Share

Bab 2

Penulis: Juwita
Tubuhku seolah kehilangan sisa tenaga terakhir, tapi justru merasa lega.

Keputusan sudah dibuat, lalu untuk apa menyiksa diri sendiri?

Dia punya obsesi pada kebersihan, tapi aku tidak.

Aku meletakkan alat kebersihan sembarangan.

Dengan menahan nyeri di kaki, aku mencuci muka seadanya, lalu merebahkan tubuhku ke atas ranjang yang empuk. Entah karena nyeri di kaki atau alasan lain, malam itu aku tak bisa tidur dengan nyenyak.

Saat terbangun dengan mata panda, Zayn masih belum juga pulang. Tak ada pilihan lain, aku pergi mengurus urusanku sendiri.

Luka di kakiku mulai bernanah, bengkak di punggung kaki membuatku harus pergi ke rumah sakit.

Aku duduk di kursi plastik yang dingin, menunggu perawat datang mengobati lukaku.

Di balik tirai yang tipis, aku melihat Zayn dengan penuh perhatian merawat Selena.

Tangan kiri Selena dibalut perban, tampaknya bekas menyakiti dirinya sendiri.

Zayn menyuapinya bubur perlahan, sesendok demi sesendok. Gerakannya begitu lembut dan penuh perhatian.

“Buburnya panas banget,” rengek Selena manja.

Zayn langsung meniup bubur itu perlahan. Cara dia memperlakukan Selena persis seperti dulu saat dia bersamaku.

Zayn memang punya obsesi terhadap kebersihan, tak pernah makan jajanan kaki lima. Tapi dia mau menemaniku.

Aku masih ingat saat itu, saat tahu crispy panas yang baru digoreng menyentuh lidahku, membuatku melompat kesakitan. Ekspresinya justru lebih panik dariku.

Satu tangannya memegang bungkus tahu crispy-ku, sementara tangan lainnya buru-buru mengeluarkan susu dari dalam tas.

Dia memasukkan sedotan ke dalam kotak susu, lalu dengan hati-hati menyodorkannya padaku. Susu dingin itu langsung meredakan panas di mulutku.

Tatapan matanya penuh perhatian. Begitu rasa sakit di lidahku mereda, barulah dia tersenyum lega.

Sampai sekarang, aku tidak pernah meragukan cintanya. Hanya saja, cinta itu berubah dalam sekejap. Dan kini, kelembutan itu menjadi milik orang lain.

Perutku berbunyi di waktu yang tidak tepat.

Selena menoleh dan melihatku. Tatapan matanya tertuju pada kakiku yang dibalut dengan perban sembari tersenyum penuh arti.

“Menurut Bang Zayn, aku menyebalkan nggak, sih? Aku nggak bisa ngapa-ngapain, nggak seperti Mbak Manda. Dia wanita yang kuat, dari keluarga kaya lagi,” celetuk Selena.

“Apa bagusnya dia? Dia cuma wanita kasar dan kampungan. Intinya, kamu yang terbaik, Selena. Kamu lembut dan pengertian. Jangan pikirin hal-hal kayak gitu lagi, ya? Fokus saja sama kesehatanmu,” ucap Zayn penuh sayang.

Selena menatapku dengan pandangan tajam, seakan ingin menunjukkan kemenangannya.

“Bang Zayn, jangan ngomong kayak gitu tentang Mbak Manda, nanti dia marah,” ucap Selena.

“Dia nggak punya hak untuk marah sama kamu. Kalau dia berani bikin masalah lagi, aku yang akan beri dia pelajaran.” Nada suara pria itu terdengar dingin dan tegas.

Saat hendak pergi dari lokasi panas itu, seorang perawat justru memanggilku, “Ibu Amanda, luka Anda belum diobati.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Saat Cinta Menyerah   Bab 10

    Aku menarik napas panjang, lalu melangkah mendekati Zayn.Saat melihatku berjalan ke arahnya, sorot matanya dipenuhi harap sekaligus kegelisahan. Dia segera berlari kecil menghampiriku.“Maafkan aku, kura-kura...” Suaranya terdengar gemetar saat menyodorkan buket mawar ke hadapanku. “Tolong maafin aku sekali lagi,” imbuhnya.Tatapan penuh harap terpancar di matanya, seolah bunga itu cukup untuk menebus semua kesalahan yang lalu.“Tuan Zayn, harus berapa kali kuulangi? Kita sudah cerai, nggak ada hubungan apa-apa lagi.” Wajahku tetap dingin. Tatapanku tajam dingin, berharap dia bisa melihat keteguhan dalam hatiku.“Di hatiku, kita belum bercerai.”Aku menggeleng pelan, lalu membisikkan kata-kata yang hanya bisa kami berdua dengar.“Hubungan kita udah selesai, Zayn. Harusnya hatimu tahu itu, bukan malah ngelakuin sandiwara seperti ini.”Tatapannya penuh kekecewaan.“Ini bukan sandiwara. Aku mencintaimu, Manda. Aku nggak bisa hidup tanpamu,” ucapnya lirih.“Mungkin kamu cuma terbiasa ada

  • Saat Cinta Menyerah   Bab 9

    Sejak Zayn menolak menandatangani surat cerai, aku langsung menyerahkan semuanya pada pengacara dan mengajukan gugatan ke pengadilan.Akhirnya, di bawah keputusan hukum, hubungan kami pun resmi berakhir.Setelah perceraian, aku seperti terbebas dari beban berat yang selama ini mengekang. Aku mencurahkan seluruh energi untuk karierku. Sesekali, aku masih mendengar kabar tentang Zayn lewat teman-teman kami dulu.Katanya, dia sering melakukan kesalahan dalam pekerjaan, hingga akhirnya gagal mendapatkan gelar profesor tetap. Kehidupan pribadinya juga berantakan. Pria yang dulu tampak begitu elegan dan berwibawa itu, sekarang berubah jadi sosok yang lusuh dan tak terurus. Dia bahkan menutup diri dari dunia luar dan mengurung diri di rumah.Sementara Selena...Setelah lulus, dia menolak pindah dari asrama mahasiswa. Pihak kampus sampai turun tangan menindaknya.Hari itu, orang tuanya datang mengamuk ke kampus, katanya uang lamaran sudah diberikan tapi putri mereka malah menolak menikah.Sel

  • Saat Cinta Menyerah   Bab 8

    “Zayn, kamu masih ingat terakhir kali kamu bilang hal yang sama? Aku nggak kasih kamu kesempatan? Aku justru kasih waktu satu tahun untuk mempertahankan hubungan ini. Kamu nggak sadar setahun ini aku lebih sering di rumah? Aku bahkan sempat bilang kita bisa mulai bicara soal anak. Kamu yang bilang ditunda lagi. Kamu lupa, ya?”Ucapanku membuatnya terdiam.“Kamu pernah bilang gitu! Nggak, aku nggak ingat. Itu nggak penting, yang terpenting kita masih saling cinta. Aku cinta kamu, Manda!” Zayn terjebak dalam ingatan masa lalunya.“Kamu bilang cinta? Zayn, kamu udah nggak cinta sama aku, kamu cuma belum menyadari itu. Kalau masih cinta, kamu pasti tahu aku sudah berhenti jadi atlet setahun lalu. Dan sekarang, aku udah jadi manajer profesional,” sahutku menentang.“Sejak kapan?” Zayn terkejut. Dia tahu betapa pentingnya dunia atletik bagiku.“Sejak kamu sibuk menemani muridmu yang katanya lemah dan sakit-sakitan itu,” sindir Noah menyela.“Apa!” Ekspresi kaget Zayn perlahan berubah menjadi

  • Saat Cinta Menyerah   Bab 7

    Setelah sampai di apartemen sewaku dan membereskan semua barang, malam pun sudah larut.Zayn belum juga membalas pesanku.Aku curiga dia tak melihat surat cerai yang kutinggalkan.Pesanku tak dibalas, panggilanku pun tak diangkat. Saat aku coba menelepon lagi, justru Selena yang menjawab.Belum sempat aku membuka mulut, suara sombongnya langsung terdengar, “Bang Zayn lagi mandi. Kamu pikir pakai cara kayak gini bisa...”Tak menunggu ocehannya selesai, langsung saja kututup telepon dan memblokir mereka berdua dari Whatsapp-ku.Tekanan yang sejak tadi menghimpit dadaku perlahan-lahan memudar ketika aku melangkahkan kaki ke dalam klub tenis.Di sinilah tempatku yang sesungguhnya, tempat di mana aku punya kendali penuh dan bisa mencurahkan seluruh semangatku.Aku langsung meninjau ulang semua operasional klub. Berbekal pengalaman bertahun-tahun, aku mengidentifikasi titik-titik yang bisa ditingkatkan, lalu melakukan pembaruan strategis.Tak lama, aku mengumpulkan seluruh tim, lalu memapark

  • Saat Cinta Menyerah   Bab 6

    Kedatangan kurir tiba-tiba memecah keheningan yang mencekam.Perutku benar-benar kosong. Rasa lapar membuatku tak ingin berdebat dengan mereka.Namun, Selena justru menutup hidungnya sambil mengernyit, seolah-olah yang ada di hadapannya bukanlah makanan, melainkan tumpukan sampah.“Bau ini … aku …” Selena tampak ingin muntah.“Buang itu!” Suara Zayn terdengar dingin.Aku mengabaikan mereka. Aku ambil pesananku dan berjalan kembali ke meja dengan bertumpu pada satu kaki.Namun, tepat saat aku hendak berjalan, sebuah dorongan ringan datang dari belakang hingga membuatku kehilangan keseimbangan.Aku pun terjatuh bersama semangkuk mie nyemek di tanganku. Kuah bercampur mie yang panas membasahi tubuh, membuatku merasa sangat berantakan.Aku mencoba bangkit berdiri, tapi tubuhku benar-benar tak sanggup.Seharian belum makan apa-apa, aku benar-benar kehabisan tenaga.Dari belakang, Selena berpura-pura prihatin.“Mbak Manda, kok ceroboh banget, sih?” ucapnya.Lalu suaranya merendah, bernada si

  • Saat Cinta Menyerah   Bab 5

    Ding, dong!Suara bel tiba-tiba berbunyi.Hatiku langsung berbunga. Aku pikir, pesanan mie nyemek milikku akhirnya tiba.Dengan satu kaki menopang tubuh, aku berjalan ke arah pintu dengan hati-hati.Tapi, saat pintu terbuka, yang kulihat justru Zayn dan Selena.Wajahku yang kecewa jelas terlihat oleh mereka.“Kemarin buru-buru keluar, lupa bawa kunci,” ucap Zayn datar.Sambil bicara, dia mengambil salah satu sandal bergambar kura-kura milikku, yang bahkan enggan kupakai karena terlalu kusayangi dan memberikannya pada Selena.Gambar kura-kura yang ada pada sandal itu merupakan lambang shio-ku. Kini justru dengan entengnya diberikan pada orang lain.“Nggak usah dijelaskan,” jawabku pelan.Yang kupikirkan hanya satu, makan malamku—mie nyemek. Aku berbalik, bertumpu pada satu kaki, melangkah ke meja untuk mengambil ponsel, memeriksa status pesananku.“Mbak Manda, ini semua salahku. Tolong jangan marah sama Bang Zayn,” ucap Selena. Suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca nyaris menangis.“A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status