Share

SUMPAH ISTRIKU
SUMPAH ISTRIKU
Author: Cahaya Senja

Sumpah Sofia

Author: Cahaya Senja
last update Last Updated: 2023-04-30 17:34:21

"Dek, ini uang bulanan ini, ya. Maaf bulan ini penghasilanMas semakin merosot. Mas juga bingung bagaimana cara meningkatkan penghasilan di toko milik Mas," tutur Adnan pada sang istri Sofia.

Sofia melihat Adnan meletakkan uang di atas meja 4 lembar berwarna merah. Sofia tersenyum menerima uang itu.

"Iya, Mas, ini juga alhamdulillah, masih ada pemasukan yang bisa Mas berikan untuk aku. Mas sudah bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhanku."

"Oh ya, Mas, aku udah buatin lauk buat kamu, Mas. Mau makan sekarang atau nanti?" tanya Sofia pada Adnan yang terlihat terburu-buru.

"Ah, nggak usah, Dek, Mas mau ke tempat Ibu dulu, soalnya mau benerin lampu di rumah Ibu."

"Nggak mau makan dulu, Mas?"

"Nanti saja, Dek. Nunggu balik dari rumah Ibu, aku mau mandi dulu," ucap Adnan pada Sofia. Tanpa merasa curiga sedikitpun Sofia lalu mengangguk dan duduk di meja makan menunggu Adnan. Meski ia tahu bahwa suaminya tidak akan makan di rumah bersama dengannya.

Saat Adnan pergi mandi, tak sengaja bunyi notif pesan di ponsel milik Adnan berbunyi.

Awalnya Sofia mencoba untuk biasa-biasa saja dan tak ingin membuka privasi Adnan. Karena menurutnya itu bukanlah hal yang sepantasnya. Lagipula Sofia juga tak terbiasa mengotak-atik ponsel milik Adnan.

Karena terus berbunyi, Sofia menjadi penasaran, lalu memberanikan diri untuk melihatnya. Ada rasa dag dig dug saat ia mencoba memegang ponsel milik suaminya. Rasa keponya pada ponsel Adnan membuatnya berani untuk mengecek ponsel milik suaminya.

[Mas, cepatan ke sini. Ibu udah masak banyak. Nanti jangan lupa, ya, Lisa minta 300 ribu buat ongkos jalan-jalan sama teman]

Astaghfirullah, apa ini maksudnya, batin Sofia berujar. Baru membaca pesan pertama ada banyak macam pertanyaan di dalam benaknya.

[Mas ada pemasukan kan hari ini, jangan lupa lho sama kakakmu yang cantik ini.] Rani juga mengirimkan pesan pada Adnan. Sofia menggelengkan kepala tak percaya akan pesan yang saat ini ia baca.

[Iya, tenang aja, hari ini lumayan banyak yang beli. Nanti Mas mampir ke rumah ya, buat ngasih uang sama kalian dan juga Ibu.]

Berulang kali Sofia beristighfar saat membaca pesan dari Adnan dan saudaranya.

"Sofia, Mas mau ke--"

"Sofia apa yang kau lakukan?!"

"Keterlaluan kamu, berani sekali membuka ponsel milik suami!" bentak Adnan pada Sofia yang terdiam, pandangan mata Sofia tajam menatap Adnan.

Adnan bergegas pergi, tanpa mendengar penjelasan Sofia yang langsung ingin meluapkan amarah padanya.

Tanpa berpikir panjang Sofia bergegas mencari ojek terdekat dan segera mengikuti Adnan yang menuju ke rumah ibunya.

***

"Hebat ya kamu Mas, setelah berbohong padaku. Kamu dengan enak-enaknya tertawa di sini dan menikmati hidangan yang nampak lezat." Sofia berujar sambil menahan air matanya yang hendak jatuh membasahi pipi miliknya.

"Sofia," lirih terdengar suara Adnan. Ia terkejut dengan kedatangan sang istri yang tiba-tiba. Adnan sendiri bingung bagaimana cara mengekspresikan wajahnya saat ini. Ia ketangkap basah oleh sang istri.

"Kenapa lagi dia, Adnan?" tanya sang mertua pada Adnan putranya.

"Diam, Bu! Aku ke sini bukan untuk mencari masalah padamu!" tegas Sofia dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Heh, berani kau menjawabku!" Mertua Sofia tak terima karena Sofia yang mulai berani berbicara tinggi padanya. Ia menatap Sofia dengan berang.

Mertua Sofia datang mendekat dan langsung menjambak rambut panjang Sofia dengan kasar. Tak ada teriakan keluar dari mulut Sofia, ia hanya meringis menahan sakit. Menurut Sofia, dirinya lebih sakit saat mengetahui bahwa suaminya berbohong akan suatu hal yang harusnya tak ditutupi.

"Sudah, Bu." Adnan mencoba melerai perkelahian antara istri dan ibunya. Sofia menatap Adnan penuh dengan kebencian, tak ada lagi rasa cinta Sofia pada Adnan setelah kebohongan itu. Ia benar-benar membenci Adnan, bahkan berharap mereka tak pernah bertemu.

"Heh! Dengar ya baik-baik, kau itu anak mantan napi. Kalo bukan anakku yang menikahimu siapa lagi?" Romlah, mertua dari Sofia berbicara nyaring di dekat telinga milik Sofia.

"Nggak sadar diri banget ya kamu jadi ipar, masih untung kami bisa menerimamu di sini. Kalo bukan karena kami kau sudah jadi p3l4cur di jalanan untuk memenuhi kebutuhan ayahmu yang mantan narapidana itu." Rani ikut berbicara, ia sebenarnya tak suka dengan iparnya ini. Menurutnya Sofia itu terlalu kaku dan kampungan untuk Adnan yang kenal dengan fashion.

"Apa penyebab kau marah pada anakku, hah! Apa hakmu berkata tinggi denganku yang jelas-jelas adalah mertuamu!"

"Bu, ini hanya kesalahpahaman. Sofia marah karena Adnan memberikan uang lebih besar untuk Ibu."

Romlah tertawa mendengar ucapan dari Adnan. "Hanya karena Adnan memberikan uangnya lebih besar padaku, kau menjadi pembangkang seperti ini. Kau menjadi tidak tau diri, apa kamu lupa darimana dirimu dulu berasal!" bentak Romlah pada sang menantu.

"Wanita tidak tahu diri."

"Ipar sialan."

"M4ti saja kau , ikut dengan ibumu."

"Dasar anak mantan narapidana!"

"STOP!"

Aku berteriak dengan sangat keras di depan mereka semua. Mereka melihatku seperti ingin mem4kanku hidup-hidup.

"Cukup kalian menghinaku selama ini, cukup! Belum puaskah kalian menyakiti aku dari raga hingga jiwa! Tak perlu membawa ibuku yang sudah tiada."

"Ya jelas kamu membawamu, karena kau itu pembaw si4l, ibumu saja mati karena kau. Karena melahirkan kau ke dunia!"

"Bukan kehendakku ibuku tiada!"

"Sofia!" Terdengar bentakan Adnan pada Sofia.

"Kalau kalian ingin aku pergi. Baik, aku akan pergi dari kehidupan kalian. Tak usah bersusah payah mengeluarkan kata-kata yang tak pantas di dengar di telinga. Aku bisa pergi dengan sendirinya."

"Sofia, kau bicara apa?" tanya Adnan langsung memegang lengan Sofia. Tadi saat Sofia dihina, dicaci maki, ia bahkan sama sekali tak tergerak hatinya untuk menghentikan perbuatan yang dilakukan oleh Ibu, Adik, dan juga kakaknya.

"Cukup, Mas! Kamu selama ini tak pernah mengerti bagaimana rasanya berada di posisiku. Kamu hanya selalu diam saat ibumu menghinaku. Aku merasa sudah cukup bersabar menghadapi kalian selama ini."

"Kau tau, Mas, aku bahkan kadang-kadang rela makan hanya bercampur nasi dan garam karena kudengar usahamu yang mulai bangkrut. Aku rela tak membeli apapun yang kumau, karena tak ingin membebani pikiranmu."

"Tapi sekarang kenyataannya? Kamu membohongiku, Mas. Bahkan usaha toko sembakomu sekarang berkembang dengan pesat, penghasilanmu lebih banyak. Karena aku bodoh, orang desa jadi dengan gampangnya kamu menipuku."

"Kenapa kamu jadi berubah seperti ini, Sofia? Ternyata benar kata Ibu, kamu memang tak pernah menyukai mereka. Kamu ingin tahu tidak, kenapa aku sama sekali tak mau memberi tahumu perihal gajiku, ya karena ini. Kamu pasti akan marah-marah saat mengetahui semuanya. Kamu pasti tak akan pernah ikhlas jika aku menafkahi adik dan juga ibuku."

"Aku ikhlas, Mas, demi Allah aku ikhlas. Aku tak pernah melarangmu untuk berbakti pada orang tuamu, silakan beri berapapun pada ibu dan saudaramu, tapi cukupi juga kebutuhan di rumah. Cukupi kebutuhanku, Mas!"

"Aku sudah memberimu uang 450.000 dalam sebulan, apa itu kurang? Dari penghasilanku yang hampir lima juta, wajar jika aku memberikan uang lebih banyak pada Ibu. Karena dia yang melahirkanku!" bentak Adnan pada Sofia, Sofia terkejut bukan main saat mendapat bentakan dari Adnan. Karena ini kali pertama Adnan membentak, itu pun saat Sofia sudah mengetahui kebohongan Adnan.

"Kalo begitu, kenapa tak kau nikahi saja ibumu?" tanya Sofia dengan nada yang sinis. Mata Adnan terbelalak, begitu pun juga dengan ibunya.

"SOFIA!"

"Mas, dulu aku sudah bilang padamu, bukan. Kalau aku dituduh dan dimusuhi oleh saudara-saudaramu, tolong lindungi aku, tolong berada dipihakku, jangan ikut memusuhiku. Dulu, kamu bilang iya! Permintaanku sederhana, Mas, sangat sederhana. Namun sekarang, jangankan melindungiku, kau tak ubah layaknya duri dalam daging, Mas. Menyakitkan!"

"Aku bersumpah dengan rasa sakitku ini, kau takkan mendapatkan kebahagiaan begitu juga dengan keluargamu, Mas!"

Setelahnya Sofia berlalu pergi sambil menghapus air matanya. Rasa benci semakin menggebu-gebu di dalam hatinya.

-

-

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yensi Mukliana
gedek gua sumpah sama si Adnan
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SUMPAH ISTRIKU    Kamu milikku, selamanya akan begitu.

    Awalnya Sofia dan Hafiz berencana berangkat malam itu juga, tapi karena ada satu dua hal akhirnya mereka tak jadi berangkat pada malam hari.Di sinilah Sofia berada, dia duduk di samping brankar milik Lisa. Sofia diberi kabar bahwa keadaan Lisa saat ini sangat memprihatinkan. Dari tadi air matanya tak kunjung reda, bagai hujan yang terus menerus turun membasahi bumi."Lili, Mbak Sofia sudah datang. Kenapa tak bangun, katanya kamu mau bertemu dengan Mbak. Lili maafkan, Mbak, maafkan atas ucapan Mbak yang membuat kehidupanmu menjadi seperti ini," ucap Sofia terdengar lirih. Hanya ada ia dan juga Lisa di dalam kamar rumah sakit ini."Mbak nggak nyangka kamu harus menderita penyakit yang jahat ini. Kenapa nggak pernah bilang sama Mbak, Lili. Andai saja kamu bilang dari awal, mungkin penyakitmu tak akan separah ini, Dek," ujar Sofia sambil menggenggam tangan Lisa dengan penuh harapan agar Lisa kembali bangun."Mbak sudah memaafkanmu, Dek, Mbak ikhlas dan ridha, lagipula selama menjadi adik

  • SUMPAH ISTRIKU    Tenanglah, Aku Bersamamu.

    "M-mas Adnan," ucap Lisa tergagap saat melihat Adnan yang datang dengan raut wajah tak dapat diartikan."Kamu bohong kan, Dek?" tanyanya sambil memegang bahu Lisa. Lisa hanya diam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya."Kenapa, Dek? Kenapa hal seberat ini kamu sembunyikan dari Mas, kamu sudah tak menganggap Mas lagi, Dek?""Maafkan Lisa, Mas, Lisa ...." Tenggorokan Lisa rasanya tercekat, dia bahkan tak mampu melanjutkan ucapannya.***Hampir sebulan sudah lamanya Lisa di rawat di rumah sakit. Setelah pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Lisa hari itu juga Adnan merasa dunianya benar-benar hancur. Cobaan bertubi-tubi menghampirinya. Bahkan sekarang, adik kecil kesayangannya pun harus terbaring menahan sakit."Kamu yang kuat ya, Dek, Mas akan usahakan apapun agar kamu bisa kembali seperti semula." Adnan memegang tangan sang Adik, besar harapannya agar Lisa bisa kembali normal seperti sedia kala."Jangan berjuang terlalu keras, Mas. Dokter sudah memvonis bahwa hidupku t

  • SUMPAH ISTRIKU    Tenanglah, Aku Bersamamu.

    "M-mas Adnan," ucap Lisa tergagap saat melihat Adnan yang datang dengan raut wajah tak dapat diartikan."Kamu bohong kan, Dek?" tanyanya sambil memegang bahu Lisa. Lisa hanya diam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya."Kenapa, Dek? Kenapa hal seberat ini kamu sembunyikan dari Mas, kamu sudah tak menganggap Mas lagi, Dek?""Maafkan Lisa, Mas, Lisa ...." Tenggorokan Lisa rasanya tercekat, dia bahkan tak mampu melanjutkan ucapannya.***Hampir sebulan sudah lamanya Lisa di rawat di rumah sakit. Setelah pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Lisa hari itu juga Adnan merasa dunianya benar-benar hancur. Cobaan bertubi-tubi menghampirinya. Bahkan sekarang, adik kecil kesayangannya pun harus terbaring menahan sakit."Kamu yang kuat ya, Dek, Mas akan usahakan apapun agar kamu bisa kembali seperti semula." Adnan memegang tangan sang Adik, besar harapannya agar Lisa bisa kembali normal seperti sedia kala."Jangan berjuang terlalu keras, Mas. Dokter sudah memvonis bahwa hidupku t

  • SUMPAH ISTRIKU    Boleh Peluk, Bu?

    Sudah hampir dua minggu Hafiz sudah tak lagi menganggu Sofia. Selama itu juga Sofia merasa ada yang hilang. Bahkan, Hafiz bertamu ke rumah Sofia jika Sofia sudah tak ada di rumah."Assalamualaikum.""Wa'alakumsalam warahmatullah," sahut Habibi dan Hafiz serentak. Hafiz yang melihat Sofia pulang, bangkit dari duduknya."Ayah, Hafiz pulang dulu, ya. Nanti Hafiz akan sering-sering mampir lagi ke rumah Ayah," ucap Hafiz tanpa menoleh pada Sofia.Hafiz melalui Sofia sambil menganggukkan kepalanya."Hafiz," panggil Sofia yang melihat ada banyak perubahan pada diri Hafiz."Ya, Sofia, ada apa?" tanya Hafiz sekenanya."Apa aku ada berbuat salah?" tanya Sofia. Entah mengapa dia tiba-tiba mengeluarkan kalimat seperti itu. Melihat sikap Hafiz beberapa Minggu ini membuat Sofia merasa hampa. Seperti ada yang tak beres."Tidak ada. Memangnya kenapa?" Hafiz kembali bertanya pada Sofia."Aku merasa kamu berubah," ucap Sofia menatap Hafiz dengan penuh arti."Aku tidak berubah, Sofia," ucap Hafiz sambil

  • SUMPAH ISTRIKU    Menikahlah, Nak ....

    Hari sudah mulai larut suasana duka menyelimuti keberadaan keluarga Adnan, saat ini Romlah sedang berbaring di ranjang. Karena beberapa kali ia pingsan saat melihat sang putri memasuki liang lahat, bahkan mungkin ia juga lelah karena sempat berdebat dengan putri bungsunya. Bukan berdebat lebih tepatnya, dia marah.Saat ini Adnan duduk termenung di sofa, sambil menatap kosong langit-langit rumahnya. Perasaannya berkecamuk, bercampur aduk menjadi satu. Hingga tak dapat dijelaskan dengan kata-kata lagi. Adnan mengingat kejadian yang membuatnya hampir lepas kendali. Ia merasa sangat bersalah pada adik kecil kesayangannya.Namun di sisi lain, dia senang karena ada seseorang yang membela adik kecilnya saat dalam keadaan yang benar-benar terpuruk."Untuk apa kamu kemari, hah?!" Romlah begitu murka saat melihat Lisa datang saat Rani mulai dimandikan."Anak durhaka kamu, untuk apa lagi kamu kembali. Aku lebih baik kehilanganmu daripada harus kehilangan putri tersayangku.""Ibu." Adnan menatap

  • SUMPAH ISTRIKU    Kabar duka

    "Adnan, ada apa dengan mbakmu?" tanya Romlah yang masih tidak mengerti. "Apa kamu sudah menemukan mbakmu, di mana dia? Ibu akan memarahi dia karena sudah mengambil sertifikat rumah dan juga menggadaikannya." Romlah dengan geram berkata seperti itu."Ibu, Mbak Rani sudah tidak ada." Adnan memegang telapak tangan ibunya. Romlah mengernyitkan keningnya."Tidak ada bagaimana, Adnan? Kamu lagi ngelantur, ya. Kamu kangen ya sama mbakmu?" tanya Romlah sambil meletakkan telapak tangannya di kening milik Adnan."Adnan tidak sakit, Bu, yang menelepon Adnan tadi adalah anggota kepolisian yang mengatakan bahwa mayat milik Mbak Rani ditemukan di hotel ***," ucap Adna yang membuat Romlah shock dan langsung terduduk di lantai.Romlah menatap Adnan mencari kebohongan pada putraya. "Tidak mungkin, Adnan, pasti mereka salah memberikan informasi pada kita," ucap Romlah yang masih enggan untuk percaya, padahal di hati kecilnya dia sangat takut jika itu benar-benar terjadi pada putri kesayangannya."Mak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status