"Baik Tuan," jawab Adam.
"Terima kasih Om, oh iya Om sudah makan?" tanya Bagas.
"Belum Tuan."
"Kalau begitu temani saya makan, ajak isteri dan anak - anak Om juga."
"Baik Tuan, tapi maaf untuk isteri dan anak - anak saya, mereka sudah makan lebih dulu."
"Iya tidak apa - apa, kalau begitu kita makan sekarang, saya kangen masakan si Mbok."
"Baik Tuan, saya akan meminta si Mbok menyiapkan makanan sekarang, saya permisi untuk menemui Mbok Saripah, tadi Mbok juga sudah masak kesukaan Tuan."
"Iya, Om."
Adam beranjak dari duduknya dan memberi hormat dengan menundukan kepalanya kepada Bagas, sebelum meninggalkan ruangan.
Tak berapa lama Bagas keluar dari ruangannya menuju ke meja makan duduk menghadap beberapa menu makanan kesukaannya, sementara Adam masih berdiri menunggu perintah dari Bagas, karena sejujurnya Adam tidak enak kalau harus duduk bersama Bagas, terasa sangat lancang baginya.
"Om duduk saja, jangan ter
Salah seorang dari kelima orang Adam dan Bagas, menghampiri, dan mengatakan kalau kedua orang itu mau membantu, akan tetapi memberi syarat sebagai timbal baliknya."Syarat apa?" tanya Adam."Meminta imbalan uang, mereka mengatakan ada harga yang harus di bayar akan setiap informasi berharga, walau dipukul sampai mati pun mereka tetap akan bungkam.""Kurang ajar sekali, sudah gila mungkin mereka," jawab Adam yang kini mulai terpancing emosi."Kita beri mereka uang," ucap Bagas dengan santai."Tapi Tuan, bukankah tujuan Tuan ingin membawa semuanya ke jalur hukum, kalau kita memberi uang, kita tidak akan bisa membawanya ke jalur hukum, karena mereka pasti akan memberatkan kita juga." Adam merasa heran dengan Bagas yang mau menyetujui keinginan kedua orang itu."Apa bedanya dengan kita, yang sudah menghajar mereka, bukankah sama saja, kita sudah melanggar hukum, awalnya memang saya berniat membawa masalah ini ke jalur hukum, akan tetapi melihat
Pukul tujuh malam Bagas dan Adam sudah tiba di Jakarta, saat di perjalanan Bagas mencoba berfikir lagi akan niatnya untuk menemui Adelia melalui Adam, mana mungkin tiba - tiba Adam datang ke rumah Adelia, memperkenalkan diri sebagai Owner Hotel, berniat mengajak Adelia keluar, seakan merasa janggal, bila harus melakukan hal itu, keluarga Adelia tidak akan semudah itu percaya dan pasti akan mencari tahu dahulu, belum lagi pasti ayah Adelia menelpon Tony, kecuali mungkin Adam adalah seorang pemuda yang berpura - pura menyukai Adelia dan meminta ijin kepada orang tua Adelia untuk mengajaknya keluar, dengan kondisi Adam yang memang sudah tidak muda lagi, hampir sama dengan usia ayah Adelia, yang ada akan memperkeruh situasinya, karena Adelia juga pasti menolak di ajak keluar oleh orang asing, walau Adam diam - diam menyampaikan kalau dirinya di minta Bagas untuk mengajaknya keluar, belum tentu Adelia juga meresponnya, sehingga Bagas kembali berbicara kepada Adam untuk membatalkan rencan
Keduanya sudah berada di dalam mobil. Adelia merasa bingung dengan yang baru saja di alaminya, mengapa tiba - tiba, Bagas mengajaknya masuk ke dalam mobil, yang terlihat jelas, kalau mobil yang mereka naiki sekarang adalah mobil mahal, ditambah laki - laki yang duduk di depan, menggunakan pakaian jas, memegang kendali setir, terlihat bukanlah orang biasa, Adelia mencoba mengatur napasnya dan berusaha menahan rasa penasarannya, sebenarnya siapa Bagas, laki - laki yang ia kenal sederhana yang hanya bekerja sebagai room service dan tinggal di kos-an, mengapa sekarang terlihat seperti bukan orang biasa, belum lepas rasa terkejutnya, laki - laki di depan memberi hormat kepadanya dan juga Bagas, lalu memanggil Bagas dengan panggilan Tuan, dan menanyakan apakah harus segera jalan atau tetap di sini saja."Kita di sini saja dulu, Saya akan berbicara empat mata dengan Adelia, Om bisa keluar sebentar?" ucap Bagas."Baik Tuan," Adam langsung keluar dari dalam mobil dan menunggu m
"Nanti di antar kalau mau pulang, nggak mungkin aku membiarkan kamu dan teman - teman kamu naik kendaraan umum, ya udah sana, kamu hati - hati ya? salam buat ayah dan ibu mertua."Adelia keluar dari mobil, menoleh ke arah Adam yang membungkukkan kepalanya kepada Adelia, sebenarnya masih banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam fikirannya, siapa sebenarnya Bagas, siapa orang yang kini Adelia lihat, dan mobil ini, namun Adelia tidak mau ambil pusing, Adelia tidak pernah perduli dari awal, tentang siapa Bagas dan pekerjaannya, karena Adelia mencintai Bagas dari hatinya, yang terpenting baginya saat ini adalah, ingin tahu kebenaran akan kejujuran Bagas soal Kaila yang buktinya berada di rumah Bagas.Adelia sudah berada di kamarnya, sedang prepare baju dan barang - barang yang akan ia bawa, tak berapa lama Sinta dan Cindy masuk ke kamarnya dan duduk di ranjang menyimpan tas yang di bawanya."Del, kita serius mau ke Bandung? memang ada acara apa, atau kita akan survey
Saat Adam akan berbicara lagi, Bagas menepuk tangan Adam pelan, membuat Adam langsung terdiam dan melihat Bagas memberinya isyarat dengan menggelengkan kepalanya, agar Adam jangan merespon ucapannya Cindy. Bagas langsung mengambil alih obrolan dan mengalihkan pembicaraan ke topik lain, agar Cindy tidak kembali bertanya hal - hal yang nantinya, akan semakin memojokan posisi Bagas, Bagas hanya tidak ingin terjadi perdebatan panjang, karena Bagas tahu kalau Adam pasti tidak akan tinggal diam saat dirinya di rendahkan atau di hina orang lain.Bagas sedikit menoleh ke arah Adelia dan teman - temannya seraya tersenyum. "Bagaimana kalau kita makan dulu? kebetulan saya lapar, kalian juga pasti lapar, perjalanannya masih lumayan jauh. Om kita makan dulu, cari restoran yang berkelas dan suasana yang nyaman, tidak enak kalau mengajak mereka ke tempat biasa saja.""Baik Tuan, kalau begitu kita ke restoran Amuz Gourmet, letaknya tidak terlalu jauh dari sini?" ucap Adam yang tetap f
Sinta dan Cindy begitu juga Adelia menelan ludah, hanya untuk makanan saja sampai harus mencapai puluhan juta, Adelia menatap ke arah Bagas, melihat laki - laki yang ia cintai sedang menatap bill pembayaran, pasti Bagas sedang bingung bagaimana membayar tagihan segitu banyaknya, hatinya tidak tega kalau sampai Bagas harus di permalukan di restoran ini, belum lagi pasti teman - temannya akan habis - habisan menghina Bagas, walau Adelia sedikit kesal juga mengapa Bagas mengajaknya ke restoran yang memang sudah terkenal mahal di Jakarta, Adelia mengerti Bagas ingin membuatnya senang dan merasa istimewa, makanya mengajak ke tempat yang mahal, namun Bagas sepertinya tidak tahu kalau harganya memang sangat mahal sekali, Adelia meraih Pouch wallet miliknya untuk mengambil kartu Debit, Cindy yang mengetahui Adelia akan mengambil kartu Debit langsung menegurnya."Del, kamu tidak usah membantu Bagas untuk membayar semua tagihan ini, biar saja dia bayar sendiri, dia kan, yang mengajak k
Di dalam rumah, Adelia dan kedua temannya di persilakan untuk duduk bersantai di ruang tamu. "Sayang aku tinggal sebentar dulu ya, kamu santai dulu saja di sini, bersama Sinta dan Cindy, nanti biar teh Euis membawakan minuman dan makanan ringan ke sini," ucap Bagas kepada Adelia dan mulai melangkah meninggalkan Adelia di ruang tamu. Euis membawakan makanan dan minuman ke ruang tamu, untuk di suguhkan kepada Adelia dan kedua temannya, Euis adalah pembantu di rumah Bagas yang merupakan asisten dari Mbok Saripah, Euis baru kembali setelah pulang kampung. "Teh, mangga di minum, upami bade aya priyogi nu sanes, panggil weh Euis?" ucap Euis ramah dengan logat sundanya. "Iya, tapi itu Teh Euis ngomong apa barusan, maaf kita nggak ngerti bahasa sunda," ucap Adelia. "Oh iya maaf Nona, kirain tiasa nyarios sunda, eh kirain bisa bahasa sunda, tadi Euis bilang, silakan di minum, kalau ada keperluan lain, silakan panggil Euis." "Oh iya Teh, terima
Pintu telah terbuka, terlihat Adelia dengan pakaian tidurnya, berdiri di ambang pintu menghadap Bagas."Boleh pinjam waktunya, Nona cantik." Goda Bagas yang tersenyum menatap Adelia."Mau kemana?" tanya Adelia, yang balik bertanya bukannya menjawab."Kesuatu tempat yang hanya ada kita berdua.""Harus sekarang, ya? tanya Adelia sambil tangannya menyeka matanya yang berair efek menguap."Kamu ngantuk? ya sudah besok saja kalau begitu, tadinya aku mau membuktikan ucapanku tentang Kaila.""Aku nggak ngantuk kok, ya sudah aku ganti pakaian dulu ya, masa keluar dengan pakaian tidur." Adelia Membalikan badannya untuk masuk ke dalam kamar, namun Bagas menahannya, dengan memegang tangan Adelia."Tidak perlu ganti pakaian, sudah cantik, aku mau bawa kamu, bukan untuk keluar tapi kita mengobrol di ruang keluarga, sekalian melepas rindu."Siapa yang rindu?""Aku...Bagas Ivander.""Hmm, rindu Kaila kali.""Tuh kan