Adita sedang duduk di meja kerjanya dan sibuk dengan komputernya, tiba tiba seseorang menaruh sebuah paket di meja kerjanya.
“Apaan ni?”
“Entahla, bapak pengantar paket tadi memberikannya dan untukmu.”
“Aku tidak merasa memesan apa pun kok.”
“ Coba kamu buka saja.”
Adita membuka paket tersebut dan ia terkejut dengan isi paket tersebut.
“Ponsel?”
Teman adita yang melihat isi paket tersebut terkejut
“Masya allah itu iphone keluaran terbaru, cie lu banyak uang sekarang dita sampai beli gituan.”
“Eh enggak kok, gue gak ngerasa beli ginian dan seandainya gue ada uang mending gue tabung saja”
Sebuah kertas jatuh dari dalam paket tersebut dengan tulisan
‘SORRY, for F’
“Wih siapa tu F ? pacar atau masih calon pacar?” ledakan teman
Faqih menunggu makanan yang di pesan oleh Adita di warteg tersebut dan ia sesekali melihat ke layar ponsel dan ke arah jam tangannya.“Apa kamu ada pekerjaan lain?”“Oh tidak, hanya saja aku takut...” Faqih menghentikan ucapannya.Ibu penjual membawah makanan dan di hidangkan di atas meja meraka.Faqih melihat semua hidangan tersebut.“Aku harap, kamu suka dengan makanan yang aku pesan ini.”“Terlihat sangat lezat sekali ini, dan ini lebih nikmat jika di makan dengan tangan saja tidak perlu sendok.”“Apa kamu tidak jijik? Jika hanya dengan tangan?”“ Tentu saja tidak.”Faqih mulai menyantap makan tersebut dengan tangan yang sudah ia berisikan terlebih dahulu.Faqih memakan makananya dengan sangat lahap sedangkan Adita hanya melihatnya.“Dia seperti orang kelaparan, memangny
Usai mengeburi sang ibu, Lukman di rangkul oleh Syahid untuk pulang ke rumahnya.“Coba kamu cubit diriku,” kata Lukman dengan tatapan kosongnya.“Luk jangan seperti ini,”Isah tangis mulai terjadi pada Lukman.“Terkadang yang namanya kenyataan memang sangat pahit sekali tetapi pasti ada hikmah di balik ini semua”Lukman mulai menghentikan Isah tangisnya.Mereka duduk di ruang tamu rumah Lukman, tiba tiba seorang lelaki setengah bayah terik teriak dari luar rumah Lukman.“Lukman, keluar kamu.”Mendengar suara tersebut Lukman dan Syahid bergegas menuju luar rumah. “Siapa dia Luk?” kata Syahid.“Dia pamanku,” kata Lukman“Ada apa paman?”“Jangan pura-pura tidak tahu kamu.”“Sungguh Lukman tidak mengerti apa m
Syahid bangun dari tempat tidurnya dan ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan ia bergegas menuju tempat tidurnya. “Sayang.” Syahid mengelus rambut Aisyah. “Apa?” kata Aisyah dengan mata terpejam. “Ayo bangun, kita tahajud bareng.” “Iya.” “Iya apa ? Itu masih merem, ayo bangun sayang.” Aisyah bangun dari tempat tidurnya. “Ayo cepat ke kamar mandi.” “Bentar sayang.” “Lama kamu.” Syahid menggendong Aisyah menuju kamar mandi. “Mirip bocah, mau mandi saja perlu di gendong dulu,” sambil menggendong Aisyah. “Nanti kalau punya anak, kamu tidak akan ada waktu lagi buat gendong ibu anak anak hehe.” Syahid hanya tersenyum. “Kamu mau turun apa mau langsung aku lemper ke bak mandi?” “Aku mau di gendong terus saja.” “Dirimu berat.”
Syahid masuk ke dalam rumah kemudian di ikuti oleh Lukman dengan wajah murungnya.“Aku ke kamar dulu ya!”“Iya silakan."Lukman bergegas menuju kamarnya.“Eh sudah pulang mas?”Aisyah mencium tangan sang suami.“Iya.”“Bagaimana mas Lukman?”“Sepertinya di murung lagi.”“Kenapa?”“Tadi di masjid ustaz memberi kultmu tentang ibu, ya dia ingat ibunya lagi.”“Tidak apa apa, dia masih proses mas.”“Iya si.”“Hari ini apa jadwalmu?”“Ke pesantren mengejar santri kitab Al Hikam.”“Oh begitu, baiklah, Kamu mau sarapan apa ?”“Roti bakar saja sama susu hangat."“Baiklah!”Aisyah keluar dari kamarnya dan saat bersa
Aisyah membawa sarapan untuk Syahid yang sedang membaca koran di balkon rumahnya.Ia membawa nampan yang berisi susu hangat dan roti bakar yang kemudian ia letakkan di atas meja.“Terima kasih istriku.”“Sama-sama.”Aisyah kemudian memegang kepalanya.“Kenapa ?”“Tidak tahu, kok jadi pusing seperti ini.”“Kamu sakit?”Syahid memegang kepala sang istri.“Kamu demam sayang."Syahid menggotong sang istri menuju kamarnya dan ia letakkan Aisyah di tempat tidurnya kemudian ia menyelimuti Aisyah.“Kamu sudah makan?”Aisyah menggelengkan kepalanya.“Kenapa ?”“Tidak selera.”“Kamu mau apa? Atau ingin apa ? Biar m
Usai salat magrib berjamaah di masjid, Syahid dan Lukman di suguhkan dengan makan malam oleh mbak Sitti dia adalah Asisten rumah tangga Aisyah dan Syahid.Lukman dan Syahid langsung duduk di kursi meja makan.“Kita hanya makan berdua?” tanya Lukman.“Iya, kenapa?” jawab Syahid.“Aisyah kemana?”“Aisyah sedang tidak enak badan dan istirahat di kamar,”“Sakit apa?”“Entahlah dari pagi kepalanya pusing dan mual, ya mungkin asam lambungnya naik,”“Mungkin bukan asam lambung melainkan lagi isi.”“Isi? Isi air maksudnya heheh,”“Bukan, lagi hamil gitu!”“Masak si Aisyah hamil?”“Ya kalik saja.”“Tidak mungkin kayaknya,”“Eh apanya yang tidak mungkin? Gak mungkin dong s
Syahid membuka kedua matanya dan melihat sang istri sudah duduk di sampingnya sambil memandangi wajahnya.“Kamu baru bangun tidur apa memang tidak bisa tidur?”“Baru bangun tidur kok.”“Terus kenapa malah duduk dan melihat ke arah mas?”“Aku hanya ingin memandang wajahmu saja.”“Apa si kamu ini pagi-pagi sudah bikin baper.”“lelaki juga bisa baper?”“Bisa dung sayang.”Aisyah mendekatkan bibirnya pada telinga Syahid.“Barakallah Fii Umrik.”Syahid terkejut dengan apa yang dikatakan sang istri.“Kok kamu tahu?”“Mama memberi tahu bahwa dahulu kamu lahir di tanggal ini dan bulan ini.”Syahid tersenyum.“Kamu mau hadiah?” tanya Aisyah.“Tidak perlu, sem
Aisyah dan Syahid turun beriringan melewati satu persatu anak tangga.“Benaran tidak boleh kerja mas?”“Iya sayang, jangan banyak protes.”“Iya deh.”Lukman menunggu mereka di meja makan.“Kamu ini lucu, istri semangat kerja malah di larang,” kata Lukman.“Iya tapi takut kenapa-kenapa,” kata Syahid.“Sejak kapan kamu tidak percaya pada penjagaan Allah?”Syahid hanya terdiam.“Lihat tu wajah istrimu, sepertinya dia ingin sekali bekerja.”Syahid melihat ke arah Aisyah.“Ya sudah, kamu boleh bekerja hari tapi ingat, selalu kabari mas ya.”“Siap! Makasih.”“Dia jadi posesif sekarang ya,” kata Aisyah sambil melihat pada Lukman.“Lakimu memang kadang posesif,” kata Lukman pa