Share

Bab 7

Penulis: Pena_kinan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-24 21:47:07

Bab 7 Grub RT rame

"Waalaikumsalam," jawab seseorang yang ada di seberang telepon.

"Ada apa, Tar?" Pertanyaanku kepada Tari tetanggaku yang tinggalnya cukup jauh dari rumah. 

"Bel, Imam nikah lagi? Acara di rumahmu tadi acara syukuran pernikahan suamimu kan? Kok kamu mau sih di madu?"

"Oh itu," jawabku biasa saja.

"Kok Kamu biasa aja sih, Bel? Apa bener kamu merestui mereka? Apa kamu yang menyiapkan acara tersebut?" Tari mencerca aku dengan banyak pertanyaan.

"Aku gak pernah merestui mereka. Awalnya aku gak tahu, Tar. Kata mertua itu acara arisan. Taunya acara syukuran pernikahan suamiku sendiri. Aku baru tahu setelah acara selesai," tuturku panjang lebar kepada Tari. Tari ini teman semasa sekolah menengah. Kebetulan dia mendapatkan suami yang rumahnya cukup jauh dengan rumah Mas Imam tapi masih satu Rt.  Bisa dibilang rumah Tari adalah rumah paling ujung.

"Mbok ya cerai saja tho, Bel. Suami model begitu kok ya masih nekat bertahan sampai sekarang. Malah sekarang Berani nikah lagi! Padahal kalau dilihat dia itu rajin ke masjid lho! Sholat lima waktu, tapi kok kelakuan model begitu yak?"

"Aku gak tahu, Tar. Aku bingung. Mau dibawa kemana pernikahanku ini?"

"Dibawa ke meja hijau dong! Kamu jangan bod*h-bod*h amat jadi perempuan. Kamu itu juga berhak bahagia. Cus tinggalin Imam lalu cari pria lain yang lebih baik dari dia!"

Aku membuang napas dengan kasar. Memang ada benarnya omongan Tari baru saja. Sebaiknya aku pikirkan itu matang-matang. Tapi kalau aku berpisah dengan Mas Imam sekarang, bagaimana membalas sikap  mereka kepadaku selama ini?

"Bel, kamu sudah baca grup belum? Rame tau lagi bahas kamu. Yang paling parah itu Bu Juleha. Dia bilang kamu pantes di madu. Mending kamu buka grub deh!"

Segera aku matikan sambungan telepon. Segera aku mencari grub RT dimana aku juga menjadi anggotanya.

"Astagfirullahaladzim," ucapku sembari membaca satu persatu. 

[Ada yang punya madu baru]

[Huh, madu? Manis dong?]

[Madunya kali ini bukan manis tapi beracun. Ati-ati ya. Jangan sampai suami pulang bawa madu]

[Makanya jadi istri itu yang pinter. Pinter dandan pinter masak apalagi pinter di ranjang. Kalau sudah bawa madu pulang. Bagaimana? Jangan lupa pinter bikin anak! Hahaha] 

Percakapan di grup RT sangatlah ramai. Mereka banyak yang hanya mengirim emoticon menangis bahkan ada yang mengirim emoticon tertawa. Memangnya kehidupanku adalah bahan lelucon? Bisa-bisanya mereka membahas madu dalam grup RT. Yang notabene aku juga sebagai anggota. Sepertinya mereka sengaja. Karena kepergianku ke rumah Emak disaksikan beberapa tetangga.

Aku menghela nafas panjang. Berat sungguh berat. Aku harus mengambil keputusan. Benda pipih itu aku letakan di atas meja yang ada di kamar. Jika melihat beberapa status wa para tetangga pasti seputaran madu. Bahkan di grup RT pun juga membahasnya. Membuatku semakin pusing saja.

"Nduk, sudah gak usah dipikirkan. Kamu wudhu sana! Sholat istikharah, minta petunjuk sama  Allah. Biarkan Allah yang memberi jalan keluar. Pasrahkan semuanya. Lalu ambil keputusan!"

"Iya, Mak. Maafkan Bela, Mak."

"Iya, kamu yang sabar ya?"

Segera aku mandi karena jam sudah menunjukan angka lima. Semua pakaian yang ada dalam tas segera aku rapikan di lemari. Kali ini aku akan tinggal disini cukup lama. Segera aku tunaikan sholat ashar yang tertunda gara-gara melihat status wa para tetangga. Mencari ketenangan dan juga menjernihkan pikiran.

Setelah selesai segera aku hampiri ibu yang tengah sibuk menyiapkan makanan. Kami berbincang cukup lama. 

"Adit mana, Bu?" Adik satu-satunya yang aku miliki. Sedari tadi siang tak aku jumpai. 

"Dia nginep di rumah temannya. Katanya seminggu,"

"Lama banget?" 

"Iya, ditinggal pulang kampung oleh kedua orangtuanya. Jadi Adit tidur disana sampai orangtuanya kembali," ucap Emak sembari mengaduk teh dalam gelas.

Kami bertiga berkumpul di meja makan. Menikmati makan malam sederhana namun sangat nikmat karena Emak yang membuatnya. Tapi kali ini berbeda rasanya masakan Emak hambar. Membuat aku enggan memasukannya kedalam mulut. 

Bapak hanya melihatku sekilas. Dia tahu aku sedang kacau. Apapun makanannya akan terasa hambar jika hati sedang kalut. Mereka saling melempar pandangan. Diam tapi saling berbicara dengan hati. Sedangkan aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Kamu sudah sholat magrib?" tanya Emak yang sebenarnya sudah tahu kalau aku sudah menjalankan kewajibanku. 

"Sudah, Mak." jawabku dengan suara berat.

"Apapun keputusanmu Bapak sama Emak mendukung. Ingat jangan kau korbankan hatimu lagi!" tutur Bapak sembari meletakan piring kosong.

Aku mengangguk. Tak ada jawaban yang lebih dari bibir ini. 

"Sudah, tinggalkan piring kotormu. Lekas istirahat. Jangan lupa sholat istikharah ya! Minta petunjuk!"

"Iya, Mak." Segera aku meninggalkan piringku yang masih ada sisa. Mengambil wudhu lalu melaksanakan kewajiban. Tak lupa sholat istikharah meminta petunjuknya.

Menengadahkan tangan, mengeluarkan keluh kesah kepada sang khalik.

Aku berjalan mengambil map berwarna coklat. Membuka perlahan lalu membaca kertas itu satu persatu.

Membaca tanggal demi tanggal lalu mengingat kenangan pahit itu. Ah, ternyata kertas ini akan aku gunakan juga. Lembaran kertas terakhir. Membuatku menghela napas panjang. Ternyata pernikahan tidak hanya sekedar pengorbanan tapi juga bisa menerima apa adanya. Jika saja waktu itu aku tak mengatakan hal yang tak benar. Akan berbeda cerita saat ini.

Ah, sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Kini aku harus bisa menyelesaikannya sendiri. Karena memang itu juga salahku.

Segera aku mengirim pesan kepada sahabat lamaku. 

Mungkin dia bisa membantu menyelesaikan masalahku.

******

Sudah seminggu aku tinggal dirumah Emak. Tapi Mas Imam tidak kunjung menjemputku. Sesekali aku melihat statusmya di sosial media. Begitu romantis dan juga penuh cinta. Memamerkan perut Lia yang sepertinya mengandung. Aku tersenyum kecut melihat postingannya. Tanganku mengepal. Ada amarah yang memuncak. 

Lamunanku buyar ketika sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di pekarangan rumah. Seorang pria berpakaian rapi dan juga seorang wanita yang tak asing lagi bagiku.

Segera aku hampiri mereka. Tak lupa senyum merekah aku tunjukan.

"Makin cantik aja kamu, Bel."Puji wanita itu cukup membuatku tersipu malu.

"Siapa pria ini?" tanya ku penasaran. Karena sosoknya sangat tampan dan juga cukup mapan jika dilihat dari penampilannya.

Pria itu melempar senyum. Lesung pipinya yang ada dikedua sisi. Menambah begitu manisnya pria ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
cerai dr imam bela akan dapat gantinya yg lebih segalanya dr imam
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Mendingan cerai bela ngapain dipertahankan suami zolim
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 71

    Happy endingPandu pergi meninggalkan Bela. Pergi meninggalkan wanita itu yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di rumah baru itu. Pandu benar-benar marah, dia tidak percaya jika Bela akan mendorongnya cukup kuat. Dan berpikir dia meminta haknya. Dengan teriakan yang cukup memekikkan telinga.Bela menangis tergugu. Tubuhnya lemas hingga terjatuh di lantai. Bersimpuh dengan air mata yang tidak mau berhenti.Bela menyesali perlakuannya pada Pandu. Padahal dia melihat kesungguhan laki-laki itu dalam membimbingnya kembali mengingat.Bela menyesal. Tapi sesak tiada guna, Pandu sudah pergi entah kemana dia? Seharusnya dia tidak pernah meninggalkan Bela dalam kondisi Semarah apapun. Apakah dia tidak ingat dengan janjinya? Tidak akan meninggalkan Bela dalam kondisi apapun?Tiba-tiba ingatan Bela satu demi satu kembali. Membuat kepalanya terasa berat, semakin lama hanya sakit yang ia rasakan. Sejalan dengan ingatan yang kembali dalam pikirannya.Hingga Bela tidak bisa lagi menahan sakit.

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 70

    Pandu kecewa"Kenapa mesti pindah rumah sih?" tanya Bela kepada Pandu. Dengan bibir mengerucut. Sedangkan Pandu masih sibuk memasukan pakaiannya satu persatu ke dalam koper. Dia nampak ragu menjawab. Tapi lagi-lagi Bela bertingkah."Eh, ditanya malah diem bae." Bela kembali berteriak. Kini tidak hanya berteriak, dia melempar sesuatu dengan asal. Astaga, dan apa kamu tahu apa yang dia lempar? Celana dalam dengan motif bunga renda. Sungguh menggemaskan, eh salah sexy. Dia salah, salah ambil. Membuat Pandu menoleh ke arah Bela. Dia benar-benar merindukan istrinya. Menatap wajah Bela dengan senyum yang sulit diartikan.Pandu langsung bergegas menghampiri Bela. Tingkahnya seperti singa yang siap akan menerkam mangsanya."Mau apa Lo?" Bela mencoba melempar apapun yang berada didekatnya. Namun sayang Pandu masih bisa menepisnya."Aku mau kamu, Sayang." ucap Pandu dengan wajah menggoda.Bela kembali berteriak hingga membuat Pandu panik. Ketika tubuh Pandu semakin ia dekatkan pada wanita itu.

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 69

    Pandu sadarBela semakin hari semakin membaik. Beberapa perban yang menutup lukanya dibuka. Lastri dan Sukino sedang dirumah Pandu. Beristirahat, dan berganti Tari dan Anton."Sayang, mamah ada disini. Kamu mau apa?" tanya Tari. Bela menggeleng. Wanita itu berubah. Dia menjadi wanita yang lebih pendiam, dia bingung dengan apa yang sudah menimpanya. Memiliki keluarga dan juga mertua. Sungguh sulit dibayangkan olehnya."Siapa suamiku, Mah?" tanya Bela terbata. Dia penasaran bagaimana keadaan suaminya jika dia memang sudah menikah. "Pandu?" Bela tersenyum. Meskipun dia tidak ingat wajah sang suami, tapi setidaknya dia bertanya. Meskipun sebenarnya dalam hatinya tak ada rasa khawatir sedikitpun."Dia masih koma, dia belum sadar. Doakan ya, semoga dia lekas sadar. Nanti kalau kamu sudah bisa berdiri, kita lihat suamimu di ruangannya. Dia disana sedang berjuang juga sepertimu. Mamah harap, kamu juga ikut berjuang ya!" Bela hanya tersenyum tak ada anggukan atau jawaban. Dia mungkin bingun

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 68

    Bela hilang ingatanMobil yang dikendarai Pandu keluar kawasan komplek. Baru saja memasuki jalan raya mobil hitam tersebut ditabrak truk bermuatan yang kehilangan kontrol.Kepala Bela terbentur. Pandu pun terluka, Oma yang ada di kursi penumpang bagian belakang juga merasakan guncangan cukup hebat. Arya langsung menghentikan laju kendaraannya. Beristighfar, mengharap Tuhan melindungi Bela dan juga Pandu."Astagfirullahaladzim, Bela. Ya Allah, Mas itu kan mobil Bela sama keluarganya.""Iya, Nia. Kamu yang tenang ya, aku akan segera menghubungi ambulans." Arya dengan cepat menghubungi pihak rumah sakit. Segera meminta pertolongan untuk kecelakaan yang baru saja terjadi.Arya dan Kania turun dari mobil. Sedangkan Cleo dia langsung menghamburkan pelukannya pada Kania. Calon ibu sambungnya. Pikiran Kania tak karuan dia khawatir dengan keadaan sahabatnya. Karena Arya melarang Kania mendekat. Hanya Arya yang mendekat. Memastikan Bela dan keluarga baik-baik saja. Tapi bagaimana bisa baik-

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 67

    Pertemuan Arumi dan BelaSeperti rencana semula. Bela pergi ke acara pernikahan Rumi. Anak Anton dengan istri terdahulu. Kebetulan Bela, Oma dan juga Pandu satu mobil. Sedangkan Anton sama Tari mengendarai mobil sendiri. Sengaja, karena kepulangan mereka berbeda waktu.Bela tidak tahu jika Rumi saudara Pandu beda Ibu itu ternyata Arumi. Wanita yang pernah dekat dengannya. Wanita yang pernah memintanya menikah dengan suaminya sendiri. Rela dimadu demi bakti kepada suami itu alibinya. Meskipun pada kenyataannya tidak demikian. Entah apa yang terjadi jika Bela bertemu dengan Arumi? Apakah mereka akan baik-baik saja? Setelah dulu pernah terdengar kabar bahwa Arya akan bercerai dengan Arumi. Tak lama Bela kehilangan komunikasi dengan wanita itu. Tiba-tiba saja dia hilang seperti ditelan bumi.Untuk kali ini Bela akan bertemu dengan Arumi sebagai adik ipar. Terkejutkah Bela jika melihat Arumi? Apakah Arya juga akan hadir dalam acara tersebut?Bela dengan senyum sumringah terlihat anggun m

  • SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU   Bab 66

    *****"Lepaskan saya, Pak. Saya ini lagi hamil. Apa kalian tidak punya hati nurani?!" teriak Maura ketika dia ditangkap polisi. Berharap tindakannya itu memberikan rasa empati kepadanya. Namun, bukan mendapatkan empati justru petugas bersikap tegas."Silahkan, Ibu menjelaskan semuanya di kantor. Saya hanya menjalankan tugas. Saya juga sudah membawa surat penangkapan. Ibu juga berhak membawa pengacara!" Dengan jelas dan tegas petugas itu menjawab.Maura terlihat marah, sangat marah. Tidak mungkin jika Pandu tega menjebloskan dirinya ke penjara. Benar-benar diluar dugaannya. Secepat ini keluarga Pandu bergerak. Padahal dia belum melakukan apa-apa. Baru menghilangkan janin Bela, semua orang menyerangnya dengan bersamaan. Umpatan demi umpatan dalam hati yang bisa dilakukan Maura saat ini. Keluarganya sudah tidak mau berurusan dengannya lagi. Setelah kasus hutang piutang yang dilakukan Maura. Kini dia sendirian. Dalam keadaan hamil dan kemungkinan dia dipenjara dalam waktu yang tidak sebe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status