Beranda / Rumah Tangga / SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA / Bab 1 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

Share

SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA
SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA
Penulis: Emylia Arkana Putra

Bab 1 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-23 19:33:21

Dengan tangan bergetar, aku mengambil sisa nasi yang berserakan di lantai karena dibuang oleh Nyonya Mala, yang tak lain Ibu mertuaku sendiri.

"Kamu itu hanya seorang pembantu. Jangan mimpi bisa mendekati Ardian," sebuah ucapan yang dibarengi dengan toyoran di kepala.

Berkali-kali aku mendapatkan perlakuan tidak manusiawi di rumah yang begitu mewah dengan fasilitas serba ada tersebut.

Pembantu? Ya, aku seorang istri yang selalu dipanggil dengan sebutan pembantu. Bahkan untuk menyebut nama Ardian yang tak lain suamiku sendiri harus dengan sebutan Tuan Ardian.

"Apa sih, Ma. Pagi-pagi sudah ribut?" tanya Flo adik perempuan Ardian.

"Mama itu gemes sama pembantu sialan ini, Flo. Apalagi kalau dia dekat-dekat dengan kakakmu."

"Suruh pergi saja kenapa, sih, Ma. Lagian Papa 'kan sudah tidak ada."

"Tapi bapaknya dia masih hidup, Flo."

Keluarga di rumah ini memang sangat membeciku. Karena kedatanganku menjadi istrinya Ardian hanya mempermalukan status mereka sebagai keluarga pengusaha sukses.

Mereka pikir, aku yang menginginkan perjodohan ini. Padahal diriku sendiri tidak pernah tahu dengan perjodohan yang dilakukan bapakku dengan almarhum papanya Ardian yang meninggal satu minggu setelah pernikahan dilaksanakan.

Bapak dan papanya Ardian adalah sahabat. Hanya saja status sosial kami memang berbeda. Papanya Ardian terlahir dari keluarga sangat berada. Sedangkan Bapak terlahir dari keluarga sangat sederhana.

Harapan dan impian menjadi seorang istri yang bahagia telah pupus. Karena pada kenyataannya aku harus merasakan pernikahan yang begitu menyiksa lahir dan batin.

Pernikahan yang baru berjalan enam bulan, tapi sudah membuat tubuhku tinggal tulang dan kulit saja.

"Sundarii ... ngapain kamu masih di kamarnya Ardian? Keluar!" bentak Nyonya Mala dengan menyeretku.

"Sa - saya tidak ada maksud apa-apa, Nyonya. Tadi saya hanya menyiapkan apa yang diminta Tuan Ardian saja."

Kini tubuhku terjengkang di lantai karena dorongan keras dari Nyonya Mala.

"Sudah saya bilang 'kan? Pernikahan itu tidak ada artinya untuk kami. Semua terpaksa agar Ardian tetap mendapat warisan dari papanya. Jadi jangan sekali-kali berpikir kalau kamu itu istrinya Ardian! Paham."

Lelaki tampan yang memakai jas dan menenteng tas kerja berwarna cokelat kini lewat di sampingku tanpa menoleh sedikitpun.

Ardian, suamiku. Dia tidak pernah membelaku sedikitpun saat semua keluarganya bersikap begitu kasar padaku. Hanya sikap acuh dan angkuh yang selalu dia perlihatkan.

Ingin rasanya aku pergi dan meninggalkan rumah neraka ini. Tapi akhirnya niat itu ku'urungkan ketika rasa sakit hati menjadi sebuah dendam.

Ya. Aku dendam atas perlakuan mereka padaku selama ini. Dan keinginanku tersebut mendapatkan jalan yang begitu mudah.

Saat itu aku tidak sengaja mendengar pembicaraan Nyonya Mala dan Ardian. Mereka membicarakan tentang Nyonya Intan. Pengusaha yang menjadi saingan keluarga mereka.

Aku pun berusaha mencari tahu tentang Nyonya Intan. Karena dia bisa memberi jalan untuk balas dendamku.

***

"Jadi, kamu ini istrinya Ardian?" tanya perempuan yang terlihat begitu cantik dengan balutan pakaian mewah. Dia terus berputar memandangku dari atas kepala hingga ujung kaki. " Saya tidak pernah tahu kalau ternyata Ardian sudah menikah."

"Kami dijodohkan oleh Bapak dan papanya Ardian. Tetapi Nyonya Mala dan Ardian tidak pernah menganggap pernikahan itu ada. Pernikahan kami terpaksa dilakukan agar Ardian mendapat warisan almarhum papanya. Dan saya di perlakukan sangat tidak manusiawi dan dianggap sebagai pembantu di rumah tersebut." jelasku dengan menahan air mata agar tidak tumpah. Sudah cukup aku menangis karena perlakuan mereka.

Terdengar hembusan napas panjang dari Nyonya Intan. Jari telunjuknya menutup bibir yang dipoles dengan gincu merah merona.

"Terus. Maksud kedatangan kamu ke sini?"

"Saya ingin bekerjasama dengan Nyonya Intan. Mungkin saya memang hanya perempuan kampung yang tidak tahu soal perusahaan. Tapi saya bisa belajar dan membantu Nyonya Intan. Saya tahu kalau perusahaan Ardian dan perusahaan Nyonya Intan bersaing."

"Okey, tawaran yang cukup menarik. Dan juga keberanian yang saya acungi dua jempol. Tidak semua orang bisa bertemu dengan saya. Tapi kamu, bisa membuat saya menyita waktu untuk mendengar sebuah cerita yang membuat saya cukup terpaku."

Aku mengulas senyum yang begitu lega mendengar jawaban dari Nyonya Intan.

Awal yang sangat baik.

***

Sebuah rencana mulai disusun dengan rapi. Aku pergi dari rumah tanpa sepengetahuan siapapun.

Nyonya Intan menyuruhku tinggal di rumahnya yang ada di luar kota. Di sana aku mulai merubah diri. Dari penampilan sampai cara bicara. Aku juga sangat ekstra untuk menambah berat badan agar terlihat ideal.

Selain itu, aku juga diajari cara mengelola perusahaan. Karena nantinya Nyonya Intan akan menempatkanku di salah satu perusahaannya.

Rasa sakit hati membuatku begitu semangat untuk bisa balas dendam dengan keluarga Ardian. Dan tidak akan pernah ku sia-siakan kebaikan Nyonya Intan yang sudah menolongku.

Nyonya Mala, Ardian, Flo. Tunggu kedatanganku untuk memberi pelajaran atas kesombongan kalian.

Pikiranku mulai tertuju dengan keluarga di kampung. Bagaimana dengan Bapak dan Ibu? Mereka pasti sangat khawatir denganku yang tiba-tiba pergi tanpa kabar.

"Bapak ... Ibu. Sundari baik-baik saja di sini. Bahkan sangat baik. Semoga kalian bisa merasakannya," ucapku dengan memandang foto yang tersimpan di dompet lusuh.

Aku memang tidak pernah cerita dengan keluarga di kampung atas perlakuan Ibu mertua dan suamiku yang begitu jahat. Dan mereka berpikir aku sangat bahagia dengan perjodohan tersebut.

Hemh ... kutarik napas panjang dalam-dalam dengan memandang diri sendiri di sebuah cermin. "Cantik, dan sangat berbeda. Seakan bukan sosok Sundari yang kulihat saat ini," ucapku pada diri sendiri

Aku mulai berpikir mencari nama samaran. Tidak mungkin 'kan penampilan dan cara bicara sudah berbeda, tapi nama tetap sama.

Dengan berjalan mondar-mandir aku terus berpikir nama apa yang cocok sebagai nama samaran.

Dan akhirnya terbesit sebuah nama. Rubi, ya ... Rubi. Sekarang aku akan berakting sebagai Rubi. Wanita cantik dan pintar.

Terdengar suara ponsel berdering yang mengalihkan pandangan.

"Assalamu'alaikum, Nyonya Intan."

"W*'alaikumsalam, Sundari. Jangan panggil Nyonya! Panggil saja Mama! Kamu sudah saya anggap sebagai anak sendiri," sebuah ucapan yang membuatku begitu terharu.

"Ta - tapi, Nyonya."

"Sttt .... Mama, bukan Nyonya. Ini bukan di sinetron, Sun."

"Ba - baik, Ma. Sundari juga sudah memiliki nama samaran, Ma."

"Nama samaran?"

"Iya, Ma. Sekarang Sundari menyamar dengan nama Rubi."

"Rubi. Nama yang bagus. Kamu harus semangat! Sebenarnya saya membantu bukan karena persaingan. Tetapi sebagai seorang perempuan, saya ikut merasakan apa yang telah mereka lakukan padamu, Sun. Mereka terlalu membanggakan kekayaannya. Sampai lupa menghargai orang lain."

Aku ingin membalas rasa sakit hati karena tidak pernah dianggap sebagai istri dan menantu. Serta perlakuan mereka yang sangat menyakitkan hanya karena perbedaan status sosial.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hendri Safran
I like this. awal yg menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 25 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA (TAMAT)

    Perasaanku begitu gugup. Karena malam ini pertama kalinya aku dan Ardian benar-benar menjadi suami istri seutuhnya. Kini Ardian mendekatiku. Dia memberi senyum yang begitu hangat. "Sundari. Ini adalah malam pertama kita yang tertunda begitu lama. Maafin aku."Aku mengangguk pelan dengan jantung yang berdegup kencang. "Apa kamu masih menyimpan cincin pernikahan kita, Ardian?"Ardian menggelengkan kepala. "Tidak Sundari. Cincin pernikahan itu sudah diambil Mama Mala."Aku menghembuskan napas panjang. "Aku mengerti." Kuperlihatkan senyum tipis pada Ardian.Tiba-tiba Ardian memelukku begitu erat. Aku merasa semua ini seperti mimpi. Kehangatan dari seorang suami yang dulu tak pernah menganggapku, kini kurasakan. Tidak terasa bulir air mata keluar membasahi pipi. Aku bahagi sekali. Tapi ... bagaimana kalau Ardian akan menyakitiku seperti dulu? Perasaan takut mulai bergelayut di pikiran.Aku berusaha melepas pelukan Ardian."Kenapa Sundari? Kamu menangis?""Aku takut, Ardian."Ardian merai

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 24 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Mama Intan menyambut kepulangan kami dengan raut wajah begitu tenang. Sedangkan aku sedikit takut karena sudah membohongi Mama Intan soal Gatot yang sebenarnya Ardian."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Aku mencium punggung tangan Mama Intan dan memeluk beliau. Sedangkan Gatot masih berdiri di samping mobil dengan menatap ke arah kami."Ma ... Sundari bisa jelaskan.""Tidak perlu, Sundari! Apapun yang kamu lakukan, pasti sudah kamu pikirkan sebelumnya, kan?""Sundari hanya ingin Mama bahagia. Sundari ingin membalas kebaikan Mama selama ini.""Iya, Mama paham. Bagaimana selama di luar kota?""Kerjaan Alhamdulillah lancar, Ma.""Terus?"Pasti Mama ingin menanyakan soal aku dan Ardian selama di luar kota. "Kenapa Mama melakukan hal itu? Mama tahu, kan, bagaimana hubungan Sundari dan Ardian?"Mama Intan tersenyum tipis. "Kamu juga tahu, kan, bagaimana hubungan Mama dan Ardian? Kenapa kamu nekat melakukan hal ini? Bahkan sampai membohongi Mama. Tidak bisa secepat itu Sundari, Mama dan

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 23 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Jangan lupa follow dan subscribenya ya! Terima kasih.Tok tok tokTerdengar ketukan pintu kamar."Selamat malam, Bu Sundari. Makan malam spesial untuk Bu Sundari dan Pak Gatot sudah kami siapkan," terang pegawai hotel."Makan malam? Tapi saya belum pesan apa-apa untuk makan malam.""Semua sudah disiapkan oleh pihak hotel, Bu."Aku hanya bisa mengangguk, mendengar jawaban dari pegawai hotel. Pasti Mama Intan lagi yang melakukannya.Makan malam spesial berdua dengan Ardian? Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan dan sedikit membayangkan hal tersebut. Wajah Ardian yang kaku dan ucapannya yang ketus terlintas dipikiran.Hemh ... sudahlah, lebih baik aku tidak memberitahu hal ini pada Ardian.Tidak berapa lama, Ardian keluar dari kamar mandi. Dia hanya mengenakan celana pendek dengan handuk yang melingkar di lehernya.Aku yang masih berdiri di dekat pintu kamar segera memalingkan wajah. Baru kali ini aku sekamar dengan suamiku sendiri. Rasa canggung begitu kurasakan.Tak ada obrolan

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 22 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Sundari dan Ardian satu kamar.Sebulan sudah Ardian menjadi sopir pribadiku. Waktu yang terasa begitu cepat. Selama itu pula, aku dan Ardian masih terus jaga jarak sebagai suami istri. Meskipun kadang ada hal yang membuat kami canggung.Sejauh ini, sikap Mama Intan biasa saja. Sepertinya beliau tidak curiga dengan Gatot yang tak lain adalah Ardian. "Ma. Besok Pak Ahmad biar nganter Sundari ke luar kota, ya? Mama gantian sama Gatot!" Aku duduk berhadapan dengan Mama Intan sembari sarapan."Kenapa tidak sama Gatot saja?""Sundari kangen bercanda sama Pak Ahmad, Ma. Lagian kalau ke luar kota, Sundari sudah terbiasa sama Pak Ahmad.""Memangnya Gatot tidak bisa diajak bercanda?""Mama, kan, tahu sendiri kalau Gatot orangnya pendiam.""Kamu tetap diantar Gatot pergi ke luar kotanya!"Kenapa Mama Intan tidak ada rasa khawatir atau pun cemas aku bersama Gatot? Mama Intan, kan, tidak tahu kalau dia sebenarnya Ardian."Ya sudah, Ma. Sundari sama Gatot."---"Besok kamu antarin aku ke luar ko

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 21 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    "Assalamu'alaikum, Ma." Aku berjalan mendekati Mama Intan yang sedang duduk di taman belakang sembari membaca majalah."Wa'alaikumsalam. Ada hal yang penting? Sampai kamu tidak berangkat ke kantor dan malah balik lagi ke rumah Mama," jawab Mama Intan sembari mengulas senyum."Sundari sudah mencarikan Mama sopir sementara. Pak Zul, kan, lumayan lama pulang kampungnya, Ma."Mama Intan langsung menutup majalah dan menatapku. "Sopir baru? Kenapa tidak bilang dulu sama Mama, Sundari?"Pasti Mama Intan keberatan. Aku bisa paham akan hal itu. Karena Mama Intan memang tidak sembarangan memperkerjakan seseorang. Apalagi yang harus tinggal di rumah beliau. Tapi semua ini aku lakukan agar Mama Intan dapat bersatu dengan Ardian."Pasti Mama keberatan, ya?""Memangnya kamu dapat sopir dari mana? Kamu kenal dia?" "Ke - kenal, Ma." Maafin Sundari, Ma, karena harus bohong. Mama Intan menatap begitu serius. "Mama ingin ketemu orangnya."Aku menganggukkan kepala. "Kebetulan Sundari sudah mengajak di

  • SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA   Bab 20 SUAMIKU TAK TAHU AKU ISTRINYA

    Sundari mencari tahu alamat rumah kontrakan Ardian.Aku menemani Mama Intan dengan menginap di rumah beliau. "Non. Makan malam sudah siap," terang Mbak yang sibuk nyiapin makanan. "Terima kasih, Mbak."Aku segera mengambil makan malam untuk Mama Intan. Dari tadi beliau hanya mengurung diri di dalam kamar. Aku sangat paham dengan apa yang dirasakan Mama Intan saat ini."Ma ... boleh Sundari masuk?" Dengan beberapa kali mengetuk pintu."Masuk saja!"Mama duduk di pojokan sofa dengan memegang sebuah figura."Ma, Mama makan malam dulu, ya!"Mama Intan hanya menggelengkan kepala. Beliau menatap sebuah figura yang terpampang foto bertiga. Mama Intan, laki-laki yang kukenal sebagai papa mertua, serta bayi laki-laki. Pasti bayi itu adalah Ardian."Ini salah Mama. Mama yang telah membuat Ardian tumbuh menjadi sosok laki-laki seperti itu. Harusnya Mama yang merawat dan mendidik dia. Bukan Mala."Sebuah penyesalan begitu terlihat dari Mama Intan. "Ma, Sundari sangat paham apa yang dirasakan M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status