Share

BAB. 2 Dijebak

Yana yang telah berada dibawah pengaruh minuman beralkohol. Mencoba menajamkan penglihatannya dan melihat wajah pria yang sedang menopang tubuhnya saat ini.

"Kamu siapa? Kok berani-beraninya, memeluk tubuh saya?" serunya marah.

Indra dapat mencium bau wine yang sangat menyengat dari tubuh Yana saat ini.

"Tante Yana, ini gue Indra."

"Hah? Indra? Siapa kamu? Saya tidak mengenal Anda! Lepas! Saya ingin pergi dari tempat ini!" ucap Yana lalu menghempas tubuh Indra, sampai pemuda itu terjatuh di lantai.

Namun bersamaan dengan itu, Yana juga terjatuh karena kepalanya yang tiba-tiba pusing dan 

pandangannya menjadi gelap. 

Akan tetapi dengan siap Indra segera bangkit dari lantai. Lalu menahan tubuh Yana yang hampir saja terbentur di lantai keras toilet itu.

"Tante Yana! Bangun! Anda kenapa?" seru Indra khawatir.

Namun Yana tidak merespon. Dia benar-benar pingsan saat ini.

"Sial! Apa yang harus gue lakukan!" Indra juga berada dibawah pengaruh minuman 

beralkohol saat ini.

Dengan sigap pria itu segera menelepon Kaleb, sang asisten untuk mereservasi satu kamar sekarang dan menemuinya di toilet.

Lalu tiba-tiba kepala indra sangat pusing. Ingin rasanya dia segera tidur. Kepalanya sangat berat saat ini.

"Kenapa dengan kepalaku? Please jangan berulah sekarang! Aku tidak boleh pingsan! Aku harus menjaga keseimbangan tubuhku! Kalau bukan aku yang menolong Tante Yana, lalu siapa lagi?" 

Indra sampai terduduk di lantai sambil menopang tubuh Yana yang telah pingsan di atas pangkuannya. 

Pria itu sedang menunggu kedatangan Kaleb saat ini. Tak berapa lama setelah itu, sang asisten datang juga.

"Tuan Muda! Anda kenapa? Siapa wanita cantik ini?" tanya kaleb penasaran.

Sudah, Lo jangan banyak tanya! Antar gue ke kamar itu!" perintah Indra.

Sang pria lalu mencoba menggendong 

tubuh Yana yang pingsan. Entah mendapatkan kekuatan dari mana, tenaga dan energi Indra benar-benar telah terisi kembali saat ini. 

"Tuan Muda, apakah Anda memerlukan bantuan saya?" tukas Kaleb yang meragukan Indra dapat menggendong wanita itu.

"Tidak perlu! Gue masih bisa menggendong tubuhnya

 sampai di dalam kamar! Tunjukkan saja jalannya!" hardik Indra tak suka saat Kaleb menawarkan

 jasanya untuk membantu menopang tubuh Yana.

Tentu saja Indra tidak mengizinkan itu terjadi. Entah kenapa hatinya tidak mengizinkan Kaleb untuk menyentuh sedikit pun kulit tubuh Yana.

"Baik, Bos. Tapi apakah Anda yakin? Soalnya keadaan Anda saat ini juga kurang stabil, Bos." ucap Kaleb lagi. Ternyata sang asisten masih tetap ngotot juga.

"Jangan banyak bacot Lo, Kaleb! Ikuti saja yang gue katakan! Cepat! Apa Lo mau gue pecat?" seru Indra sambil menatap tajam ke arah asistennya.

"Ba ... baik, Bos. Mari ikut saya." Ternyata nyali Kaleb menciut juga karena Indra mengancamnya. 

Lalu pemuda itu pun menuntun sang bos menuju sebuah lift yang akan membawa mereka ke salah satu kamar mewah yang ada di bar itu.

Sesampai di depan kamar, Kaleb segera membukanya. Indra yang sedang menggendong Yana pun, mulai masuk ke dalam kamar itu. Dia lalu meletakkan tubuh Yana di atas tempat tidur. 

Tak lupa pemuda itu menyelimuti Yana sampai ke lehernya. 

Ponsel Kaleb berdering beberapa kali, dia ditelepon oleh Nino yang mengatakan jika ada keributan di lantai bawah. Pemuda itu meminta Kaleb untuk menolongnya.

"Tuan Muda, saya baru saja mendapatkan telepon dari Tuan Nino. Dia sedang diserang oleh beberapa orang tak dikenal. Saya ke bawah dulu," pamit Kaleb.

"Baiklah, pergi selamatkan Nino. Saya ingin beristirahat sebentar di sini. Jangan ganggu saya sampai besok pagi! Kepala saya sangat sakit! Saya ingin tidur sekarang," ucap Indra kepada asistennya.

"Baiklah, Tuan Muda. Ada baiknya Anda memang berdiam diri di dalam kamar. Karena situasi yang kurang kondusif saat ini," ucapnya kepada sang atasan.

Setelah itu, Kaleb pun ke luar dari dalam kamar itu. Dia segera menuju lift yang akan membawanya ke lantai bawah.

"Kalian siapa? Kenapa malah menyerang saya?" seru Nino kepada beberapa orang pria yang memakai topi dan berkaca mata hitam.

Namun orang-orang tersebut, sama sekali tidak menggubris perkataan Nino. Mereka terus saja menyerang sang pria dan beberapa temannya. Kaleb yang baru saja tiba di ruangan itu, juga turut membantu Nino.

Namun orang-orang itu, tersenyum penuh misteri saat melihat Kaleb. Beberapa orang dari mereka segera masuk ke dalam lift menuju ke kamar yang di dalamnya ada Indra dan Yana.

"Ternyata dari tadi gerak-gerik Indra telah mereka buntuti dari sejak dirinya memasuki bar. Sepertinya ada seseorang dibalik layar yang menginginkan kehancuran Indra. 

Dengan dibantu oleh beberapa staf bar bagian kamar yang berjumlah tiga orang perempuan, orang-orang tadi akhirnya bisa masuk ke dalam kamar yang di dalamnya ada Indra dan Yana.

Keduanya terlihat sedang tertidur pulas saat ini. Ternyata Indra akhirnya tidak dapat menahan rasa kantuk dan kepalanya yang sangat berat. Dia pun ikut tertidur satu ranjang dengan Yana.

Salah satu dari orang-orang tersebut tersenyum lega. Ternyata semua berjalan dengan sempurna. Dia lalu memerintahkan para wanita yang bekerja di ruangan itu untuk membuka semua baju Yana.

"Dengarkan perintah saya baik-baik. Buka semua pakaian yang melekat di tubuh mereka! Sekarang! Saya akan membayar kalian dengan sangat mahal!" perintahnya,  setengah berbisik. Agar keduanya tidak bangun.

"Tapi, Tuan. Kami takut ketahuan," ucap salah satu dari para wanita itu. 

"Cih! Dasar kalian!" Lalu pria itu melempar beberapa gepok uang pecahan seratus ribu di depan mereka.

"Lakukan cepat! Itu bayaran untuk kalian!" tuturnya lagi.

Mata para gadis itu langsung berubah menjadi hijau saat melihat rupiah yang sangat banyak di depan mereka.

Dengan segera mereka pun mulai membuka pakaian Yana dan Indra secara bergantian. Sementara orang tadi ke luar dari kamar dan sedang menelepon seseorang di luar sana. 

Tak berapa lama setelah itu, para wanita tadi akhirnya 

ke luar dari dalam kamar pertanda mereka telah selesai menjalankan tugas mereka.

"Tuan, kami telah selesai menelanjangi keduanya. Selanjutnya terserah Anda. Kami tidak mau ikut campur lagi. Permisi!" Lalu mereka pun melangkah dengan cepat meninggalkan tempat itu dengan membawa segepok uang di tangan masing-masing.

Tak berapa lama setelah itu, seorang wanita datang di hadapan pria itu.

"Tuan, ini pesanan Anda." ucap sang wanita.

"Lakukan sesuai perintah, Bos!" serunya lantang.

"Baik, Tuan." sahutnya.

Lalu keduanya pun masuk ke dalam kamar tersebut. Menuju ke arah ranjang di mana Yana dan Indra sedang tidur. Tubuh telanjang keduanya hanya ditutupi oleh sebuah selimut.

Kamar tersebut benar-benar berantakan. Pakaian dan underwear keduanya telah bertebaran di lantai kamar. Sesuai dengan yang diinginkan pria misterius itu.

Lalu perempuan tadi menaburkan darah segar yang ada di dalam sebuah botol kecil, di atas kain seprai.

"Rasain Lo, Indra! Kali ini Lo  tidak akan bisa berkutik lagi!" sinis sang pria. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status