Share

Kebodohan

Sudah tiga puluh menit Laura menunggu di depan bioskop, tapi masih tidak ada tanda tanda akan kehadiran Matheo. Laura mendesah frustasi sambil merogoh ponselnya di dalam tas berniat untuk menghubungi Matheo, tapi ternyata telah ada pesan masuk dari Matheo.

From : Matheo

Sayang maafkan aku, hari ini aku tidak bisa menemanimu nonton. Karena ada klien yang ingin bertemu saat ini juga. Aku janji besok kita akan makan malam di luar.

'shit...' umpat Laura kesal. Jari-jarinya mulai bergerak lincah menekan tanda telepon di pojok atas layar poselnya,  berusaha menghubungi Matheo. Sayangnya tidak ada jawaban dari pria itu.

Laura berjalan dengan kepala tertunduk lesu. Tidak mungkin sekarang dirinya menghubungi Mellisa untuk memintanya datang, karena wanita itu pasti akan marah besar terhadap Matheo dan Laura tidak ingin Matheo disalahkan. Dirinya terlalu percaya bahwa Matheo benar benar bekerja untuk masa depan mereka.

Alih alih pulang kerumah, Laura malah membelokkan langkahnya ke sebuah caffe yang berada di pusat perbelanjaan tersebut. Setelah memesan minumannya, Laura memilih duduk disebelah cendela yang menampilkan keramaian aktifitas kota.

"Apa melamun adalah salah satu hobimu?" tanya Christian yang sudah duduk di depan Laura tanpa permisi.

Terlihat Laura mendengus dan menatap Christian dengan curiga.

"Kenapa kau selalu ada di mana mana, prety boy? Apa kau mengikuti ku?" tanya Laura sambil memicingkan mata penuh curiga.

Christian hanya tertawa lebar mendengar pertanyaan Laura. 

"Biasanya para wanita akan selalu tersenyum menggoda saat aku duduk di dekat mereka, tapi tanggapanmu sungguh berbeda Lady!" jawab Christian dengan senyum menggoda.

"Karena aku bukan jalanng seperti mereka,"jawab Laura tersenyum miring. 

Christian beranjak dari kursi, membungkukkan badan kearah Laura dengan kedua tangan menahan diatas meja, wajah mereka sangat dekat sampai hidung mereka hampir bersentuhan. 'deg' jantung Laura berdetak tak karuan, mata Christian mengingatkannya akan seseorang di masalalunya dan membuat gelenyar aneh di dadanya.

"Dan aku memang sangat tidak menyukai jalanng seperti mereka," kata Christian sambil tersenyum miring tanpa menjauhkan wajahnya.

"Astaga Laura..." seru Mellisa dengan wajah terkejut. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba wanita itu juga ada di sini.

Christian mulai menjauhkan wajahnya dan kembali duduk di kursinya. Laura menelan ludahnya gugup, bukan karna kepergok oleh Mellisa tapi lebih karna tatapan Christian yang seakan menembus dalam dirinya.

"Kau bilang ada janji dengan Matheo tapi ternyata kau di sini bermesraan dengan Christian," cerocos Mellisa lagi membuat mereka memutuskan kontak matanya.

"Ah... Sepertinya kita telah tertangkap basah oleh Ms. Clark," jawab Christian dengan senyum jahil sambil mengedipkan sebelah mata ke arah Laura, sedangkan wanita itu hanya melotot ke arahnya.

"Tapi sungguh Laura, kau lebih terlihat serasi dengan Christian dari pada dengan Matheo," ucap Mellisa yang kini ikut duduk di antara mereka.

Laura  sudah  tidak bisa mendengar cerocosan Mellisa, karena ada sebuah pemandangan yang lebih menarik di depan sana. Laura beranjak dari kursinya dan berjalan tanpa peduli panggilan Mellisa. 

Dia menuju ke arah Matheo yang sekarang tengah duduk dengan seorang wanita cantik yang sangat berpakaian seksi, mereka terlihat sangat akrab.

"Matheo...." panggil Laura dengan pandangan curiga.

"Laura...." Matheo terlihat kaget dan langsung berdiri mendekat ke arahnya. "Kau di sini?"

"Iya, aku memilih untuk datang ke sini karena terlalu kesal padamu," jawab Laura tanpa mengalihkan tatapannya dari wanita cantik itu.

"Ah ya maafkan aku... aku memang sedang ada meeting dengan Mrs. Thompson." Matheo melirik ke arah wanita itu dengan tatapan penuh arti. "Mrs. Thompson adalah klien yang ingin menyewa jasa EO kita."  

"Oh... Hai, aku Johanna Thompson, yang ingin menyewa jasa mr. Walker untuk acara ulang tahun anakku," kata Johanna sambil mengulurkan tangan ke arah Laura dengan tatapan yang sangat tidak ramah.

"Laura Walker...." jawab Laura sambil membalas  jabat tangan wanita itu. Dia mulai mencoba tersenyum, walaupun yang terlihat hanya lengkungnlan kaku di bibirnya.

"Ok Sayang... Aku masih belum selesei dengan mrs. Thompson. Apa kau mau menungguku di sini?" tanya Matheo dengan senyum lembut yang yerlihat dipaksakan.

"Sepertinya tidak. Kau lanjutkan saja, kita bertemu di rumah nanti," jawab Laura dengan senyum kecil, lalu melenggang meninggalkan mereka. 

Laura berjalan kembali ke kursinya  tadi. Dia baru saja berniat untuk duduk saat Mellisa tiba tiba melontarkan pertanyaan dengan nada tidak suka.

"Siapa yang bersama dengan Matheo itu?"

"Oh itu klien yang ingin menyewa jasanya," jawab Laura mencoba tersenyum.

"Dan kau percaya? Bahkan dia lebih tampak seperti seorang jalang... apa gara gara itu kau tidak jadi menonton dengannya?" tanya Mellisa bertubi tubi.

"Tak ada alasan bagi ku untuk tidak percaya, Mel," jawab Laura dengan senyum yang di paksakan. 

Laura mengurungkan niatnya untuk duduk kembali, sekarang yang dia inginkan hanya lah segera pulang ke rumah. Tidur di kasur mungkin akan lebih menyenangkan buatnya saat ini.

"Aku akan pulang, kalian lanjutkan saja obrolan kalian." Laura pamit, segera berbalik badan untuk meninggalkan mereka. 

Mellisa tampak bengong dengan sikap Laura yang sangat bodoh itu.

Tanpa mereka sadari, tak pernah sedetik pun Christian mengalihkan pandangannya dari Laura sejak tadi. Pria itu terlihat mengeraskan rahang, dengan iris biru pucat yang menyorot tajam.  Bahkan tangannya sudah mengepal kuat-kuat sampai buku tangannya memutih.

"Are you ok Christian?" tanya Mellisa yang bingung melihat ekspresi Christian saat ini.

"I'm fine..."jawab Christian mencoba lebih santai.

Christian POV

Aku benar benar ingin marah saat ini, emosiku seakan telah meluap hingga ke ubun-ubun. Aku benar-benar heran, kenapa Laura bisa senaif itu sampai tidak bisa melihat kebohongan bajingan itu. Ingin sekali aku mengejarnya dan menjelaskan yang sebenarnya, tapi aku terlalu takut dia akan membenciku.  Lagipula aku belum memiliki bukti yang kuat untuk bisa membongkar semua kebusukan bajungann itu.

Mungkin aku hanya harus bertahan sebentar lagi, dan akan aku jadikan dia milikku selamanya.

Terdengar dering ponsel yang membuyarkan lamunan Christian.

"Hallo..." jawab Christian.

"Saya telah mendapatkanya Tuan."

"Baiklah... Temui aku di rumah sekarang juga," kata Christian yang langsung menutup telponnya.

Christian kembali menatap ke arah Mellisa dengan senyum kecil. "Maafkan aku Mel, aku harus pergi sekarang."

Christian langsung pergi begitu saja tanpa menunggu balasan Mellisa.

Pria itu berjalan santai menuju ke arah pintu keluar, tapi sebelumnya dia sengaja lewat di samping meja Matheo. Christian berhenti di samping meja itu, menatap dua orang itu dengan tatapan merendahakan.

"Aku tak menyangka kita bisa bertemu lagi, Ny. Walker," ucap Christian sambil memgarahkan tatapannya kepada Johanna.

"Astaga... kau masih mengingatku?" Johanna segera berdiri, mendekat ke arah Christian.

"Tentu, Nyonya... mana mungkin aku bisa begitu saja melupakan wanita secantik anda." Christian menampilkan senyum semanis mungkin.

Johanna tampak salah tingkah.

Kini tatapan Christian beralih pada Matheo yang terlihat salah tingkah. "Anda sangat beruntung, Tuan Matheo Walker."

#To be continue....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status