Share

BAB. 3 Mencari Yana

Setelah menaburkan darah ayam di atas sprei. Wanita tadi mulai mengambil beberapa foto keduanya dan gambaran kondisi kamar yang sangat berantakan. 

Sementara sang pria mulai merekam wajah Yana dan Indra serta kondisi kamar saat ini. Setelah semua beres, keduanya saling memberi isyarat satu sama lain.

Mengetahui jika rencana bos mereka berhasil, orang-orang tadi segera ke luar dari dalam kamar tersebut menuju lantai bawah.

Keduanya meninggalkan bar tersebut melalui pintu belakang. Sehingga tidak ada orang lain yang mengetahui tindakan mereka. Ruang cctv juga telah dikendalikan oleh anak buahnya sehingga tidak ada bukti yang di dapatkan nantinya. 

"Semua telah beres! Ayo kita segera meninggalkan tempat ini!" bisik salah seorang koordinator penyerangan itu. 

Secara perlahan orang-orang itu pun mundur. Ternyata Nino dan Kaleb benar-benar jago bela diri sehingga merela tak terkalahkan sedikit pun.

"Hei, pecundang! Kalian kok malah pergi!" teriak Nino geram.

"Dasar penakut!" Kaleb menjadi ikut-ikutan merasa kesal. 

Namun berlalunya orang-orang pembuat onar itu membuat hati pemilik bar menjadi sangat lega. Pasalnya tadi para sekuriti pun turun tangan. Namun tidak dapat melerai kedua belah pihak yang sedang bertikai.

Sementara Anggi dan Cici mulai kewalahan mencari keberadaan Yana yang mereka tidak tahu sedang berada di mana saat ini.

"Anggi! Yana ke mana, sih? Kok tiba-tiba menghilang?" tanya Cici kepada sahabatnya.

"Aku juga kurang tahu, Ci. Ayo kita cari dia. Tadi kan Yana pamit ke toilet," sergah Anggi.

"Ya sudah, ayo ... buruan!" 

Kedua gadis itu pun mulai mencari Yana di area toilet. Namun mereka tidak menemukannya. Sebenarnya dari tadi mereka sangat khawatir dengan keberadaan Yana. Akan tetapi mereka terhalang untuk mencari temannya, karena drama perkelahian yang terjadi di dalam bar.

 Untung saja, aksi adu kuat itu telah berakhir. Sehingga Cici dan Anggi mulai mencari Yana. Akan tetapi mereka tidak menemukannya.

"Ci, bagaimana ini? Kita cari Yana ke mana lagi?" tanya Anggi kepada temannya.

"Nggak tahu, gue juga bingung. Apa jangan-jangan Yana jadi korban penculikan?" sergah 

Cici.

"Ih ... apaan sih Lo, ngomongnya! Jangan berpikiran macam-macam deh!" tegur Anggi.

"Terus Yana ke mana? Kok tiba-tiba menghilang?" seru Cici dengan wajah panik.

"Duh, Ci. Bagaimana kalau tebakan Lo benar? Jika Yana diculik?" tuturnya kepada sahabatnya.

"Kita harus segera melaporkan semuanya kepada pihak berwajib!" seru Cici lagi.

"Tapi kan, masalahnya ... bukannya melaporkan orang hilang harus lebih dari dua puluh empat jam dulu?" ucap Anggi.

"Iya, benar juga apa yang Lo katakan, Nggi."

"Terus apa yang kita lakukan sekarang?" Anggi juga ikut khawatir tentang keberadaan Yana.

"Bagaimana jika kita menanyakan kepada orang-orang yang ada di dalam bar ini?" 

"Ide bagus, Ci. Ya udah, yuk." ajak Anggi kepada sahabatnya. 

Mereka pun mulai menanyakan kepada orang-orang yang ada di dalam bar itu, sambil menunjukkan foto Yana yang ada di dalam ponsel mereka.

Suasana bar yang buka dua puluh empat jam itu, kembali kondusif setelah adu jotos yang terjadi beberapa saat yang lalu.

Cici dan Anggi telah berkeliling menanyakan tentang Yana dan menyebar fotonya. Namun tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan wanita itu.

Lalu keduanya pun menanyakan Yana kepada Nino yang sedang duduk sambil beristirahat, karena baru selesai berkelahi tadinya.

"Permisi, Tuan. Apakah Anda pernah melihat wanita di dalam foto ini?" tanya Cici kepadanya.

"Wanita ini siapa, Nona?" Nino malah balik bertanya,

"Dia teman saya. Namanya, Yana."

Nino mengambil ponsel Cici lalu 

memperhatikan wajah sang wanita.

"Sepertinya saya mengenal perempuan di dalam foto ini, tapi di mana ya saya pernah melihatnya?" gumamnya dalam hati.

"Kenapa dengan Nona di dalam foto ini?" tanya Nino lagi. Lalu Anggi pun menceritakan kronologis menghilangnya Yana.

"Kalian sudah mencarinya ke mana pun di area bar ini?" seru Nino kepada keduanya.

"Sudah, Tuan. Tapi kami tidak menemukannya juga."

"Apakah kalian telah memeriksa kamar-kamar yang ada di bar ini? List penyewa kamar? Bisa saja teman Anda menginap di salah satu kamar di dalam bar ini. Apalagi kalian mengatakan jika dia sedang dalam keadaan mabuk berat," seru Nino membuka pikiran kedua gadis itu. 

"Wah, kita kon nggak kepikiran sampai ke sana, Ci?"

"Ya sudah, yuk. Kita cari Yana di daftar tamu yang menginap di kamar," ucap Cici.

"Maaf, Nona. Saya tidak dapat membantu Anda berdua. Kalian pasti tahu kondisi saya saat ini," tukas Nino yang memang terlihat setengah babak belur. 

Pria itu sedang mengompres beberapa bagian wajahnya yang terlihat bengkak dengan es. Sementara Kaleb yang sebenarnya tadi sempat melihat Yana bersama Indra. Terlihat sedang 

terbaring tidur di sofa.

Dibantu oleh manager bar tersebut, Cici dan Anggi mulai mencari nama Yana di list daftar tamu yang sedang menginap. Namun tidak ada.

Kedua temannya mulai resah dan gelisah. Apalagi Yana tidak membawa apa pun saat pergi untuk pamit ke toilet. Ponsel dan tas Yana berada kepada mereka saat ini.

"Pak Manager bisa nggak kami memeriksa satu persatu kamar yang ada di dalam bar ini?" tukas Anggi mulai 

bernegosiasi.

"Wah, Nona. Soal memeriksa kamar. Sepertinya itu tidak mungkin. Kami juga melindungi privasi para tamu. Lagian Anda berdua telah melihat jika nama teman Anda, tidak ada di list para tamu yang menginap di dalam kamar saat ini," seru sang manager menjelaskan.

"Tapi, Pak. Bisa saja teman saya mereservasi kamar tersebut menggunakan nama orang lain. Tidak mungkin kan, dia tiba-tiba lenyap di area bar ini?" seru Cici lantang. 

"Kalau begitu, Anda berdua bisa mereservasi salah salah satu kamar. Siapa tahu besok pagi, Anda bisa kembali mencari teman Anda," saran manager bar itu kepada mereka. 

Mau tidak mau, Cici dan Anggi pun mengikuti saran dari manager bar tersebut. 

Keduanya mulai mereservasi salah satu kamar di bar tersebut.

Sementara di sebuah apartemen, seorang pria misterius merasa sangat puas melihat kerja para bawahannya malam ini.

"Semua telah kami lakukan atas petunjuk Anda, Tuan. Kita tinggal menunggu besok pagi. Beritanya akan mulai tersebar dan bakalan menjadi sangat heboh," seru salah seorang anak buahnya.

"Bagus! Kerja kalian saat ini benar-benar saya akan apreasi! Kalian akan mendapatkan banyak bonus!" ujarnya lagi kepada para anak buahnya.

Orang-orang itu seketika bersorak gembira mendengarkan perkataan sang bos. Akhirnya mereka bisa merasakan bermandikan rupiah yang banyak setelah ini.

Pria misterius itu, terlihat mengepalkan tangannya sambil bergumam,

"Rasakan pembalasan gue Indra! Kali ini, baik Lo maupun anggota keluarga Lo tidak akan bisa berkutik lagi! Lo akan merasakan penolakan dengan jabatan baru Lo yang belum sempat Lo nikmati!" serunya lantang. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status