik. Matanya menatap Viana yang kian mendekat. Tatapannya bukan tatapan penuh percaya diri seperti dulu—melainkan sorot orang yang sudah terlalu lelah disalahkan, tapi tetap berharap ada seberkas pengampunan.“Viana...” Sagara melangkah pelan, n

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   170 || Luka Sagara

    Langit siang di atas rooftop SMA Galaksi tidak biru. Awan kelabu menggantung berat, seperti meniru perasaan seseorang yang kini duduk di pojok, bersandar pada dinding beton yang dingin.Sagara menunduk. Jemarinya mencengkeram rambutnya sendiri, napasnya berat dan tidak teratur. Seragamnya kusut, dasi longgar menggantung tak berguna. Blazer-nya terbuka lebar, dan keringat dingin mengalir dari pelipis. Hanya suara desiran angin yang menyapa, membawa bisikan samar dari kelas-kelas yang jauh di bawah sana.Di dekatnya, Kenzo duduk memeluk lutut. Sedangkan Danish bersandar pada pagar pembatas, menatap langit sambil mengatupkan rahangnya erat."Gue... gue gila ya, Ken. Gue goblok banget, Dan. Lo liat sendiri tadi, kan? Viana ngomong kayak gitu di depan semua orang." Suara Sagara pecah, serak, seperti sedang menahan sesuatu yang terlalu besar di dadanya. "Dan dia bener. Semua yang dia bilang, bener.”Kenzo menoleh pelan. Matanya memerah. “Nggak, Gar. Nggak bener semua itu.”Sagara tertawa mi

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   169 || Semakin Hancur

    Langkah Viana berhenti di depan pintu kelas 12 IPA. Jemarinya sempat mengepal saat suara riuh kelas menyambut kehadirannya. Hampir semua kepala menoleh. Bisik-bisik langsung memenuhi udara.“Itu Viana, kan?”“Gue kira dia... nggak bakal balik.”“Gila, mukanya pucat banget.”Viana pura-pura tak mendengar. Pandangannya lurus ke depan, melangkah masuk dengan kepala tegak, walau napasnya terasa berat.Langit-langit kelas 12 IPA dihiasi lampu neon putih yang memantul di permukaan meja-meja kayu yang sudah penuh coretan. Dindingnya dipenuhi majalah dinding, grafik kimia, dan jadwal piket. Namun pagi ini, kelas itu berubah menjadi ruang penuh tatapan asing—campuran keterkejutan, rasa iba, dan rasa ingin tahu yang menyakitkan.“Vi, sini duduk bareng gue,” ajak Rachell cepat, menarik tangan Viana ke kursi yang masih kosong di sebelahnya. Kanara dan Seyra juga duduk di barisan yang sama.Viana mengangguk kecil. Dia menunduk sejenak, menarik napas panjang. Dadanya sesak. Bukan karena udara kelas

  • SUAMIKU KETUA GENG MOTOR   168 || Perubahan Sikap Viana

    Viana berdiri di depan cermin, dia menatap bayangannya sendiri. Mata itu terasa kosong. Tapi hari ini, dia harus ke sekolah. Katanya, ini bagian dari pemulihan.Di meja makan, Arthur dan Alesha masih memerankan peran sebagai orang tua yang sempurna—senyum hangat, tatapan penuh kekhawatiran, dan perhatian yang nyaris terlalu rapi.“Kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu tinggal hubungi Papa, ya. Papa akan langsung jemput,” ujar Arthur sambil menuang susu ke dalam gelas.Viana hanya mengangguk, suaranya tersangkut di tenggorokan. Di dalam mobil, jalanan berlarian di balik kaca. Tapi perasaannya justru diam. Terlalu diam. Seolah badai besar sedang menunggu waktu untuk datang.Langit pagi menggantung bening di atas bangunan megah SMA Galaksi. Gedung bergaya modern-klasik itu berdiri tegap di antara rindangnya pohon flamboyan yang sudah mulai menua daunnya. Pagi ini terasa lebih hangat, lebih hidup. Terlebih saat sebuah mobil hitam berhenti tepat di pelataran depan lobi utama.Pintu belakang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status