LOGINSetelah drama minum susu dan morning kiss Susan yang reflek, sekarang Lucky justru tidak bisa konsentrasi dengan meeting di perusahaannya.Bayangan Susan yang begitu manis ketika mendaratkan kecupan dengan begitu jaim seolah menari di benak Lucky.Ya... Ini memang bukan kali pertama Lucky melakukan adegan berciuman, hanya saja saat Susan yang melakukan ciuman itu di pipinya, dia merasa seperti sedang berada di taman bunga dengan kupu-kupu yang berterbangan di sekitar.Senyum Lucky beberapa kali terbit , lalu menggeleng saat menyadari jika dia benar-benar sangat norak. Namun meski demikian, Lucky tetap saja tidak bisa mengenyahkan sweet morning di meja makan tadi."Susan... Susan. Sepertinya mulai sekarang kau harus pandai memilih hadiah untuk mendapatkan ucapan terima kasih darinya, Lucky..!" ucap Lucky , dengan pandangan hampa dan pikiran yang entah ada di mana."Pak Lucky... Maksudnya bagaimana ya pak...?!" tanya Miranda, kliennya nya yang sedang menerangkan struktur bagi hasil jika
Beberapa hari berlalu. Genap satu bulan Lucky menikahi Susan dan membawa Susan pulang ke rumah orang tuanya , menenangkan kekhawatiran ibu dan ayahnya yang sebenarnya tidak masuk akal.Hanya perkara Lucky mengatakan masih ingin menikmati masa lajangnya, dua paruh baya itu justru mengira jika Lucky tidak normal, padahal sejatinya ada sesuatu yang membuat Lucky menahan diri juga hasratnya untuk tidak buru-buru mengambil keputusan menikah. Pasalnya beberapa teman Lucky merasa tidak nyaman setelah menikah, mereka rata-rata mencari wanita lain dan memilih mengkhianati pernikahan mereka di belakang istrinya dan Lucky hanya ingin antisipasi agar hal serupa tidak terjadi pada dirinya. Namun tentu saja pemahaman kedua orang tua Lucky tidak sama dengan apa yang saat ini Lucky pikirkan. Mereka sudah tua, teman-teman sosialita yang seumuran dengan dia sudah mendapatkan cucu bahkan ada yang sudah mendapatkan lebih dari dua cucu , sementara Wenda sendiri masih belum juga mendapatkan seorang cucu,
Lucky terdiam. Dia menyesap tehnya, tapi rasa hangat itu terasa sampai ke dadanya. Dia tidak pernah benar-benar memikirkan perasaan Susan sedalam ini. Awalnya semua ini hanya strategi, hanya drama untuk orang tua dan Omma-nya. Namun melihat Susan sebahagia itu… ada sesuatu dalam dirinya yang perlahan retak.Malam itu, setelah makan bersama, Susan pamit ke kamar lebih dulu. Dia melangkah dengan hati ringan, bahkan sempat menoleh dan tersenyum pada Lucky sebelum menghilang di balik pintu.Lucky masih duduk di ruang keluarga bersama Wenda, Matteo dan Omma-nya "Kenapa? Apa semua baik-baik saja. Mama lihat kau dari tadi hanya melamun?!"Wenda langsung menyadari keterdiaman Lucky yang menurutnya belakangan sedikit aneh titik kadang Lucky tersenyum tanpa sebab, tapi juga melambung di waktu yang bersamaan. Entah apa yang sedang dipikirkan Lucky, akan tetapi sepertinya sesuatu yang serius dan sudah pasti Wenda tidak akan membiarkan putra semata wayangnya memikul sesuatu yang sekiranya rumit u
Mobil Lucky melaju tenang meninggalkan pusat perbelanjaan itu. Senja mulai turun, cahaya jingga menari di balik kaca jendela, membungkus suasana di dalam mobil dengan kehangatan yang sulit dijelaskan. Susan duduk di kursi penumpang, telapak tangannya terangkat sedikit, jari-jarinya terbuka lebar, seolah takut kehilangan pemandangan yang baru saja dia dapatkan. Sebuah cincin berlian berkilau indah, melingkar cantik di jari manisnya.Sebenarnya tadi Susan memilih cincin emas dengan batu permata di atasnya, akan tetapi Lucky malah memilihkan cincin yang lain. Pikir Susan itu hanya cincin perak dan tentu saja nilai emas jauh lebih tinggi dibanding perak, akan tetapi ketika pelayan toko perhiasan itu menyebutkan harga dari cincin itu, Susan nyaris pingsan karena itu benar-benar nominal besar yang membayangkan nya saja Susan tidak pernah berani, dan iya tentu saja setelah itu Susan menerima cincin itu, meskipun awalnya dia sempat ragu, akan tetapi karena Lucky menegaskan bahwasanya mereka
Suasana hati Lucky sedang sangat baik, setelah pagi tadi dia berhasil memaksa Susan untuk mendaratkan ciuman sebagai ongkos karena sudah mengantarnya ke kampus, siangnya Susan dengan inisiatifnya sendiri justru mendaratkan ciuman di pipi kiri Lucky, hanya perkara Lucky marah pada Susan karena Susan sama sekali tidak mengenali suaranya, padahal Lucky sudah membuat suaranya semanis mungkin dan sekarisma mungkin akan tetapi Susan justru mengira jika dia adalah penipu dan tadi, wanita berbadan mini itu justru meminta maaf tapi sembari mendaratkan kecupan di pipinya dan tentu saja Lucky harus memanfaatkan suasana hati Susan saat ini, dengan menoleh hingga ciuman kedua Susan justru mendarat di bibir Lucky, dan dengan sangat cepat Lucky menahan tengkuk belakang Susan agar ciuman mereka sedikit lebih lama, meskipun beberapa detik setelahnya, Susan justru mendorong dada Lucky untuk menjauh, sepertinya Susan malu ketika ciuman itu justru mendarat di bibir Lucky padahal Lucky menikmatinya.Setel
Susan benar-benar merasa tidak tenang sekarang. Antara takut dan panik. Pasalnya tadi jelas Lucky terdengar marah saat dia tidak bisa mengenali suara laki-laki tiang listrik itu. Susan terus saja meremas telapak tangannya yang mendadak berkeringat dingin, dan pak Udin menyadari ketidak nyamanan Susan dari arah belakang, akan tetapi dia tatap saja tidak berkata apa-apa. Susan memperhatikan jalan raya yang dia lewati, akan tetapi tentu saja dia tidak mengenali jalanan itu karena ini memang kali pertama dia keluar rumah sejauh ini, dan pastinya dia masih belum cukup hafal jalan menuju pulang, jadi Susan hanya diam menunggu dirinya sampai di rumah, akan tetapi alih-alih mobil itu berhenti di halaman depan rumah Lucky, mobil itu justru berhenti di depan sebuah bangunan tinggi yang tampak dari depan didominasi oleh kaca. Pikir Susan, itu adalah pusat perbelanjaan seperti yang dia dan Lucky datangi semalam, akan tetapi ketika Susan melihat beberapa orang keluar dari pintu utama tempat







