Share

Mati Rasa Karena Luka

Penulis: Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-03 08:18:28

“Tolong jangan seperti itu, Tante. Aku tidak ingin membuat rumah tanggaku hancur.”

Tante Atika tertawa pilu. “Tidak ingin membuat rumah tanggamu hancur? Rumah tanggamu sudah hancur, Aryo! Kamu sendiri yang melakukannya.”

Kulihat Tante Atika kembali menghela nafas. “Tante saja yang tidak ada di posisi Amina sesakit ini, apa kabarnya dengan Amina yang merasakannya langsung. Ketulusan dan pengabdiannya padamu kau bayar dengan pengkhianatan! Tante tidak tahu lagi harus bicara apa padamu, Tante malu, Tante kecewa! Bagaimana Tante mempertanggung jawabkan ini pada ibumu?”

Tak mampu membalas kata-kata Tante Atika karena semuanya memang benar, tangan mengepal kuat. Aku marah, benci pada diriku sendiri. Kenapa aku tidak berpikir sejauh itu. Memang Amina tidak terlihat menangis saat aku datang membawa Sarah, kupikir dia mau menerimanya.

Apa benar Amina sangat tersakiti karena pernikahan keduaku ini?

Semua pertanyaan berkecamuk di dalam benakku. Aku bahkan tidak bisa membaca sorot mata atau menebak perasaan istriku sendiri. Saat Sarah pertama datang pun Amina masih terlihat biasa meski sikapnya agak dingin namun aku tidak mempermasalahkan mungkin karena dia belum menyesuaikan diri saja.

“Aku harus bagaimana, Tante?” Suaraku terdengar pelan tapi Tante Atika sudah pasti mendengarnya.

“Bagaimana kau bilang? Cari sendiri solusinya, kau yang membuat masalah ini. Seharusnya kau juga tahu resiko apa yang akan didapatkan? Apa kau tidak berpikir jauh, Aryo? Untuk apa otakmu yang cerdas itu kau pakai? Untuk menyakiti istrimu? Untuk mencari alasan logis agar kau bisa mendua!”

“Tante tolong jangan pojokan aku seperti ini. A-”

Suara salam terdengar dari luar, itu suara Amina. Tante Atika dengan cepat menghampiri Amina dan memeluknya dengan erat, tangisnya pecah lagi tapi ekspresi Amina terlihat heran.

“Ami ....”

“Tante kenapa?” tanya Amina.

“Tidurkan dulu Rifany baru kita bicara,” ucap Tante Atika lalu mengusap bekas air matanya.

Amina mengangguk lalu masuk ke dalam kamar yang belakangan ini ditempatinya dan kedua anak kami.

“Tante, jangan berikan pengaruh apapun pada Amina. Aku tidak ingin berpisah dengannya, aku tidak ingin kehilangan Amina.” Aku terus memohon pada Tante Atika namun tidak ada sahutan sama sekali sampai Amina kembali keluar dari kamar.

“Refal mana?”

“Masih di sekolah, Tante. Tadinya aku pulang untuk membawa dompet yang tertinggal tapi ternyata Tante ada di sini, kenapa Tante tidak bilang akan datang? Aku bahkan tidak menyiapkan apa-apa.”

Tante Atika meraih tangan Amina dan menggenggamnya.”Jangan tahan luka yang kamu rasakan, Ami. Kalau memang tidak kuat, lepaskan. Jangan bertahan hanya karena kamu melihat anak-anak, Tante tidak ingin kamu menyiksa dirimu sendiri.”

Tidak seperti Tante Atika yang menangis sesegukan, Amina malah tersenyum. “Apa yang harus aku lepaskan kalau tidak ada yang kugenggam?”

Deg!

Perkataannya itu membuat jantungku berdenyut nyeri.

“Ka–mu, tidak tahu Aryo menikah lagi?” tanya Tante Atika kebingungan.

“Aku tahu. Itu kenapa aku mempertanyakan pada Tante, apa yang harus kulepaskan kalau tidak ada yang kugenggam. Aku di sini bukan untuk Mas Aryo tapi untuk anak-anak dan Asti. Jika Sarah sudah terbiasa mengurus rumah dan juga Asti maka aku akan pergi. A-”

“Tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Tidak akan pernah, kamu akan tetap di sini bersama anak-anak.”

Senyum tipis tersungging di bibir Amina. “Aku tidak akan memaksamu untuk memilih, aku pernah merasakan bagaimana sakitnya saat kebahagiaanku dirusak. Maka ... aku tidak akan merusak kebahagiaan orang lain. Mungkin memang jodoh kita sampai di sini, Mas.”

Kata-katanya berhasil menghunus ke dalam jantungku. Perkataannya itu seperti sindiran yang memang ditujukannya padaku, ya aku memang yang sudah merusak kebahagiaannya, kebahagian kami. Tubuhku merosot berlutut di depan Amina, tanganku melingkar memeluk kakinya. Meski dia mencoba melepaskan aku semakin erat memeluknya.

Apa sesakit itu luka yang ku torehkan sampai kau bahkan seperti mati rasa? Aku tidak ingin melepaskanmu, kau sangat berharga. Maafkan aku yang terpukau hanya karena fisik. Sulit rasanya untuk mengungkapkan semua itu langsung pada Amina.

“Jangan lakukan itu, Amina. Aku minta maaf, aku bod*h karena tidak memperdulikan perasaanmu.”

“Jangan membuang waktumu di sini, Amina. Sampai kapanpun istri baru Aryo tidak akan pernah bisa mengurus Asti setulus dirimu.”

Tante Atika malah mempengaruhi Amina untuk segera meninggalkanku.

“Kita belum tahu karena belum melihatnya, Tante. Aku tidak akan tenang meninggalkan Asti jika tidak ada yang merawatnya di sini. Jika memang Sarah tidak bisa, maka aku minta izin pada Mas Aryo agar Asti ikut bersamaku.”

“Cukup, Amina! Jangan bicara omong kosong, aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi, aku tidak akan pernah menceraikanmu!” Suaraku meninggi karena Amina terus bicara seperti itu.

Begitu mulianya hatimu sampai saat kau tersakiti saja kau masih memikirkan orang lain. Terbuat dari apa hatimu Amina? Bisakah kuputar kembali waktu?

“Lalu, kamu akan menceraikan Sarah? Tidak mungkin bukan, aku sudah menduganya.”

“A–ku akan melakukannya!” Entah kenapa kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.

Amina malah tertawa. “Anakku perempuan, Mas. Aku tidak ingin anakku nantinya dipermainkan seperti ini oleh laki-laki. Biarlah aku yang mengalah, kamu juga sekarang sudah mendapatkan istri idaman yang cantik dan enak dipandang dan tidak akan membuat malu saat dibawa kondangan. Aku sudah tidak dibutuhkan di sini, aku memiliki harga diri, Mas. Kalau sudah tidak dibutuhkan untuk apa aku masih di sini? Benar bukan? Aku tidak ingin merusak kebahagiaanmu dan Sarah.”

“Aku bilang tidak. Sampai kapanpun aku tidak akan membiarkanmu pergi, Amina!”

“Apa perlu aku meminta bantuan pada ayah?”

“A–yah.”

“Iya, mungkin jika ayah yang bicara denganmu, kamu akan mendengarkannya.”

Tubuhku menegang, jika Amina bicara pada ayahnya itu sama saja dia mengundang maut. Bisa saja ini hari terakhirku untuk hidup.

Bersambung ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Saat Istriku Tak Lagi Peduli   Kembali Bersama

    Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 22Dua bulan sudah Amina dan Aryo tidak berkomunikasi, Aryo hanya bisa bicara dengan anaknya saja itupun tidak lewat Amina melainkan lewat ibu mertuanya. Bahkan Amina tidak pernah membalas pesan dari Aryo sama sekali membuat lelaki itu semakin pesimis untuk bisa kembali pada Amina. Padahal ia masih berharap bisa kembali dengan Amina dan memulai semuanya dari awal.Mungkin terdengar tidak tahu diri tapi Aryo tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya saat Amina benar-benar tidak bisa menjadi miliknya lagi.Bertemu di kantor pun tidak pernah tegur sapa, lebih tepatnya Amina yang seperti menghindar. Melihat Amina dan bos mereka semakin dekat membuat Aryo ketar-ketir, ia merasa sudah tidak ada harapan apalagi saingannya bukan orang biasa. Lelaki yang memiliki segalanya dan sudah pasti bisa membahagiakan Amina sedangkan Aryo sendiri hanya lelaki kere yang tidak memiliki apapun, gaji saja pas-pasan untuk biaya hidup dan juga untuk menafkahi anak-anak dan Ami

  • Saat Istriku Tak Lagi Peduli   Berjuang Meluluhkan Amina

    Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 21POV Aryo"Apa-apaan kamu, Mas!" Amina sedikit memekik dan mencoba untuk melepaskan tanganku. Sepertinya tidak berani berteriak karena takut membangunkan anak-anak kami."Sebentar saja. Aku sangat merindukanmu," bisikku."Tapi ini tidak benar, Mas! Kamu tidak boleh seperti ini.""Maafkan aku, meski sebenarnya maafku itu tidak berguna. Sungguh, aku … menyesali semuanya. Tidak bisakah kita kembali. Aku akan menebus semua kesalahanku, aku akan membuatmu bahagia."Tangan Amina yang tadinya memaksa melepaskan tanganku kini terjuntai bebas."Semua sudah berlalu dan aku pun sudah memaafkanmu jadi tolong lepaskan." Amina berucap dengan lirih."Kembalilah padaku. Kita bersama-sama lagi.""Mas, ada tamu. Jangan seperti ini!" Amina malah mengalihkan pembicaraan.Akhirnya aku mengalah melepaskan tangan dari pinggangnya lalu mundur membiarkan ia membuat minun untuk laki-laki itu.Sebenarnya aku enggan melihatnya tapi tidak mungkin membiarkan Amina berduaan dengan

  • Saat Istriku Tak Lagi Peduli   Memperebutkan Amina

    Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 20POV Aryo"Ayah-"Belum selesai aku bicara mata Refal sudah berkaca-kaca. Tidak tega juga tapi aku pun tidak berhak memutuskan.Kulirik Amina yang hanya terdiam.Seolah mengerti maksudnya, Refal beralih pada ibunya."Bu, ayah bobo di sini 'kan?"Amina pun tidak langsung menjawab namun saat iskan Refal terdengar buru-buru dia langsung menganggukan kepalanya dan memeluk Refal."Iya. Ayah bobo disini."Aku mengulum senyum mendengar itu meski aku tahu Amina juga sebenarnya tidak menginginkan aku berada di sini namun demi anak kami dia langsung mengizinkan. Aku juga tidak akan meninggalkan Amina apalagi tahu Evan akan datang disaat ibu dan ayah tidak ada di rumah.Sepertinya jalannya memang harus seperti ini."Refal main dulu dengan ayah ya. Ibu mau memasak."Refal mengangguk lalu kembali mendekat padaku.Aku masih penasaran dengan Evan. Kenapa dia tidak mencari wanita lain yang jelas-jelas masih sendiri? Kenapa dia malah mendekati Amina yang statusnya ba

  • Saat Istriku Tak Lagi Peduli   Sebuah Kesempatan

    Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 19POV AryoPulang kerja baru aku bisa menitipkan surat-surat pada Amina, sekalian aku juga ingin bertemu dengan anak-anak. Sudah lama sekali tidak bertemu dengan mereka.Bicara soal hari ini. Evan akan makan malam di rumah Amina. Rasanya sungguh tidak rela, tidak sepantasnya dia melakukan itu apalagi Amina masih istriku karena kami belum resmi bercerai. Amina juga seharusnya tidak terlalu terbuka meskipun lelaki itu temannya.Kini aku memiliki giliran berada di pintu masuk gedung, sudah pasti akan bertemu dengan Amina. Kemarin Amina datang lebih awal daripada karyawan lain, hari ini pun pasti sama. Amina itu orangnya sangat disiplin, pekerjaan rumah saja cekatan ia selesaikan apalagi pekerjaan kantor seperti ini.“Eh, Yo. Jangan melamun.”“I-ya. Maaf.” Karena terlalu memikirkan Amina aku ditegur oleh Pak Dandi yang berjalan masuk ke dalam gedung, beliau adalah security senior meskipun menegur tapi tidak memarahi.Jantungku berdebar saat melihat sosok

  • Saat Istriku Tak Lagi Peduli   Cemburu

    Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 18“Tidak bisa seperti itu, Bang. Sarah bukan istri saya lagi.”“Kami tidak mau tahu, pokoknya kau yang harus menanggung karena kau dijadikan jaminan.”Tubuh Aryo rasanya lemas, ia menatap kedua orang itu yang kini sudah pergi.Kedatangan Sarah memang membawa dampak buruk dalam kehidupan Aryo, sudah ia ditinggal Amina dan anak-anak, sekarang hartanya pun terkuras habis.Ia memang tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Sarah tapi setidaknya jika ia dulu tidak menikah dengan Sarah, hidupnya tidak akan sengsara seperti ini.Penyesalan memang tidak pernah ada gunanya. Daripada dirinya menjadi semakin rugi karena ulah Sarah, lebih baik Aryo tidak tinggal dulu di rumahnya. Semua surat-surat penting dibawa olehnya, ia tidak ingin sampai ada orang yang memaksa menerobos masuk dan mengambil semua surat itu lalu menjual rumah. Meski terkesan seperti drama namun Aryo tetap harus waspada.Ia memilih untuk mencari kontrakan yang murah di dekat tempat kerjanya, kebetulan

  • Saat Istriku Tak Lagi Peduli   Saingan Aryo

    Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 17“Amina!” Evan memanggil Amina yang sudah berada di luar gedung.Amina menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya, ia heran melihat bosnya itu berlari dengan nafas yang memburu.“Apa ada yang penting, Pak? Atau saya lupa sesuatu?” tanya Amina khawatir.Evan masih mengatur nafasnya, ia berlari dari ruangannya tadi hanya untuk menyusul Amina.“Bentar, saya tarik nafas dulu.”Amina dibuat terkekeh dengan tingkah Evan.Dari kejauhan Aryo melihat itu, tangannya mengepal dengan hati yang memanas melihat Amina berinteraksi dengan lelaki lain. Rasanya ingin menarik Amina menjauh dari hadapan lelaki itu.Aryo sebagai lelaki bisa melihat bagaimana tatapan Evan pada Amina yang memang tidak biasa, sudah dipastikan lelaki itu memiliki hati pada Amina.“Santai saja, Pak.Saya tidak akan kabur,” gurau Amina.“Saya mau mengantar kamu pulang."Amina kaget. “Mengantar saya pulang? Tidak perlu, Pak, saya tidak sakit,” tolak Amina.“Saya memaksa, Amina.”“Tapi, Pak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status