Share

BAB. 4 Harus Menikah

Pagi pun tiba,

Kediaman Aharon.

"Indra Aharon! Di mana kamu!" hardik Tuan Irwan Aharon yang baru saja tiba di rumah pribadinya setelah melakukan perjalanan bisnis dari luar kota.

Sang istri yang sedang sibuk di taman yang berada di samping rumahnya merasa kaget dengan suara suaminya yang begitu besar, menggelegar saat ini.

Nyonya Endang segera masuk ke dalam rumah dan hendak menemui suaminya yang sedang marah-marah kepada para maid, karena tidak menemukan keberadaan sang putra, Indra.

"Maaf, Tuan Besar. Kami telah mencari Tuan Muda Indra di dalam kamar pribadinya. Namun dia tidak berada di sana," ucap salah satu maid mencoba menjelaskan kepada Tuan Irwan yang sedang emosi.

"Anak kurang ajar! Kalian cari dia sampai dapat! Jika tidak saya akan pecat kalian semua!" hardik Tuan Irwan penuh amarah.

Nyonya Endang yang baru saja sampai di ruang tv rumahnya. Begitu sangat kaget mendengar suaminya yang sedang marah-marah, dan penyebab sang suami naik pitam adalah Indra, putra kesayangan mereka, satu-satunya.

"Papi! Kamu baru pulang dari luar kota kok malah marah-marah?" tanya sang istri.

Namun bukannya berkata lembut, Tuan Irwan malah ikut-ikutan memarahi istrinya.

"Mami! Indra mana?" hardiknya kepada istrinya.

"Papi? Kamu berani membentak Mami?" Nyonya Endang malah berkacak pinggang di hadapan suami saat ini.

"Mami! Ini darurat! Nanti dulu bercandanya! Tolong jawab perkataan Papi! Indra mana?" Tuan Irwan mulai menurunkan nada suaranya kepada istrinya.

"Indra lagi menginap di rumah Nino dari tadi malam," ucap Nyonya Endang yang masih belum

mengetahui apa pun.

"Apa? Itu tidak mungkin!" ketus Tuan Irwan.

"Nggak mungkin bagaimana sih, Pi? Nino tadi malam menghubungi Mami dan mengatakan jika Indra menginap di sana," tutur Nyonya Endang mencoba menjelaskan kepada suaminya.

Namun Tuan Irwan tetap saja berdebat dengan istrinya perihal keberadaan putra mereka. Lalu tiba-tiba Asisten Aji muncul di hadapan keduanya.

"Tuan dan Nyonya, mohon

perhatiannya di layar televisi," tutur pemuda itu, lalu mulai menyalakan tv.

Alangkah terkejutnya kedua orang tua Indra saat melihat putra mereka satu-satunya, sedang tidur seranjang dengan seorang wanita cantik.

Bahkan sang putra tidur sambil memeluk gadis itu.

Semua orang bisa menebak jika keduanya sama-sama dalam keadaan telanjang sekarang.

Kedua orang tua Indra juga dapat melihat jika di atas sprei begitu banyak darah berceceran, pertanda tadi malam telah terjadi pertempuran panas di atas ranjang itu.

"Papi! Bukannya itu Indra? Kenapa putra kita bisa berada di dalam rekaman video itu? Terus ... siapa perempuan yang bersamamanya, Pi?" lirih Nyonya Endang.

"Makanya dari tadi Papi menanyakan keberadaan Indra. Papi pikir semua hanya kabar bohong saja. Tahu-tahu benar!"

"Tadi malam, Mami dihungungi oleh Nino, Pi. Dia mengatakan jika Indra menginap di rumahnya," terang Mami Endang.

Perdebatan sepasang suami istri itu kembali terulang. Mereka mulai menyalahkan satu sama lain. Aji, sang asisten terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya.

"Maaf ... Tuan, dan Nyonya. Ada baiknya kita fokus dulu dengan masalah yang sedang menimpa Tuan Muda Indra."

"Aji! Segera lacak di mana Indra berada saat ini," perintah Tuan Irwan kepada asistennya.

"Siap, Tuan!" sahut sang asisten.

Aji pun segera memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu keberadaan Indra sedang berada di mana sekarang.

"Papi bagaimana ini?" Nyonya Endang ternyata khawatir juga dengan nasib putra satu-satunya itu.

"Papi juga bingung, Mi! Anak itu baru sehari dilantik dengan jabatan barunya, dia malah berbuat ulah!" ketus Tuan Irwan.

Lalu sang tuan pun langsung memeriksa pergerakan saham perusahaannya. Alangkah terkejutnya dirinya saat melihat saham-saham tersebut tiba-tiba anjlok. Sepertinya para pemegang saham mengetahui bakal ada pergolakan keras, buntut dari ada yang telah dilakukan oleh Indra.

"Aji! Kenapa dengan saham-saham di perusahaan turun semua?" tanyanya kepada asistennya.

"Maaf Tuan, semua karena ulah yang Tuan Muda telah lakukan. Apalagi video panas itu telah tersebar luas di media elektronik dan media sosial," ucap Aji menjelaskan.

"Perintahkan untuk menghapus semua video itu! Indra Aharon! Kamu telah mencoreng nama baik keluarga besar kita!" geram Tuan Irwan kepada putranya.

"Saya sudah lakukan, Tuan. Saya telah memerintahkan ahli IT ternama untuk membereskan semuanya. Semoga dapat terlaksana dengan cepat," tutur Aji lagi.

Sementara Nyonya Endang hanya bisa menangis saat ini. Meratapi nasib putranya, dan sanksi sosial yang akan dirinya dapatkan setelah ini.

"Indra ... apa yang sedang merasuki mu, Nak? Kenapa kamu tidak berpikir dulu sebelum bertindak?" lirih Nyonya Endang sedih.

"Pi! Tolong lakukan sesuatu untuk menyelamatkan putra kita! Mami tidak mau masa depan Indra menjadi kacau karena masalah ini!" seru sang istri kepada

suaminya.

"Papi juga bingung, Mi! Anak itu selalu saja bikin masalah! Entah sampai kapan Indra bisa benar-benar dewasa!" Ternyata, tidak ada solusi yang berarti dari Tuan Irwan kepada putra semata wayangnya.

Sang ayah juga memikirkan nasib perusahaannya jika saham terus saja turun. Bisa saja para investor akan menarik dana dan investasi mereka dari perusahannya.

Lalu Tuan Irwan berkata lagi,

"Aji! Berikan pendapatmu!"

Sang asisten berpikir sejenak. Dia memang memiliki solusi jitu saat ini. Akan tetapi Asisten Aji masih ragu-ragu untuk mengatakan semuanya kepada Tuan dan Nyonya Aharon karena pedapatnya kali ini begitu ekstrim.

"Aji! Saya masih menunggu tanggapan darimu," tutur Tuan Irwan.

Asisten Aji terlihat menghela napasnya. Pria itu pun lalu berkata,

"Maaf, Tuan jika apa yang saya katakan setelah ini tergolong lancang. Tapi hanya ini jalan satu-satu yang harus dilakukan agar Tuan Indra terlepas dari masalah besar ini," ujar Aji dengan wajah serius.

"Cepat katakan! Jangan tunda lagi, Aji!" hardik Tuan Irwan.

Aji kembali berpikir. Dia pun memutuskan untuk mengatakan rencana jitu darinya.

"Begini, Tuan. Jalan satu-satunya yang harus ditempuh oleh Tuan Muda Indra adalah menikahi gadis itu."

"Apa?" kaget keduanya.

"Bagaimana jika Indra tidak mengenal perempuan itu?" tukas Tuan Irwan.

"Indra juga belum tentu menyukai gadis itu. Bisa saja mereka berdua hanya dijebak!" seru Nyonya Endang.

"Tapi ... Tuan, Nyonya. Hanya itu satu-satunya cara yang dapat ditempuh oleh Tuan Muda, dengan bertanggung

jawab dengan apa yang telah dirinya lakukan terhadap gadis itu. Anda berdua pasti tahu sendiri noda darah yang begitu banyak di atas seprei? Bukankah hal itu sudah dapat dijadikan bukti jika Tuan Indra telah melakukan sesuatu kepada sang gadis?" ucap Asisten Aji menjelaskan kepada kedua majikannya.

Mendengar ucapan asistennya membuat Tuan Irwan mulai berpikir jika apa yang dikatakan oleh sang asisten ada benarnya.

"Sepertinya, memang hanya itu satu-satunya cara agar Indra terlepas dari masalah pelik ini."

"Tapi, Pi. Kita tidak mengenal latar belakang gadis itu!" seru Nyonya Endang sengit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status