Yana yang telah berada dibawah pengaruh minuman beralkohol. Mencoba menajamkan penglihatannya dan melihat wajah pria yang sedang menopang tubuhnya saat ini.
"Kamu siapa? Kok berani-beraninya, memeluk tubuh saya?" serunya marah.Indra dapat mencium bau wine yang sangat menyengat dari tubuh Yana saat ini."Tante Yana, ini gue Indra.""Hah? Indra? Siapa kamu? Saya tidak mengenal Anda! Lepas! Saya ingin pergi dari tempat ini!" ucap Yana lalu menghempas tubuh Indra, sampai pemuda itu terjatuh di lantai.Namun bersamaan dengan itu, Yana juga terjatuh karena kepalanya yang tiba-tiba pusing dan pandangannya menjadi gelap. Akan tetapi dengan siap Indra segera bangkit dari lantai. Lalu menahan tubuh Yana yang hampir saja terbentur di lantai keras toilet itu."Tante Yana! Bangun! Anda kenapa?" seru Indra khawatir.Namun Yana tidak merespon. Dia benar-benar pingsan saat ini."Sial! Apa yang harus gue lakukan!" Indra juga berada dibawah pengaruh minuman beralkohol saat ini.Dengan sigap pria itu segera menelepon Kaleb, sang asisten untuk mereservasi satu kamar sekarang dan menemuinya di toilet.Lalu tiba-tiba kepala indra sangat pusing. Ingin rasanya dia segera tidur. Kepalanya sangat berat saat ini."Kenapa dengan kepalaku? Please jangan berulah sekarang! Aku tidak boleh pingsan! Aku harus menjaga keseimbangan tubuhku! Kalau bukan aku yang menolong Tante Yana, lalu siapa lagi?" Indra sampai terduduk di lantai sambil menopang tubuh Yana yang telah pingsan di atas pangkuannya. Pria itu sedang menunggu kedatangan Kaleb saat ini. Tak berapa lama setelah itu, sang asisten datang juga."Tuan Muda! Anda kenapa? Siapa wanita cantik ini?" tanya kaleb penasaran.Sudah, Lo jangan banyak tanya! Antar gue ke kamar itu!" perintah Indra.Sang pria lalu mencoba menggendong tubuh Yana yang pingsan. Entah mendapatkan kekuatan dari mana, tenaga dan energi Indra benar-benar telah terisi kembali saat ini. "Tuan Muda, apakah Anda memerlukan bantuan saya?" tukas Kaleb yang meragukan Indra dapat menggendong wanita itu."Tidak perlu! Gue masih bisa menggendong tubuhnya sampai di dalam kamar! Tunjukkan saja jalannya!" hardik Indra tak suka saat Kaleb menawarkan jasanya untuk membantu menopang tubuh Yana.Tentu saja Indra tidak mengizinkan itu terjadi. Entah kenapa hatinya tidak mengizinkan Kaleb untuk menyentuh sedikit pun kulit tubuh Yana."Baik, Bos. Tapi apakah Anda yakin? Soalnya keadaan Anda saat ini juga kurang stabil, Bos." ucap Kaleb lagi. Ternyata sang asisten masih tetap ngotot juga."Jangan banyak bacot Lo, Kaleb! Ikuti saja yang gue katakan! Cepat! Apa Lo mau gue pecat?" seru Indra sambil menatap tajam ke arah asistennya."Ba ... baik, Bos. Mari ikut saya." Ternyata nyali Kaleb menciut juga karena Indra mengancamnya. Lalu pemuda itu pun menuntun sang bos menuju sebuah lift yang akan membawa mereka ke salah satu kamar mewah yang ada di bar itu.Sesampai di depan kamar, Kaleb segera membukanya. Indra yang sedang menggendong Yana pun, mulai masuk ke dalam kamar itu. Dia lalu meletakkan tubuh Yana di atas tempat tidur. Tak lupa pemuda itu menyelimuti Yana sampai ke lehernya. Ponsel Kaleb berdering beberapa kali, dia ditelepon oleh Nino yang mengatakan jika ada keributan di lantai bawah. Pemuda itu meminta Kaleb untuk menolongnya."Tuan Muda, saya baru saja mendapatkan telepon dari Tuan Nino. Dia sedang diserang oleh beberapa orang tak dikenal. Saya ke bawah dulu," pamit Kaleb."Baiklah, pergi selamatkan Nino. Saya ingin beristirahat sebentar di sini. Jangan ganggu saya sampai besok pagi! Kepala saya sangat sakit! Saya ingin tidur sekarang," ucap Indra kepada asistennya."Baiklah, Tuan Muda. Ada baiknya Anda memang berdiam diri di dalam kamar. Karena situasi yang kurang kondusif saat ini," ucapnya kepada sang atasan.Setelah itu, Kaleb pun ke luar dari dalam kamar itu. Dia segera menuju lift yang akan membawanya ke lantai bawah."Kalian siapa? Kenapa malah menyerang saya?" seru Nino kepada beberapa orang pria yang memakai topi dan berkaca mata hitam.Namun orang-orang tersebut, sama sekali tidak menggubris perkataan Nino. Mereka terus saja menyerang sang pria dan beberapa temannya. Kaleb yang baru saja tiba di ruangan itu, juga turut membantu Nino.Namun orang-orang itu, tersenyum penuh misteri saat melihat Kaleb. Beberapa orang dari mereka segera masuk ke dalam lift menuju ke kamar yang di dalamnya ada Indra dan Yana."Ternyata dari tadi gerak-gerik Indra telah mereka buntuti dari sejak dirinya memasuki bar. Sepertinya ada seseorang dibalik layar yang menginginkan kehancuran Indra. Dengan dibantu oleh beberapa staf bar bagian kamar yang berjumlah tiga orang perempuan, orang-orang tadi akhirnya bisa masuk ke dalam kamar yang di dalamnya ada Indra dan Yana.Keduanya terlihat sedang tertidur pulas saat ini. Ternyata Indra akhirnya tidak dapat menahan rasa kantuk dan kepalanya yang sangat berat. Dia pun ikut tertidur satu ranjang dengan Yana.Salah satu dari orang-orang tersebut tersenyum lega. Ternyata semua berjalan dengan sempurna. Dia lalu memerintahkan para wanita yang bekerja di ruangan itu untuk membuka semua baju Yana."Dengarkan perintah saya baik-baik. Buka semua pakaian yang melekat di tubuh mereka! Sekarang! Saya akan membayar kalian dengan sangat mahal!" perintahnya, setengah berbisik. Agar keduanya tidak bangun."Tapi, Tuan. Kami takut ketahuan," ucap salah satu dari para wanita itu. "Cih! Dasar kalian!" Lalu pria itu melempar beberapa gepok uang pecahan seratus ribu di depan mereka."Lakukan cepat! Itu bayaran untuk kalian!" tuturnya lagi.Mata para gadis itu langsung berubah menjadi hijau saat melihat rupiah yang sangat banyak di depan mereka.Dengan segera mereka pun mulai membuka pakaian Yana dan Indra secara bergantian. Sementara orang tadi ke luar dari kamar dan sedang menelepon seseorang di luar sana. Tak berapa lama setelah itu, para wanita tadi akhirnya ke luar dari dalam kamar pertanda mereka telah selesai menjalankan tugas mereka."Tuan, kami telah selesai menelanjangi keduanya. Selanjutnya terserah Anda. Kami tidak mau ikut campur lagi. Permisi!" Lalu mereka pun melangkah dengan cepat meninggalkan tempat itu dengan membawa segepok uang di tangan masing-masing.Tak berapa lama setelah itu, seorang wanita datang di hadapan pria itu."Tuan, ini pesanan Anda." ucap sang wanita."Lakukan sesuai perintah, Bos!" serunya lantang."Baik, Tuan." sahutnya.Lalu keduanya pun masuk ke dalam kamar tersebut. Menuju ke arah ranjang di mana Yana dan Indra sedang tidur. Tubuh telanjang keduanya hanya ditutupi oleh sebuah selimut.Kamar tersebut benar-benar berantakan. Pakaian dan underwear keduanya telah bertebaran di lantai kamar. Sesuai dengan yang diinginkan pria misterius itu.Lalu perempuan tadi menaburkan darah segar yang ada di dalam sebuah botol kecil, di atas kain seprai."Rasain Lo, Indra! Kali ini Lo tidak akan bisa berkutik lagi!" sinis sang pria.Setelah menaburkan darah ayam di atas sprei. Wanita tadi mulai mengambil beberapa foto keduanya dan gambaran kondisi kamar yang sangat berantakan. Sementara sang pria mulai merekam wajah Yana dan Indra serta kondisi kamar saat ini. Setelah semua beres, keduanya saling memberi isyarat satu sama lain.Mengetahui jika rencana bos mereka berhasil, orang-orang tadi segera ke luar dari dalam kamar tersebut menuju lantai bawah.Keduanya meninggalkan bar tersebut melalui pintu belakang. Sehingga tidak ada orang lain yang mengetahui tindakan mereka. Ruang cctv juga telah dikendalikan oleh anak buahnya sehingga tidak ada bukti yang di dapatkan nantinya. "Semua telah beres! Ayo kita segera meninggalkan tempat ini!" bisik salah seorang koordinator penyerangan itu. Secara perlahan orang-orang itu pun mundur. Ternyata Nino dan Kaleb benar-benar jago bela diri sehingga merela tak terkalahkan sedikit pun."Hei, pecundang! Kalian kok malah pergi!" teriak Nino geram."Dasar penakut!" Kaleb menjadi i
Pagi pun tiba, Kediaman Aharon."Indra Aharon! Di mana kamu!" hardik Tuan Irwan Aharon yang baru saja tiba di rumah pribadinya setelah melakukan perjalanan bisnis dari luar kota.Sang istri yang sedang sibuk di taman yang berada di samping rumahnya merasa kaget dengan suara suaminya yang begitu besar, menggelegar saat ini.Nyonya Endang segera masuk ke dalam rumah dan hendak menemui suaminya yang sedang marah-marah kepada para maid, karena tidak menemukan keberadaan sang putra, Indra."Maaf, Tuan Besar. Kami telah mencari Tuan Muda Indra di dalam kamar pribadinya. Namun dia tidak berada di sana," ucap salah satu maid mencoba menjelaskan kepada Tuan Irwan yang sedang emosi."Anak kurang ajar! Kalian cari dia sampai dapat! Jika tidak saya akan pecat kalian semua!" hardik Tuan Irwan penuh amarah.Nyonya Endang yang baru saja sampai di ruang tv rumahnya. Begitu sangat kaget mendengar suaminya yang sedang marah-marah, dan penyebab sang suami naik pitam adalah Indra, putra kesayangan merek
"Mami, sepertinya latar belakang gadis itu tidak begitu penting saat ini. Mau tidak mau Indra harus mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah menodainya. Apakah Mami tidak lihat noda darah yang banyak di atas seprei tadi?" tutur sang suami."I ... iya, Pi. Gadis itu sudah tidak suci lagi, dan semua karena Indra." Nyonya Endang sudah tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya saat ini mengingat kejadian yang menimpa putranya.Tak berapa lama setelah itu, ponsel Asisten Aji berdering. Dia pun segera mengangkatnya. Ternyata panggilan telepon itu berasal dari salah seorang anak buahnya yang menginformasikan jika keberadaan Indra telah ditemukan.Asisten Aji segera menginformasikan hal tersebut kepada Tuan dan Nyonya Aharon."Tuan, Nyonya. Lokasi Tuan Muda telah ditemukan," serunya kepada kedua majikannya."Papi, ayo kita segera ke sana!" seru Nyonya En kepada suaminya."Iya, Mi. Kita memang harus te tempat itu dan menemui Inda. Aji tolong antar kami ke sana," perintahnya kepada sang a
"Bertanggung jawab apa maksudmu, Indra! Kamu jangan semakin bercanda!" Yana menjadi gusar. Apa lagi noda darah begitu banyak bertebaran di atas kasur empuk itu."Tidak! Ini tidak mungkin terjadi!" seru Yana tak percaya jika dirinya dan Indra, Si bocah ingusan itu telah melakukan hubungan layaknya suami dan istri. "Tante, aku minta maaf. Aku memang tidak mengingat sedikit pun, apa yang telah terjadi tadi malam. Tapi Tante harus tahu, aku tidak akan lari dari tanggung jawabku!" ujar Indra dari kesungguhan hatinya."Apa? Kamu mau bertanggung jawab? Apakah kamu sudah gila Indra? Aku lebih tua sebelas tahun dari mu! Kamu jangan bercanda, deh! Dasar bocah!" Yana kesal bukan kepalang saat ini."Apa, Tante? Aku hanya seorang bocah?""Yaiyalah! Malah pakai nanya lagi kamu!" ketus Yana lagi. Sepertinya sang wanita dewasa, sangat marah saat ini. Setelah memakai kembali pakaiannya, Yana berencana hendak ke luar dari kamar tersebut. "Cih! Tapi bocah inilah yang membuat Tante sampai berdarah-da
"Papi! Mami!" kaget Indra.Sementara dengan spontan Yana bersembunyi di belakang punggung lebar pria muda itu."Indra, aku takut!" bisiknya penuh kecemasan.Indra dapat merasakan ketakutan Yana. Tiba-tiba saja tangan wanita itu, yang berada di dalam genggamannya dari tadi, menjadi sangat dingin. Mengisyaratkan rasa takut yang mulai mengintainya. Kebetulan layar LED itu masih menyala, yang menunjukkan foto-foto keintiman diantara Yana dan Indra. Lalu sang ayah berkata lagi,"Kamu sudah melihat perbuatanmu? Semuanya telah menjadi sangat heboh sekarang!" hardik sang ayah."Maaf, Pi. Aku sangat menyesal atas kejadian ini," ucap Indra tegas."Maaf, kamu bilang? Setelah apa yang telah kamu lakukan? Kamu telah mencoreng nama baik keluarga besar kita, Indra! Kamu sudah tahu, jika saham perusahaan terjun bebas pagi ini!" hardik Tuan Irwan tak dapat menahan emosinya."Maaf, Papi. Saya akan mempertanggungjawabkan semuanya," sahutnya tegas."Tanggung jawab apa yang hendak kamu lakukan Indra! Ka
"Nona, Anda jangan sembarangan menghajar Tuan Muda, Indra!" teriak Kaleb marah dan tidak terima dengan sikap arogansi yang ditunjukkan oleh Cici."Lho, memangnya kenapa? Lo pikir gue takut apa? Dia wajib digebukkin karena telah berani merusak masa depan sahabat gue!" teriaknya semakin lantang.Yana hendak angkat bicara, namun Cici tidak memberinya kesempatan untuk bicara.Lalu Nyonya Endang yang kesal dengan putranya, juga mulai angkat bicara, "Hajar saja, Nak! Jangan kasi ampun!" sergah sang ibu."Mami! Kok Mami malah mendukung jika aku dibikin babak belur, sih?" Indra menjadi kesal kepada ibunya."Karena kamu memang berada dipihak yang salah. Jadi untuk apa Mami membelamu?" ketus Nyonya Endang.Cici semakin berada di atas angin karena ibunda dari Indra malah mendukungnya."Lo pikir Lo siapa berani melakukan itu kepada Yana?" Anggi juga ikut-ikutan menyudutkan Indra.Namun dengan lantang Indra berkata, "Aku adalah pacarnya Yana!" "Apa?" kaget Anggi dan Cici berbarengan. Keduanya
Di sebuah apartemen,Seorang pria yang umurnya lebih tua beberapa tahun dari Indra. Terlihat tersenyum puas menatap laptopnya, yang menunjukkan kondisi saham perusahaan yang baru saja dipimpin oleh rivalnya, Indra."Rasakan! Ini belum seberapa dengan apa yang akan aku lakukan kepadamu nantinya, Indra!" ketusnya penuh dendam.Victor pun kembali memutar video panas milik Indra hasil rancangannya. Sejenak pria itu tertegun melihat wajah wanita yang berada di dalam video tersebut. Bahkan Victor sampai melihat foto wajah wanita tersebut. Dia sampai menatapnya lekat-lekat."Kenapa wajah wanita cantik ini terasa familiar denganku?" Lalu dia pun bertanya kepada asistennya."Tono! Apakah ada informasi tentang gadis yang bersama Indra itu?" "Tidak ada, Tuan Muda. Maka hal itu yang memudahkan kami untuk menjebak keduanya tadi malam karena wanita itu masuk ke kamar bersama Tuan Indra dalam keadaan pingsan, tanpa membawa identitas sedikit pun," terang Tono."Baiklah. Apakah ada perkembangan terb
"Tunggu sebentar .... Papi, Tuan Candra. Apakah kalian telah menanyakan tentang rencana pernikahan ini kepada Yana dan Indra?" tanya Nyonya Lila penuh kebimbangan. Namun belum sempat sang suami menjawab keraguan isrtinya. Dari pintu utama, seorang Maid tertatih-tatih berjalan memasuki ruang tamu."Maid, ada apa? Kenapa Anda terlihat sangat terburu-buru?" tutur Nyonya Lila kepada asisten rumah tangganya. "Maaf Nyonya, di depan ada rombongan Nona Yana." Setelah berkata begitu, Yana yang diapit oleh Nyonya Endang Aharon mulai memasuki rumah Kediaman Handoko.Yana terlihat menunduk saat sang ibu menatapnya penuh curiga. Sementara Nyonya Endang terlihat menyapa semua orang yang ada di sana."Selamat pagi, Tuan Candra. Jeng Lila, apa kabar?""Kabar kami baik, Jeng. Mari silakan duduk," seru Nyonya Lila.Sang ibu juga terlihat kaget dengan penampilan putrinya yang begitu sangat cantik dan fresh. Namun entah kenapa Yana terlihat menunduk dari seperti sedang menyembunyikan sesuatu kepada sa