Share

SUGAR DADDY TERAKHIRKU
SUGAR DADDY TERAKHIRKU
Author: aisakurachan

Kematian yang Aku Tunggu

“Bergeraklah!”

Pria berkulit keriput dan berambut jarang itu menggeram marah pada wanita yang berbaring telanjang di bawah tubuhnya. Pinggulnya bergerak mendesak, tapi reaksi yang diterimanya tidak memuaskan.

“Bergerak bagaimana, Barnet?” Mae mencoba bergeser agar posisinya lebih nyaman, tapi bukan itu yang diinginkan suaminya.

“Setidaknya, tampaklah seperti menginginkanku! Sialan!”

Lumatan di bibir diikuti remasan kuat datang. Usaha putus asa untuk membuat Mae mendesah—atau melenguh agar terlihat menikmati kegiatan itu. 

Namun, alih-alih desahan, Mae mengernyit kesakitan. Barnet bergerak lebih cepat, ingin memuaskan hasrat, diiringi sentuhan dan aneka ragam belaian, tapi Mae hanya menanggapi seadanya. 

Ia membalas ciuman basah yang beraroma sherry dan keju itu, bibirnya bergerak, terlihat menikmati. Hanya terlihat saja tapi. Ciuman itu terasa tidak jauh berbeda seperti saat Mae menempelkan ikan basah di bibirnya.

Mae juga mencoba memeluk pinggang kurus dengan kedua tangan—mencoba terlihat hangat, tapi semua itu tetap tidak memuaskan.

“Kau kering!” bentak Barnet, mulai marah, dan menggerakkan tubuhnya dengan semakin brutal. Memaksakan agar Mae merasakan sesuatu, sudah putus asa melihat tanggapan dingin itu.

Mae tidak menanggapi bentakan itu—hanya bergerak sesuai ayunan tubuhnya. Mae tidak akan mengeluh, rasa sakit itu biasa, karena memang selalu seperti itu. 

Amarah saat diatas ranjang bukan hal baru dalam pernikahan mereka, maupun pernikahan Mae yang sebelumnya. 

“Kau seharusnya memuaskanku! Apa ini?!” Barnet semakin marah dan mempercepat gerakan pinggangnya—semakin menyakiti, tapi Mae hanya menggigit bibir, menahan keluhan. 

Suara yang terdengar di kamar itu kini tinggal tarikan napas Barnet yang berusaha memuaskan diri. Terengah, dan dalam. Untuk ukuran ukuran pria berusia tujuh puluh lebih, Barnet memiliki libido yang lumayan. Paling tidak dua kali seminggu mereka melakukannya.

“Aku mencintaimu, Mae. Aku mohon.” Setelah marah, Barnet memohon. Ingin Mae menerimanya dengan rela, ingin Mae menikmatinya juga. 

“Aku juga, Barnet,” bisik Mae tanpa rasa, sambil kembali memeluk pinggang Barnet. Ia memejamkan mata, berharap pedih diantara kedua pahanya akan berkurang. Permohonan Barnet tidak mengubah keadaan, Mae tidak menikmati apa pun.

“Mae… Mae…”

Barnet membisikkan nama Mae, dan terus bergerak, tapi menjadi pelan. Napasnya semakin keras, tapi gerakannya semakin pelan.

Mae membuka mata, karena pedihnya berkurang—padahal seharusnya belum. Barnet biasanya bisa bertahan paling tidak lima menit. Terasa sudah sangat lama, tapi Mae tahu belum ada tiga menit sejak dirinya berbaring di ranjang itu.

“Barnet?” Mae menepuk punggung Barnet perlahan, dan masih terdengar napas yang sulit.

“Barnet!” Mae mulai panik, saat merasakan beban tubuh Barnet menimpanya. Tangan Barnet tidak lagi menahan beban tubuhnya sendiri.

“BARNET!” Mae memekik saat tubuh Barnet terguling ke samping. Pria itu tidak lagi sadar. Ia berbaring meringkuk di antara selimut dengan wajah berwarna merah.

Mae menepuk punggungnya beberapa kali, memanggil namanya, lalu melompat untuk mengambil ponsel—memanggil ambulans. Ia tidak menemukan napas Barnet.

Kematian Barnet mungkin sudah diharapkannya, tapi bukan dengan cara mengejutkan seperti ini, dan pria itu masih sehat seharusnya.

***

“Keluarga Barnet Jones?”

Mae maju—akan menghampiri dokter yang baru saja memanggilnya itu, tapi langkahnya terhenti saat ada suara menyahut dari belakangnya.

“Kami! Kami keluarganya!”

Mae tidak perlu berpaling, ia tahu siapa yang menyahut. Kedua anak Barnet. Mereka tidak melirik ke arah Mae, dan Mae tidak memanggil juga, tapi mengikuti dalam diam.

“Anda siapa?” tanya dokter itu.

“Anaknya! Aku putri Barnet Jones!”

Wanita paling depan memekik keras, sambil maju. Rambutnya keriting dan pirang gelap, berusia sekitar empat puluh—jauh lebih tua dari Mae yang baru menginjak dua puluh empat bulan lalu.

“Saya dokter yang menangani pasien, dan dengan sangat menyesal, saya harus menginformasikan kalau Mr. Jones dinyatakan meninggal dunia.” 

Dokter itu menyampaikan dengan lembut dan wajah penuh duka cita. Bukan sesuatu yang mengejutkan untuk Mae. Ia semakin yakin Barnet tidak akan melihat hari esok saat mendampinginya dalam ambulans tadi.

Tapi mengejutkan bagi kedua anaknya tentu. Suara mereka berdua seolah mati mendadak—bahkan tidak terdengar napas—sebelum akhirnya pecah oleh tangis.

Beberapa detik jeda sebelum jeritan pedih itu sepertinya tidak berarti, tapi membuat Mae mendengus. Hidungnya mengendus aroma tajam sandiwara, dan dimainkan dengan indah.

“Evelyn, tenang dulu.” Pria yang ada di samping wanita yang meratap itu, ikut berjongkok untuk membantu kakaknya. Terlihat menenangkan, sempurna sekali.

“Daddy!” Evelyn menjerit dalam tangisannya. Meyakinkan semua orang akan duka yang diderita—kecuali Mae. Ia tahu Evelyn tidak sungguh-sungguh berduka.

“Tapi kenapa? Daddy seharusnya baik-baik saja. Dia masih berjalan normal tadi pagi!” Evelyn merintih di hadapan dokter itu sekarang.

“Kami memiliki dugaan kalau kematiannya disebabkan serangan jantung. Saya belum membaca dengan lengkap catatan medis Mr. Jones, tapi mengingat usia, ini yang paling mungkin. Apalagi kegiatan yang dilakukan beliau sebelumnya cukup memacu jantung.” Dokter itu kembali menjelaskan.

“Kegiatan apa? Apa maksudmu?” Evelyn tidak paham, sementara Mae langsung merasa kalau badai akan datang.

Dokter itu tampak canggung. Tidak mengira Evelyn belum tahu. Ia tidak mungkin menghindar tapi.

“Mmm… Mr. Jones dibawa ke sini dalam keadaan telanjang. Jadi… itu…”

Leher Evelyn bergerak dengan sangat cepat, berpaling memandang Mae. Akhirnya mengakui keberadaanya, tapi bukan hal yang bagus.

“DASAR JALANG BRENGSEK! KAU MEMBUNUHNYA!” pekik Evelyn, sambil melompat menerjang Mae.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Wilis Marsudi
waw untuk penulis ttp semangat ya di tunggu karya2nya
goodnovel comment avatar
Yanne Kristianti
udh masuk rak,ka ai.... congrat buat novel baru-nya. sehat & sukses sll dgn karya-nya yg fresh ......
goodnovel comment avatar
Anggraina Puspitasari
bab 1 dah ada yg metong aja nih xixi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status